1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialJerman

Jerman Berlakukan Pembatasan Ketat Jelang Malam Tahun Baru

22 Desember 2021

Jerman akan batasi pertemuan pribadi dan melarang penonton dari acara publik besar meski orang-orang telah divaksinasi atau pulih dari COVID-19. Kanselir Scholz sebut pandemi tak akan berakhir secepat yang diharapkan.

https://p.dw.com/p/44fu7
Aturan pembatasan baru di Jerman akan diberlakukan setelah Natal
Aturan pembatasan baru di Jerman akan diberlakukan setelah NatalFoto: Frank Rumpenhorst/dpa/picture alliance

Para pemimpin federal dan negara bagian Jerman pada hari Selasa (21/12) setuju untuk memberlakukan pembatasan kontak – termasuk untuk individu yang telah divaksinasi dan sembuh dari COVID-19 – mulai pekan depan.

Peraturan yang rencananya mulai berlaku "paling lambat” pada tanggal 28 Desember tersebut bertujuan untuk melarang orang mengadakan dan menghadiri perayaan Malam Tahun Baru yang meriah di tengah kekhawatiran atas varian Omicron.

"Sekarang bukan waktunya untuk pesta dalam kelompok besar," kata Kanselir Jerman Olaf Scholz.

Seperti apa aturan baru tersebut?

Di bawah aturan baru, maksimal 10 orang yang telah divaksinasi atau sembuh dari COVID-19 akan diizinkan menghadiri pertemuan pribadi.

Jika ada orang yang tidak divaksinasi, maka hanya satu rumah tangga lain yang dapat hadir. Batas kapasitas baru berlaku untuk perayaan di dalam dan luar ruangan.

Akses ke restoran tetap terbatas pada orang yang dapat memberikan bukti vaksinasi atau sembuh dari COVID-19.

Salah satu perubahan signifikan yang akan berlaku termasuk aturan yang lebih ketat pada acara besar. Mulai tanggal 28 Desember, penonton akan dilarang menghadiri acara olahraga, pertunjukan budaya, konser, dan acara publik besar lainnya. Draf sebelumnya menyarankan agar jumlah peserta yang hadir lebih sedikit.

Pesta kembang api juga akan dilarang untuk perayaan Malam Tahun Baru. Klub juga akan diminta untuk tutup di seluruh negeri.

Pemerintah Jerman terus mendesak peningkatan vaksinasi, tidak hanya bagi mereka yang membutuhkan suntikan booster, tetapi juga bagi mereka yang belum menerima suntikan pertama.

Pusat vaksinasi akan tetap buka sepanjang bulan Desember dan awal Januari, termasuk di hari libur. Pemerintah Jerman juga telah menetapkan target vaksinasi baru sebesar 80% dan berharap dapat memberikan 30 juta suntikan booster pada akhir Januari.

Mengapa pembatasan diberlakukan setelah Natal?

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan dirinya dan 16 pemimpin negara bagian "sengaja memutuskan" untuk menerapkan pembatasan yang lebih ketat setelah liburan Natal.

"Pengalaman selama dua tahun terakhir menunjukkan bahwa Natal dan Paskah bukanlah pendorong besar infeksi," kata Scholz kepada wartawan dalam konferensi pers.

Dia menambahkan bahwa para keluarga sejauh ini "berhati-hati dan bertanggung jawab" dalam hal berkumpul selama liburan. Itulah sebabnya pembatasan pertemuan pribadi secara khusus menargetkan perayaan malam tahun baru.

Jerman masih perlu 'menyiapkan penguncian'

Sementara pembatasan baru tidak sama dengan penguncian, pemerintah Jerman juga mempersiapkan tindakan yang lebih drastis yang mungkin diperlukan tahun depan, demikian kata anggota parlemen Jerman Johannes Wagner kepada DW.

"Kami akan melakukan semua yang diperlukan, dan di sisi lain, kami harus menyiapkan penguncian umum, jadi jika kami membutuhkannya tahun depan, ini dapat diterapkan dengan sangat cepat," kata Wagner, politikus dari Partai Hijau.

Anggota parlemen Jerman di Bundestag juga akan memperdebatkan apakah akan mewajibkan vaksin COVID-19. "Menurut pendapat saya, ya, kita perlu vaksinasi wajib tahun depan," kata Wagner, menambahkan bahwa itu akan membantu "menutup kesenjangan orang yang belum divaksinasi."

Badan pengendalian penyakit menular di Jerman, Robert Koch Institute (RKI) melaporkan 24.428 kasus infeksi baru pada hari Selasa (21/12), atau 7.395 kasus lebih sedikit dibandingkan tujuh hari yang lalu. Tingkat insiden 7 hari per 100.000 turun dari 316 pada hari Senin (20/12) menjadi 306,4 pada hari Selasa (22/12). Sementara itu, kasus kematian bertambah sebanyak 462 kasus, sehingga totalnya menjadi 108.814 kasus.

Paspor vaksin hanya valid selama 9 bulan

Komisi Eropa mengumumkan Selasa (21/12) bahwa sertifikat vaksin COVID-19 di blok itu hanya akan berlaku selama sembilan bulan tanpa suntikan booster.

Langkah ini dilakukan ketika negara-negara Eropa berjuang untuk mengamankan lebih banyak dosis vaksin di tengah lonjakan kasus COVID-19 dan penyebaran varian Omicron yang kemungkinan sangat mudah menular.

Dalam pengumumannya, Komisi Eropa mengatakan bahwa periode validitas yang selaras untuk paspor vaksin COVID-19 "adalah kebutuhan untuk pergerakan bebas yang aman dan koordinasi tingkat UE."

Penduduk Uni Eropa dianjurkan untuk menerima suntikan booster paling lambat enam bulan, setelah mereka divaksinasi penuh. Namun, sertifikat tersebut akan berlaku selama tiga bulan tambahan sebagai masa tenggang untuk memastikan akses ke dosis booster.

Dilansir kantor berita Reuters, validitas paspor vaksin COVID-19 setelah suntikan booster akan diperpanjang lebih lanjut tanpa batas yang ditentukan. Menurut Komisi Eropa, sejauh ini terdapat 807 juta sertifikat vaksin COVID-19 telah dikeluarkan di UE.

rap/ha (dpa, Reuters, AFP, AP)