1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman dan AS Sepakat soal Proyek Pipa Nord Stream 2

22 Juli 2021

Proyek jalur pipa gas yang kontroversial telah lama ditentang oleh Washington, tetapi Kanselir Angela Merkel telah menjadikan penyelesaiannya sebagai tujuan kebijakan utama sebelum melepaskan jabatan September mendatang.

https://p.dw.com/p/3xoZG
Pembangunan pipa gas Nord Stream 2 telah 98% rampung
Pembangunan pipa gas Nord Stream 2 telah 98% rampungFoto: Bernd Wuestneck/dpa/picture alliance

AS dan Jerman telah mencapai kesepakatan atas proyek kontroversial pembangunan pipa gas Nord Stream 2, menurut pernyataan bersama yang dirilis oleh kedua negara pada Rabu (21/07).

Kesepakatan itu tercapai selang beberapa hari setelah kunjungan resmi terakhir Kanselir Angela Merkel ke Washington sebelum melepaskan jabatannya pada September mendatang. Kedua negara sebelumnya telah membicarakan kemungkinan kesepakatan selama kunjungan, dan juga selama lawatan Joe Biden ke Eropa pada bulan Juni lalu.

Apa kesepakatan yang dicapai AS-Jerman atas Nord Stream 2?

Kedua negara sepakat memberikan sanksi kepada Rusia jika mencoba menggunakan pasokan energinya untuk mendapatkan pengaruh geopolitik. Hal ini sebagai bentuk dukungan AS-Jerman terhadap Ukraina.

"Amerika Serikat dan Jerman bersatu dalam tekad mereka untuk meminta pertanggungjawaban Rusia atas agresi dan kegiatan merugikannya dengan mengenakan biaya melalui sanksi dan alat lainnya," bunyi pernyataan itu.

"Jika Rusia mencoba menggunakan energi sebagai senjata atau melakukan tindakan agresif lebih lanjut terhadap Ukraina, Jerman akan mengambil tindakan di tingkat nasional dan mendesak langkah-langkah efektif di tingkat Eropa, termasuk sanksi, untuk membatasi kemampuan ekspor Rusia ke Eropa di sektor energi, termasuk gas, dan/atau di sektor lain yang relevan secara ekonomi," lanjut pernyataan itu.

Sebagai bagian dari kesepakatan, Jerman setuju untuk melakukan investasi ke Ukraina dan secara aktif memastikan Moskow dan Kyiv memperpanjang perjanjian transit gas.

Selain itu, Jerman dan AS akan menginvestasikan US$1 miliar (Rp14 trilun) dalam "Dana Hijau" untuk mendorong infrastruktur teknologi hijau Ukraina, yang mencakup energi terbarukan dan industri terkait, dengan tujuan meningkatkan kemandirian energi Ukraina.

"Jerman akan memberikan sumbangan awal untuk dana itu setidaknya US$175 juta (sekitar Rp2,4 triliun) dan akan bekerja untuk memperpanjang komitmennya di tahun anggaran mendatang," demikian bunyi kesepakatan itu.

Bagaimana respons terhadap kesepakatan ini?

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas menggembar-gemborkan kesepakatan itu sebagai "solusi konstruktif."

Dia mengatakan Jerman "kembali mengejar tujuan dan keyakinan kita bersama dengan Amerika Serikat sehubungan dengan kebijakan Rusia dan kebijakan energi."

"Saya lega bahwa kami menemukan solusi konstruktif dengan AS atas #NordStream2. Kami akan mendukung Ukraina dalam membangun sektor energi hijau & bekerja untuk mengamankan transit gas melalui Ukraina selama dekade berikutnya," kata Maas melalui akun Twitter-nya.

Kesepakatan ini menunjukkan perubahan sikap AS yang telah lama menentang proyek pipa yang akan memompa gas dari wilayah Arktik Rusia ke Jerman di bawah Laut Baltik.

AS khawatir bahwa Rusia dapat memotong pasokan energi ke Ukraina atau negara lain sebagai bentuk agresi, karena akan meningkatkan kapasitasnya untuk mengekspor ke seluruh Eropa sambil memangkas "negara transit" yang lebih dekat di perbatasannya.

