1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jaga Suasana Damai Pasca Kerusuhan 22 Mei

24 Mei 2019

Polisi tidak mengendurkan pengamanan Jakarta pasca kerusuhan 22 Mei silam, meski tidak ada rencana unjukrasa lanjutan. Kapolri Tito Karnavian bentuk tim investigasi buat menyelidiki penyebab kematian delapan korban

https://p.dw.com/p/3IziG
Indonesien Unruhen nach der Wahl
Foto: Reuters/W. Kurniawan

Pasca kerusuhan pada tanggal 21 – 22 Mei 2019 kemarin, kondisi ibu kota mulai kondusif. Aktivitas warga terlihat kembali normal. Lalu lintas kembali ramai, berbeda saat hari kerusuhan warga Jakarta nampak enggan keluar rumah. Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Gatot Eddy Purnomo menyatakan suasana Jakarta saat ini dalam kondisi kondusif. Pihaknya menyebut tidak mendapat adanya surat pemberitahuan aksi unjuk rasa di depan Gedung Bawaslu RI layaknya dua hari sebelumnya.

Gatot menegaskan pihaknya tak akan mengendurkan pengamanan meski tak ada pemberitahuan aksi unjuk rasa. Untuk sementara lalu lntas di Jalan MH Thamrin hingga Jalan Merdeka Barat masih ditutup. Gatot menyampaikan lalu lintas akan kembali dibuka setelah kondisi sepenuhnya normal.

“Kita lihat perkembangan situasi, kalau situasi sudah kondusif ya tidak ada lagi kelompk-kelompok yang melakukan tindakan anarki, kita akan segera buka dan lanarkan arus lalu lintas ini,” ujar Gatot dilansir dari CNN Indonesia.

Sementara itu dari kerusuhan pada 21-22 Mei silam, Kepolisian Republik Indonesia telah menangkap sebanyak 257 tersangka dari Selasa malam hingga Rabu dini hari. Mereka ditangkap di bebeapa lokasi berbeda. Berdasarka keterangan Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol M. Iqbal dalam konferensi Pers di Kantor Kemenkopolhukam Kamis (23/05), menyebut kerusuhan yang terjadi dalam aksi 22 Mei di depan gedung Bawaslu disebabkan oleh 300 massa perusuh. Kelompok massa perusuh ini berbaur dengan massa aksi damai sebelum melakukan provokasi.

Pemerintah Jelaskan Alasan Pembatasan Media Sosial

"Tiba-tiba dari kelompok besar massa, ada sekira 300 massa yang bisa kita kategorikan massa perusuh yang tiba-tiba lempar molotov, lempar batu," jelas Iqbal dilansir dari Detik News.

Ia menegaskan massa perusuh tersbut berbeda dari massa aksi damai. "Massa damai, ketika ada kerusuhan tersebut yang dilakukan tiba-tiba sekira 300 massa perusuh, berlari dan membubarkan diri. Tiga ratus (massa perusuh) ini terus melakukan penyerangan yang membabi buta," tambahnya.

Diduga disusupi kelompok radikal

Pada Rabu (22/05) malam kepolisian telah kembali menangkap sebanyak 185 perusuh. Iqbal menuturkan massa perusuh tersebut diduga ada yang memobilisasi dan yang mengatur. Hingga kini pihaknya masih terus mendalami kasus ini. Di antara perusuh yang ditangkap,dua orang diduga berasal dari Kelompok GARIS yang terafiliasi dengan organisasi islam radikal Islamic State in Iraq and Syria (ISIS). Anggota dari Kelompok GARIS ini, tutur Iqbal, memang berniat berjihad pada aksi unjuk rasa 21-22 Mei. Kelompok ini juga pernah menyatakan sebagai pendukung ISIS Indonesia.

"Sama-sama kita tahu bahwa kelompok GARIS ini pernah menyatakan, membuat statement sebagai pendukung ISIS Indonesia. Dan mereka sudah mengirimkan kadernya ke Suriah," tuturnya.

Menurut Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyampaikan terdapat delapan orang yang meningeal dunia dari aksi keusuhan ini. Mereka adalah Farhan Syafero (31), M. Reyhan Fajari (16), Abdul Ajis (27), Adam Nooryan (19), Widianto Rizky Ramadhan (17), Sandro (31), Bachtiar Alamsyah, dan lelaki tanpa identitas yang meninggal di RS Dharmais.

Atas tewasnya delapan terduga perusuh tersebut, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian memerintahkan untuk membentuk tim internal guna menyelidiki penyebab kematian delapan terduga perusuh, yang dipimpin oleh Inspektur Pengawasan Umum Polri Komisaris Jenderal Moechgiyarto.

Suasana damai

Kamis (23/05) malam, Wakil Presiden Republi Indonesia Jusf Kalla mengundang sejumlah tokoh agama dan tokoh masyarakat ke rumah dinasnya di Jalan Dipnegoro, Jakarta Pusat. Nampak hadir dalam pertemuan ini wakil presiden ke-6 RI Try Sutrisno, Ketua Umum PBNU Said Ail Siroj, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ketua Dewan Petimbangan MUI Din Syamsuddin, dan Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD.

Pertemuan yang berlangsung lebih kurang tiga jam lamanya merupakan upaya lobi politik guna menjga persatuan dan kesatuan bangsa. Lobi politik juga dilakukan untuk mewujudkan pertemuan antara dua calon presiden yang bersaing dalam kontetasi Pilpres 2019, yakni Joko Widodo serta Prabowo Subianto.

"Dalam kejadian di Ibu Kota ini, tentu kita harapkan masyarakat lebih tenang dan sesuai dengan aturan kepolisian bahwa kita pisahkan antara pengunjuk rasa yang damai dengan pelaku ricuh," tutur JK dilansir dari Antara.

JK meminta masyarakat untuk tetap tenang menyikapi ketegangan politik yang ada dan menghimbau para simpatisan Prabowo-Sandi untuk bersabar menunggu proses penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) yang diajukan pasangan calon tersebut.

"Kita menghargai keputusan Paslon 02 untuk membawa masalah ini ke MK. Mari kita semua mendukung proses ini dengan mengharapkan MK menjalankannya dengan transparan, prosesnya, dengan adil, dan independen. Dan harapan kita untuk menyelesaikan ini ialah memang akhirnya ke MK," imbuh JK.

Sementara Try Sutrisno meimnta masyarakat agar selalu menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa. Menurutnya Pemilu bukanlah  melulu tentang mencari siapa yang menang dan yang kalah. “Bangkitlah kita semua, taka da kalah dan menang. Karena itu, jangan diperpanjang hal yang tidak bermanfaat,” tutur Try.

rap/rzn (dari berbagai sumber)