1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Pemerintah Gelar Dialog Terkait Bentrok Rasial Chemnitz

Ben Knight
31 Agustus 2018

Perdana Menteri negara Bagian Sachsen, Jerman, Michael Kretschmer akhirnya mengunjungi kota Chemnitz untuk melakukan dialog dengan warganya terkait bentrok yang bersifat rasial pada Minggu (26/8) dan Senin (27/8).

https://p.dw.com/p/344xL
Chemnitz Sachsengespräch mit Sachsen Regierung und Bürger
Foto: DW/Ben Knight

Pertemuan yang berlangsung Kamis (30/8) ini bertujuan untuk menggelar dialog terkait pembunuhan seorang warga Jerman, Daniel H, dengan tersangka dua orang imigran dari Irak dan Suriah, dan kemudian menyulut terjadinya bentrokan.

Meski tidak sebesar pada awal minggu, unjuk rasa kembali berlangsung pada Kamis. Suasana pun sempat kembali memanas. Ketika kelompok ultra kanan memprotes tindak kejahatan yang dilakukan para imigran, warga lain mengkhawatirkan citra kota Chemnitz yang bisa rusak akibat bentrokan itu.

"Roda keadilan memang berputar lambat, tapi kita akan melakukannya dengan cermat," kata Perdana Menteri Kretschmer kepada kerumunan massa di stadion sepak bola Chemnitz.

Kretschmer, yang juga anggota partai Kanselir Angela Merkel berhaluan kanan-tengah, memperingatkan bahwa gambar-gambar di Sachsen bisa membawa dampak negatif kalau orang asing tidak lagi merasa aman berada di Jerman.

Ia mencontohkan pertemuan dengan seorang Wanita Cina Kamis pagi yang mengatakan bahwa dia telah dibuat merasa tidak diinginkan di Chemnitz untuk pertama kalinya sejak pindah ke sana beberapa tahun lalu.

Pada Minggu (26/8) ribuan orang dari kelompok antiimigran berdemonstrasi atas terbunuhnya Daniel H, seorang tukang kayu dari Chemnitz. Demontrasi terus berlanjut hingga Senin (27/8) dengan jumlah massa yang bertambah banyak.

Selain kelompok antiimigran, kelompok proimigran pun berunjuk rasa di tempat yang sama membuat polisi kewalahan dalam mengatur massa, hingga bentrokan pun tidak dapat dihindarkan.

Pro Chemnitz Demo
Warga Chemnitz membawa plakat bersifat rasis, Kamis (30/8)Foto: DW/Ben Knight

Dalam video yang beredar di media massa, kelompok antiimigran itu meneriakkan "Orang asing keluar! jerman hanya untuk Jerman!"

Massa juga melemparkan botol ke arah polisi yang sedang bertugas. Kejadian ini mengingatkan pada kerusuhan oleh ekstremkanan pada tahun 1990-an dan pada masa Nazi.

Anggota parlemen Partai Hijau Claudia Roth mengatakan kepada kantor berita Jerman bahwa mereka adalah "ekstremis kanan yang terorganisir" dan menggunakan kemarahan publik untuk tujuan mereka.

Kantong rasisme di Jerman

Meski banyak dicap Nazi oleh media, sentimen antiimigran memang nyata terlihat di Chemnitz. Satu orang pria paruh baya membawa plakat bertuliskan: "Kalau keledai dan monyet yang duduk di pemerintahan, Chemnitz akan menjadi wilayah kantong Afrika," lengkap dengan karikatur berselera rendah yang menggambarkan orang Afrika.

Ketika ada yang mengkonfrontasi kalau plakat yang ia bawa rasis, pria itu lantas marah dan menolak dibilang rasis. "Ini hanya karakter dalam dongeng!" teriaknya.

Negara bagian Sachsen memang telah lama menjadi pusat sentimen anti-migran. Daerah ini adalah wilayah asal kelompok Patriotik Eropa Terhadap Islamisasi Barat, atau PEGIDA, dan tempat dimana partai ekstrem kanan Jerman (AfD) memperoleh suara terbanya pada pemilu 2017 lalu.

Jumlah orang asing yang hidup di negara bagian Sachsen lebih rendah daripada rata-rata orang asing yang hidup di seluruh Jerman. Penduduk di sana memiliki kekhawatiran yang tinggi atas kejahatan yang mungkin dilakukan oleh kelompok migran.

Para pengunjuk rasa yang terlibat di stadium banyak yang menolak untuk berbicara kepada media. Namun dari sedikit yang mau melakukannya, mereka mengatakan kalau mereka merasa telah ditinggalkan oleh para politisi dan marah atas kriminalitas yang dilakukan oleh para kaum pendatang.

"Saya punya tiga anak perempuan, " kata Steffen Rake, penduduk Chemnitz berusia 52 tahun. "Mereka kini tidak lagi mau pergi ke pusat kota sendirian. Sekarang ada polisi tapi itu hanya karena ada gubernur datang."

Alina Hergesell, perempuan berusia 20-an yang tinggal di dekat kota Erfurt mengatakan dia pernah dilecehkan oleh para migran.

"Mereka harus mengikuti peraturan kami, bukan peraturan lain," ujarnya.

Sebastian Gemkow, menteri kehakiman Sachsen, mengatakan pihak berwenang awalnya kewalahan dengan beban kasus yang disebabkan oleh masuknya lebih dari satu juta pengungsi pada tahun 2015 dan 2016.

Kanselir Angela Merkel, yang telah mengutuk pembunuhan dan protes yang diikuti kekerasan itu tengah melakukan perjalanan tiga hari ke Afrika pada hari Kamis. Di antara isu-isu utama dalam agendanya adalah pencegahan migrasi massal lebih lanjut ke Eropa.

Merkel telah lama telah berada di bawah tekanan termasuk dari partainya sendiri untuk mencegah terulangnya arus masuk pengungsi seperti yang terjadi pada 2015 dan pada saat yang sama memastikan mereka bisa terintegrasi di Jerman.

Di tempat kejadian perkara pembunuhan, terdapat sebuah pesan berbunyi: "Bawa pergi pisau-pisau mereka atau kami akan mengambil-alih pemerintahanmu."

Bentrok Dipicu Rasisme di Chemnitz

ae (AP)