1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jepang Akan Pasang Anti Rudal, Antisipasi Serangan Korut

7 Desember 2020

Sempat batal pada bulan Juni silam, Jepang akan memasang sistem radar anti-rudal berbasis Aegis Ashore di kapal-kapal perang mereka. Hal ini bertujuan untuk menangkis rudal yang mungkin diluncurkan Korea Utara.

https://p.dw.com/p/3mJ9z
Kapal perang Jepang Harusame dan Amagiri
Kapal perang Jepang Harusame dan Amagiri berlayar di Laut Cina SelatanFoto: Reuters/Maritime Staff Office of the Defense Ministry of Japan

Sempat dibatalkan pada pertengahan tahun ini, Jepang kembali berencana memasang sistem radar anti-rudal berbasis Aegis Ashore di kapal-kapal perang mereka. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan sistem pertahanan mereka untuk mengantisipasi peluncuran rudal balistik yang dilakukan Korea Utara. Demikian diberitakan media lokal surat kabar Asahi.

Seorang pejabat yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa pemerintahan di bawah pimpinan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga akan menyetujui rekomendasi yang telah diajukan Dewan Keamanan Nasional sebelum akhir tahun ini, meskipun keputusan soal jenis kapal hingga besaran anggaran baru akan dibahas tahun depan.

Pemasangan sistem radar Aegis baru di atas kapal bisa menghabiskan biaya dua kali lipat dan membutuhkan waktu tiga tahun lebih lama dibandingkan pemasangan sistem radar yang berada di darat.

Dikutip dari kantor berita Reuters, pemasangan sistem radar ini diperkirakan menelan biaya sekitar US$ 2 miliar atau setara Rp 28 triliun.

Sebelumnya, pada bulan Juni, Menteri Pertahanan Jepang Taro Kono membatalkan rencana pemasangan sistem radar anti-rudal berbasis Aegis Ashore di daratan. Kono beralasan bahwa kemungkinan interseptor rudal bisa jatuh di dekat pemukiman warga.

Nantinya sistem terbaru ini akan memiliki setidaknya jangkauan tiga kali lebih luas dibandingkan sistem sebelumnya. Kapal-kapal perang Jepang dapat menggunakan interseptor rudal untuk menargetkan rudal balistik di area sub-orbit yang diluncurkan oleh Korea Utara atau musuh potensial lainnya, seperti Cina dan Rusia. 

Terkait hal ini, juru bicara Kementerian Pertahanan Jerman enggan berkomentar.

rap/pkp (Reuters)