1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Iyad Allawi Menangkan Pemilu Irak

27 Maret 2010

Blok Iraqiyah unggul dua kursi dari Partai Nuri al Maliki. Tetapi Iraqiyah gagal memperoleh mayoritas mutlak. Sehingga Allawi harus membentuk pemerintahan koalisi.

https://p.dw.com/p/Mfkk
Iyad AllawiFoto: AP

"Kami tidak akan menerima hasil ini", kata Nuri al-Maliki, perdana menteri Irak, usai diumumkannya hasil akhir resmi sementara pemilu di Irak kemarin malam (26/3) waktu setempat. "Kami akan mengikuti kelanjutan dari mosi keberatan yang telah diajukan partai, begitu juga dengan keputusan pengadilan. Ini kemudian akan diterima dan menjadi dasar bagi sikap demokratis dan pengalihan kekuasaan yang benar dan transparan."

Koalisi haluan kanan Maliki berada di peringkat kedua dengan 89 kursi. Mandat terbanyak dengan 91 kursi diraih oleh penantang Maliki, Iyad Allawi dengan partai sekuler Iraqiya. Koalisi terkuat ketiga, Aliansi Nasional Irak mendapat 70 kursi dari keseluruhan 325 kursi yang tersedia. Perundingan koalisi sudah dipastikan akan sulit dan memakan waktu yang lama. Penentunya bisa jadi kembali kaum Kurdi, seperti yang terjadi lima tahun yang lalu. Peranan penting juga akan dimainkan oleh pemimpin radikal Syiah Muktada al-Sadr, para calonnya secara mengejutkan memperoleh hasil yang cukup baik.

Sebelum anggota komisi pemilihan membacakan hasil pemilu, utusan PBB Ad Melkert mengambil alih mikrofon terlebih dahulu. PBB turut terlibat dalam pelaksanaan pemilu di Irak. „Pernyataan berikut adalah hasil pemikiran matang PBB. Pemilu ini berjalan dengan benar. Kami memberikan selamat kepada warga Irak atas keberhasilan ini. Pemilu berlangsung sebagaimana harusnya dan merupakan pemilihan yang menjadi milik warga Irak." Melkert menyerukan kepada para politisi untuk menerima hasil pemilu.

Dalam beberapa hari terakhir, hampir setiap partai politik mengatakan telah terjadi kecurangan dalam pemilu. Setidaknya ada 2000 laporan keberatan. Namun, para pengamat pemilu dan diplomat barat mengatakan, mereka tidak melihat bukti dari tuduhan tersebut. Seorang diplomat Amerika Serikat mengatakan, banyak calon dalam pemilu ini yang memiliki tim survey pendapat tersendiri dan memprediksi hasil-hasil yang tidak masuk akal. Karena itu, hasil pemilu yang sesungguhnya mereka anggap sebagai penipuan.

Dalam beberapa minggu terakhir, komisi pemilu kerap dikritik oleh politisi Irak. Mereka dianggap membutuhkan waktu terlalu lama hingga hasil pemilu diumumkan dan menyebabkan ketidakstabilan di negara itu. Tetapi, kembali para pengamat independen tidak menyetujui pandangan tersebut. Dalam pemilihan parlemen terakhir di tahun 2005, hingga hasil diumumkan kepada publik makan waktu lebih dari satu bulan. Kali ini hanya tiga minggu. Al Zubair Saqheer, ketua teknisi komputer komisi pemilu mengatakan, hasil tidak bisa diperoleh lebih cepat lagi, karena mereka menginginkan hasil yang akurat. „Kami mengabdi kepada negara kami dengan sepenuh hati. Kami tidak tertarik dengan politik. Kami tidak peduli, siapa yang selanjutnya akan memimpin negara ini atau partai mana yang memenangkan pemilu. Kami hanya berusaha menyelamatkan awal baru bagi negara kami."

Saqheer dan koleganya bangga dengan pengumuman resmi hasil pemilu. Mereka yakin telah berhasil mengorganisir pemilu terbaik dalam sejarah Irak. Beberapa warga Irak bahkan terkesan dengan ketegasan komisi pemilu dalam menjawab tekanan dari para politisi Irak.

Carsten Kühntopp / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Renata Permadi