1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jam Biologis

27 Juli 2006

Setiap orang memiliki jam biologis atau mekanisme pengaturan waktu internal dalam tubuh yang bekerja secara otomatis.

https://p.dw.com/p/CPUQ
Jam biologis manusia berbeda-beda
Jam biologis manusia berbeda-bedaFoto: AP

Ada orang yang selalu bangun pagi. Pukul enam pagi mereka sudah tidak betah lagi berada di tempat tidur. Dan begitu bangun mereka mampu bekerja dengan penuh konsentrasi. Tetapi, ada juga orang yang selalu begadang. Mereka secara naluri tidak dapat tidur sebelum larut malam. Kalau bangun terlalu pagi, mereka cepat marah dan tidak bisa berkonsentrasi saat bekerja. Apa yang menyebabkan perbedaan itu? Pasalnya: setiap orang memiliki jam biologis atau mekanisme pengaturan waktu internal dalam tubuh yang bekerja secara otomatis.

Jam ini sudah terprogram secara genetis dan menentukan kapan waktunya kita bangun dan kapan kita tidur. Dalam Forum Ilmu Pengetahuan „Euroscience Open Forum“ ESOF di München, Jerman, para peneliti mendiskusikan pengetahuan aktual yang hasilnya terutama dapat membuat orang yang suka tidur lama, merasa senang.

Till Roenneberg adalah professor di Institut Psikologi Kedokteran Universitas München. Ia peneliti soal jam biologis.

Till Roenneberg: „Jam internal itu seperti jam betulan. Kenapa kita memerlukan sebuah jam? Karena kita ingin tahu kapan kita harus berangkat, supaya misalnya tidak ketinggalan kereta api. Jam internal atau jam biologis mempunyai fungsi yang sama. Jam itu ingin mengetahui: Apakah saya sekarang harus meningkatkan temperatur atau hormon supaya saya bisa bangun dalam waktu dua jam nanti.“

Jam internal yang dibicarakannya itu adalah reaksi proses evolusi terhadap pergantian dari malam ke siang hari. Jam itu terprogram dalam gen dan mengatur kapan kita bangun dan kapan kita tidur. Dan setiap orang memiliki jam biologis tersendiri yang berbeda satu sama lain. Tetapi jam biologis tidak selalu sam berdetak. Ini tergantung dengan umur.

Anak kecil biasanya bangun pagi sekali. Orang tuanya acap kali kerepotan oleh karena itu. Kemudian mereka tumbuh besar dan jam biologisnya semakin bergeser ke belakang dan pada usia remaja, pergerseran ini mencapai titiknya yang terakhir. Mulai usia 20 tahun jam itu kembali berangsur- angsur bergerak ke depan lagi. Ini berarti: kaum remaja dapat diibaratkan seperti burung hantu dan pensiunan sebagai burung Lerche. Namun untuk semuanya yang berlaku adalah: Jika hidup melawan jam biologis, misalnya karena setiap harinya bangun jam enam pagi karena wekernya berdering, maka badan akan mengalami stress. Para pakar seperti Till Roenneberg menyebut gejala tersebut „social jetlag“.

Till Roenneberg: „Kalau jam biologis saya dua atau tiga jam lebih lambat dari waktu sebenarnya yang harus saya jalani, bagi ini berarti seolah-seolah saya bekerja di Moskow tetapi tinggal di München. Ini adalah jetlag sosial.“

Pindah ke zona waktu yang lain tidak ada gunanya sama sekali: Pasalnya, di tempat yang baru, jam biologis kita akan segera menyesuaikan diri dengan keadaan setempat. Maksudnya: Siapa yang di Jerman selalu bangun pagi, maka orang itu juga akan tetap bangun pagi, baik di Tokyo maupun di New York. Namun, dampak apa yang akan muncul jika hidup melawan jam biologisnya? Till Roennenberg menuturkan sesuatu yang menarik:

Till Roenneberg: „Yang sangat menarik adalah temuan bahwa yang bersangkutan rentan menjadi perokok. Makin besar jetlag sosial yang diderita, maka makin besar kemungkinan orang itu menjadi perokok atau tetap menjadi perokok dan tidak akan meninggalkan kebiasaan itu. Yang menakjubkan dalam hasil studi itu adalah korelasi yang luar biasa dengan jetleg sosial. 60 persen dari kelompok yang menderita jetleg sosial selama empat jam atau lebih, adalah perokok. Sedangkan hanya sepuluh persen dari kelompok yang tidak menderita jetlag sosial merupakan perokok.“

Berbagai penelitian saat ini mengharapkan dapat mengungkapkan pertanyaan, apakah penyakit-penyakit lainnya berhubungan dengan jetlag sosial, misalnya keluhan peredaran darah dalam jantung atau penyakit kanker. Apakah ke depan kita sebaiknya secara patuh mengikuti ritme jam biologis tanpa pengecualian-pengecualian kecil?

Till Roenneberg: “Saya cenderung mengatakan, tenggang satu jam masih bisa ditolerir. Tetapi anda harus membayangkan bahwa 50 persen dari penduduk terpaksa harus mengubah atau menjembatani dua jam atau lebih antara jam biologis dan jam sebenarnya. Dalam jangka panjang, tak seorang pun dapat bertahan dalam kondisi semacam itu. Banyak orang yang kurang tidur pada hari kerja. Katakanlah, mereka kurang tidur setengah jam daripada yang semestinya. Dan jumlah ini menumpuk menjadí suatu jumlah yang luar biasa.“

Jadi, apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya? Apa yang dianjurkan para pakar? Pertama: Berikanlah lebih banyak cahaya masuk ke ruangan anda. Demikian saran dari Till Roenneberg.

Till Roenneberg: „Kenyataan bahwa banyak orang yang hidup dengan jam biologis yang bedanya mencapai 12 jam , disebabkan karena kebanyakan kurang melihat cahaya atau sinar terang. Bagi jam biologis, kurang cahaya membawa dampak, tipe bangun pagi akan bangun lebih pagi lagi. Dan tipe yang bangun siang akan bangun lebih siang. Oleh karena itulah terdapat senjang yang besar antara kedua kelompok dalam masyarakat kita.“

Kedua: Tidak ada lagi mesin pencatat waktu kerja yang ketat dan lonceng istirahat, melainkan waktu kerja yang sesuai dengan jam biologis kita.

Till Roenneberg: „Menyesuaikan jam kerja dengan jam biologis merupakan suatu langkah raksasa menjauhi jetlag sosial untuk menuju peningkatan produktivitas dalam masyarakat kita.“

Oleh sebab itu, kaum remaja usia 14 tahun disarankan untuk pergi ke sekolah mulai jam sembilan pagi dan tidak pada jam delapan pagi seperti saat ini. Saran para pakar yang tampaknya akan membuat hati kaum remaja berbunga-bunga.