Pipa Nord Stream 2 telah lama ditentang oleh AS, yang berpendapat Eropa akan menjadi lebih bergantung pada gas Rusia
Pipa Nord Stream 2 telah lama ditentang oleh AS, yang berpendapat Eropa akan menjadi lebih bergantung pada gas RusiaFoto: Jens Büttner/dpa/picture alliance

"Apa yang kita dengar dari Washington adalah bahwa Joe Biden merasa melawan Jerman dalam masalah khusus ini tidak benar-benar melayani kepentingan strategis Amerika Serikat yang lebih luas dalam kaitannya dengan Eropa," kata koresponden politik DW Simon Young.

Anggota parlemen Jerman, Roderich Kiesewetter mengatakan kepada DW bahwa AS "harus memercayai" komitmen Berlin untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia jika negara itu menggunakan energi sebagai senjata.

"Jerman telah mendapat banyak intervensi dari Prancis, dari Polandia, Ukraina, dan negara-negara lain yang menyatakan ketidakpuasan mereka dengan prosedur Jerman mengenai Nord Stream 2," katanya.

Joe Biden akan bertemu presiden Ukraina

Ukraina dan Polandia sama-sama menentang pembangunan pipa gas Nord Stream 2, yang mereka khawatirkan akan merusak keamanan energi Eropa dan menyebabkan hilangnya pendapatan sebagai negara transit untuk gas Rusia.

Departemen Luar Negeri AS pun membantah laporan bahwa Ukraina telah diperingatkan agar tidak mengkritik perjanjian tersebut, mencatat bahwa salah satu penasihatnya mengunjungi Kyiv dan Warsawa minggu ini untuk memberi tahu mereka tentang kesepakatan itu.

Gedung Putih juga mengumumkan pada Rabu (21/07) bahwa Presiden Joe Biden akan menyambut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke Gedung Putih pada tanggal 31 Agustus mendatang.

"Kunjungan itu akan menegaskan dukungan tak tergoyahkan Amerika Serikat untuk kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina dalam menghadapi agresi berkelanjutan Rusia di Donbas dan Krimea, kerja sama erat kami dalam keamanan energi, dan dukungan kami untuk upaya Presiden Zelensky untuk mengatasi korupsi dan menerapkan agenda reformasi berdasarkan nilai-nilai demokrasi kita bersama,'' kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

Merkel dan Putin bahas Nord Stream 2

Dilaporkan Kanselir Angela Merkel berbicara di telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang Nord Stream 2 menjelang pengumuman kesepakatan.

Wakil juru bicara pemerintah Jerman, Ulrike Demmer, mengatakan Merkel berbicara tentang implementasi perjanjian Minsk untuk resolusi damai konflik di Ukraina timur.

"Masalah energi seperti transit gas melalui Ukraina dan pipa Nord Stream 2 juga menjadi topik pembicaraan," katanya.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Rabu (21/07), pemerintah Rusia menolak tanggapan negatif atas proyek tersebut, dengan mengatakan bahwa mereka tidak pernah menggunakan energi sebagai senjata politik. Kremlin juga mengatakan bahwa kedua pemimpin "puas" dengan hampir selesainya proyek Nord Stream 2.

Bagaimana perkembangan terkini proyek Nord Stream 2?

Proyek pembangunan pipa gas Nord Stream 2 telah 98% selesai dan sejauh ini telah menelan biaya lebih dari €9 miliar (Rp153 triliun). Pipa ini akan menggandakan kapasitas pipa Nord Stream yang ada, yang beroperasi sejak tahun 2011, di mana pekerjaan pembangunan di Nord Stream 2 juga dimulai.

Pembangunan pipa Nord Stram 2 terjadi ketika Rusia masih menjadi anggota G8 (sekarang G7) dan sebelum aneksasi Semenanjung Krimea dan konflik di Ukraina.

rap/gtp (AP, Reuters)