1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Jembatan Udara Selamatkan Warga Berlin

Marie Todeskino18 Juli 2013

Usai Perang Dunia II, Uni Soviet sempat memblokir Berlin. Angkatan udara Sekutu membentuk jembatan udara untuk memasok makanan dan obat-obatan.

https://p.dw.com/p/199bv
Unloading aircraft-Berlin Airlift / 1948 The Berlin Blockade, 24 June 1948 - 12 May 1949.
Jahrestag, Gedenken an legendäre Luftbrücke vor 60 JahrenFoto: picture alliance/akg-images

Musim panas 1948 di Berlin. Pasukan Uni Soviet menutup kota Berlin. Setelah Jerman Barat memberlakukan mata uang baru D-Mark, Uni Soviet ingin pihak Sekutu mundur dari Berlin.

Tidak ada truk, kereta api dan kapal yang bisa masuk ke Berlin Barat. 2,2 juta penduduknya terancam kekurangan makanan dan batubara. Blokade Berlin Barat berlangsung dari 24 Juni 1948 sampai 12 Mei 1949.

Tapi pihak sekutu tidak membiarkan warga Berlin sendirian. Mereka berkoordinasi membuat "jembatan udara". Setiap hari, ratusan pesawat Amerika dan Inggris membawa bahan makanan dan mendarat di bandar udara Tempelhof. Anak-anak mengenal pesawat ini sebagai Schokoladenbomber (bomber coklat) atau Rosinenbomber (bomber kismis), karena pilotnya sering melemparkan coklat dan kismis.

West-Berliner Jungen begrüßen ein US-amerikanisches Transportflugzeug (Aufnahme von 1948)
Anak-anak Berlin menyambut "bomber coklat"Foto: picture-alliance/dpa

Menerjunkan Coklat

Salah satu pilotnya adalah Gail Halvorsen, yang sekarang berusia 92 tahun. Pilot Amerika itu ingat ketika mendarat di Tempelhof, di luar pagar banyak anak-anak berkerumun.

"Mereka tidak merengek-rengek. Hanya minta coklat," tutur Halvorsen. Tapi dia hanya punya permen karet. Jadi dia membagi-bagikan permen karet. Anak-anak itu sangat disiplin, tidak berebutan, kata Halvorsen. Mereka mencium bungkus permen karet dan sangat menikmatinya.

Sampai tahun 1949, Gail Halvorsen berkali-kali terbang ke Berlin Barat. Pertemuan pertamanya dengan anak-anak di bandara Tempelhof sangat mengesankan. Dia akhirnya berjanji membawa coklat untuk anak-anak itu.

Dia lalu mengumpulkan coklat dari jatah rekan-rekan serdadunya. "Kalau saya mendekat ke bandara, saya menggerak-gerakan sayap". Anak-anak itu tahu, itulah pesawat Gail Halvorsen. Tanggal 18 Juli 1948, 65 tahun yang lalu, Gail Halvorsen untuk pertama kali membawa coklat ke Berlin. Dari sebuah lubang kecil, dia melemparkan coklat yang diikat pada sebuah parasut putih kecil. Coklat-coklat yang diterjunkan segera menjadi rebutan anak-anak Berlin.

Jadi Berita

Aksi Gail Halvorsen akhirnya menjadi berita. Seorang reporter membuat foto pesawat yang menunjukkan nomor penerbangannya. Sebuah artikel besar muncul di koran. Halvorsen lalu dipanggil komandannya. "Saya kira akan mendapat teguran." Ternyata komandan itu terkesan dengan aksi Halvorsen.

Anak-anak di Amerika Serikat lalu mulai mengumpulkan uang dan coklat untuk anak-anak Berlin. Banyak pilot lain yang mengikuti aksi Halvorsen. Sampai blokade Berlin berakhir, sekitar 22 ton permen dan coklat diterjunkan di wilayah Berlin Barat.

Gail S. Halvorsen (92) besucht das Haus der Geschichte in Bonn. 2. Juli 2013.
Gail Halvorsen berkunjung ke musium di Bonn, Juli 2013Foto: DW/M. Todeskino

Jembatan udara ke Berlin adalah operasi logistik besar-besaran. "Kami terbang siang dan malam," ujar Halvorsen. Hampir setiap menit ada pesawat terbang landas di Tempelhof. 78 orang tewas dalam kecelakaan udara. 12 Mei 1949, Uni Soviet mengakhiri blokade Berlin.

Menjadi Sahabat

"Yang tadinya musuh kami, sekarang menjadi sahabat,, kata Gail Halvorsen. Ketika Barack Obama berkunjung ke Berlin Juni 2013, ia juga mengundang Halvorsen untuk hadir. Dalam pidatonya, Obama secara pribadi menyambut Halvorsen. "Adalah kehormatan besar bagi kami, menyambut pilot bomber kismis, Kolonel Halvorsen yang sekarang berusia 92 tahun," kata Obama.

Tahun 1974, Gail Halvorsen menerima bintang jasa dari pemerintah Jerman, Bundesverdienstkreuz. Sebuah sekolah menengah di Berlin sekarang menyandang namanya. Dia punya 5 anak dan 24 cucu. Dia masih sering datang ke Jerman dan punya banyak sahabat di Berlin. "Kalau Anda menolong orang lain, Anda juga akan merasa bahagia," katanya.