1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jepang Kecam Cina soal Komparasi Voldemort

6 Januari 2014

Jepang mengecam balik Cina yang membandingkan kebijakan pemerintahan Abe dengan tokoh jahat dalam buku Harry Potter. Sebelumnya diplomat Cina menyebut kuil Yasukuni adalah bagian tergelap dalam jiwa bangsa Jepang.

https://p.dw.com/p/1AlnT
Foto: Reuters

Seakan buku cerita Harry Potter tidak cukup tenar di Asia, entah bagaimana buku karangan J.K. Rowling itu terseret ke dalam konflik antara dua negara bertetangga, Jepang dan Cina.

Sepekan setelah seorang diplomat Cina membandingkan kebijakan Tokyo dengan tindak tanduk Lord Voldemort. Duta Besar Jepang untuk Inggris juga menggunakan tokoh yang sama ketika menyamakan manuver Beijing memanaskan situasi di kawasan.

Keiichi Hayashi menuliskan buah pikirannya itu dalam sebuah kolom opini di harian Inggris, Daily Telegraph. Sang duta besar mengklaim Cina ingin "memaksakan" perubahan status quo di kawasan Asia Pasifik.

"Asia Timur berada di persimpangan," tulisnya. "Cina saat ini memiliki dua cara, yakni mencari dialog dan menaati aturan yang berlaku, atau memainkan sandiwara Voldemort dengan melepaskan iblis yang berujung pada perlombaan senjata dan eskalasi ketegangan."

Yasukuni dan Patriotisme Jepang

Ketegangan yang meningkat drastis belakangan berawal dari kunjungan Perdana Menteri Shinzo Abe ke kuli Yasukuni untuk menghormati serdadu Jepang yang tewas dalam perang. Beijing dan Seoul menuding, dengan langkah tersebut, Tokyo ingin menghidupkan kembali gelora militerisme yang dipasung sejak Perang Dunia II berakhir.

Kuil Yasukuni dibuat antara lain untuk menghormati perwira militer Jepang yang divonis bersalah dengan dakwaan kejahatan perang.

"Saya berharap dialog terus berlangsung ketimbang meributkan hantu militerisme dari tujuh dekade lalu yang tidak lagi ada," tulis Hayashi dalam kolomnya. Hal senada diungkapkan PM Abe. Ia mengklaim ingin menjelaskan ihwal kunjungan tersebut secara langsung kepada pemimpin di Cina dan Korea Selatan.

"Kami memang tidak akan melakukan pendekatan serius soal ini," kata Abe di Tokyo, "tapi pintu dialog terbuka. Saya ingin menggelar pertemuan puncak dengan Cina dan Korea Selatan," imbuhnya, kendati ia juga menuntut "pertemuan tanpa prasyarat" dari kedua negeri jiran.

Yasukuni Schrein Japan / Yasukuni-Schrein Yoshitaka Shindo
Kuil Yasukuni, JepangFoto: YOSHIKAZU TSUNO/AFP/Getty Images

Cina dan Korea Selatan

Perang kata-kata yang membawa kisah Harry Potter itu diawali oleh tulisan Duta Besar Cina di Inggris, Liu Xiaomiong, di harian Telegraph. "Jika militerisme layaknya perburuan terhadap Voldemort yakni Jepang, maka Kuil Yasukuni adalah Horcrux yang melambangkan bagian tergelap dalam jiwa bangsa itu."

Menanggapi tudingan tersebut, Hayashi menulis, "agak ironis jika sebuah negara yang dalam 20 tahun terakhir menggandakan anggaran militer lebih dari 10%, menuduh tetangganya haus akan militerisme."

Setelah kunjungan Abe di Yasukuni, Cina mendeklarasikan orang nomer satu di Tokyo itu sebagai sosok "yang tidak diharapkan kedatangannya" di Beijing, kata juru bicara Kementrian Luar Negeri, Qin Gang. Reaksi serupa juga muncul dari Korea Selatan saat Presiden Park Geun-Hye menuding Tokyo bertanggungjawab atas ketegangan di kawasan.

"Saya tidak bilang kami menolak pertemuan puncak Korea dan Jepang. Tapi jika ada dialog yang bisa berguna buat kedua negara, maka pertemuan itu harus didahului oleh persiapan yang matang dari Jepang," kata Park. Ia merujuk pada kebijakan Tokyo yang memunggungi faham pasifisme dan berniat memperkuat kehadiran militer di Laut Cina Timur.

"Saya yakin kita bisa sampai pada pemahaman bersama....kalau kami dijelaskan dengan seksama terkait sikap pasifisme pro aktif yang diusung pemerintahan Abe saat ini," katanya.

rzn/yf (dpa,rtr,ap)