1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Israel Ingin Bangun "Pulau Buatan"

21 Juni 2016

Israel berencana untuk membangun sebuah pulau buatan lengkap dengan pelabuhan, jembatan dan bandara, di lepas pantai Gaza yang dikuasai Hamas.

https://p.dw.com/p/1JAPR
Fischmarkt in Gaza Stadt
Foto: Getty Images/AFP/M.Abed

Menteri perhubungan Israel Yisrael Katz mendorong pembangunan sebuah "pulau buatan" di lepas pantai Gaza yang dikuasai Hamas.

Menteri perhubungan Israel Yisrael Katz mengatakan pembangunan pulau buatan tersebut bertujuan untuk meringankan kesulitan ekonomi di jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan untuk menyambungkan kembali wilayah tersebut dengan masyarakat dunia.

Palestina menyambut rencana pembangunan tersebut dengan skeptis dan rasa khawatir, bahwa tujuan sebenarnya pembuatan pulau artifisial ini malah akan lebih memutuskan Gaza dari Tepi Barat.

Menteri perhubungan Israel Yisrael Katz menjelaskan pulau seluas delapan kilometer persegi akan dihubungkan ke Gaza, dengan sebuah jembatan sepanjang lima kilometer.

Akan dilengkapai pelabuhan dan bandara

Diperkirakan biaya pembangunan tersebut akan memakan dana sebesar lima miliar dollar AS, dengan mencakup pembangunan pelabuhan. Di masa depan pulau buatan itu kemungkinan akan dilengkapi dengan bandar udara.

Israel akan mengawasi keamanannya, tapi menurut Israel, pengamanan dan pengelolaaanya bisa diserahkan kepada Palestina dan masyarakat internasional.

Katz, yang juga merupakan wakil Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel tidak keberatan untuk mengurangi blokade di Gaza selama kebutuhan atas keamanannya terpenuhi.

"Saya rasa, sungguh tidak benar memblokir dua juta orang tanpa bisa terhubung ke dunia, "kata Katz dalam pertemuannya dengan wartawan asing. "Israel tidak memiliki kepentingan untuk lebih menyulitkan penduduk di sana. Tapi karena alasan keamanan kita tidak bisa membangun bandara atau pelabuhan di Gaza. "

Gaza City memiliki pelabuhan kecil yang tidak cukup besar untuk menampung kapal-kapal besar. Israel dan Mesir memblokir Gaza, setelah gerakan Hamas merebut kekuasaan pada tahun 2007.

Israel mengatakan blokade itu diperlukan untuk mencegah masuknya senjata ke kelompok- kelompok militan Islam, yang telah terlibat tiga kali peperangan dengan Israel sejak pengambilalihan kekuasaan. Berbagai kalangan mengkritik pemblokiran atas 1,8 juta penduduk Gaza.

Berbagai inisiatif telah dicoba untuk mendamaikan Hamas dengan Fatah yang dipimpin Mahmoud Abbas, namun inisiatif-inisiatif itu gagal.

Penduduk kekurangan bantuan

Israel saat ini membuka akses sekitar 850 truk setiap harinya untuk mengangkut barang ke Gaza melalui penyeberangan darat, namun menurut organsisasi kemanusiaan dan pejabat PBB, bantuan itu tida mencukupi kebutuhan warga di Gaza.

Katz mengatakan pulau buatan yang berada di perairan internasional bisa memberikan kemandirian ekonomi bagi Palestina dan memungkinkan Israel menjaga keamanan. Dia berharap pihak keamanan Israel akan mendukung rencana itu.

Rencana pembangunan pulau buatan masih harus menunggu kesepakatan dalam pemungutan suara di kabinet. Setelah disepakati, badan-badan internasional diharapkan terlibat dalam pelaksanaan dan pendanaan.

Katz mengatakan Israel tidak akan bernegosiasi langsung dengan Hamas, tetapi telah menerima indikasi bahwa Otoritas Palestina yang didukung dunia barat akan menyambut rencana tersebut.

Husam Zumlot, seorang asisten Abbas, menyoroti ide tersebut sebagai hal yang "meragukan" dan"bermotif politik," dengan mengatakan rencana tersebut mungkin malah mengarah pada "pemblokiran akhir Gaza dari sisa wilayah yang diduduki Palestina. "

ap/rzn (ap/washingtonpsost/dailymail)