1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemerintah Jerman Desak Warga Tolak Ideologi Esktrem Kanan

1 September 2020

Pemerintah Jerman mengecam serbuan demonstran ekstrem sayap kanan ke parlemen Reichstag, sebagai "pemandangan memalukan". Presiden Jerman memperingatkan warganya agar tak bersikap apatis terhadap ekstremisme sayap kanan.

https://p.dw.com/p/3hpr4
Protes di depan parlemen Reichstag
Demonstran ekstrem sayap kanan yang menyerbu Gedung Parlemen Reichstag (29/08)Foto: picture-alliance/dpa/F. Sommer

Pemerintah Jerman pada Senin (31/08) mengkritik sikap pengunjuk rasa sayap kanan yang selama akhir pekan menyerbu dan menaiki tangga Gedung Reichstag, tempat majelis parlemen Jerman bersidang.

Juru Bicara Kanselir Jerman Angela Merkel, Steffen Seibert, menggambarkannya sebagai "pemandangan memalukan di Reischstag," mengatakan bahwa mereka yang berkumpul di tangga gedung adalah "anti-demokrat."

Para pengunjuk rasa sayap kanan itu telah menjadi bagian dari demonstrasi Berlin yang memprotes pengetatan pembatasan publik guna mencegah penyebaran virus corona. Beberapa dari mereka mengangkat bendera gerakan ekstrem kanan “Reichsbürger”, yang menolak legitimasi negara Jerman modern.

Insiden ini mirip dengan keributan yang melanda Reichstag pada tahun 1933, hanya empat minggu setelah pemimpin Nazi Adolf Hitler diangkat menjadi kanselir Jerman. Kegaduhan digunakan sebagai dalih untuk menargetkan komunis dan mengkonsolidasikan kekuasaan, sehingga memunculkan Nazi Jerman.

"Demonstrasi akhir pekan ini seharusnya tidak mengaburkan fakta bahwa sebagian besar orang di Jerman berpikir dan bertindak berbeda dari para demonstran di Berlin," kata Seibert. "Itulah mengapa Jerman berhasil melewati pandemi sejauh ini."

'Ancaman serius'

Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier pada Senin (31/08) mengatakan fakta bahwa insiden itu terjadi di Reichstag, membuatnya semakin "tak dapat diterima." Dia mendesak warga Jerman untuk menolak ideologi ekstrem kanan.

"Kami tidak akan mentolerir fitnah anti-demokrasi apa pun terhadap Republik Federal Jerman," kata Steinmeier, yang peran kepresidenannya sebagian besar bersifat seremonial.

"Kerusuhan dengan kekerasan pada hari Sabtu (29/08) sekali lagi memperjelas bahwa ekstremisme sayap kanan memiliki akar yang dalam di masyarakat kita."

"Pemahaman saya sampai pada titik di mana para demonstran membiarkan diri mereka dikendalikan oleh gerbong musuh demokrasi dan agitator politik, mereka yang mencari kerja sama dengan ekstrimis sayap kanan di jalan, tetapi juga mereka yang hanya berjalan - tanpa khawatir - bersama neo-Nazi, xenofobia, dan anti-Semit. Demonstran yang tidak tegas dan aktif memisahkan diri dari mereka (esktrem kanan), membuat tujuan yang sama dengan mereka. " 

'Tidak dapat diterima'

Patrick Sensburg, anggota parlemen Jerman dari Partai Kristen Demokrat (CDU), mengkritik keras upaya para pengunjuk rasa untuk menyerang parlemen sebagai hal yang "tidak dapat diterima."

"Kami tidak ingin melihat lagi pengunjuk rasa dengan Reichsflaggen, bendera kekaisaran Jerman, berdiri di depan Parlemen," katanya kepada DW, merujuk pada bendera bergaris hitam-putih-merah yang dikibarkan oleh beberapa pengunjuk rasa.

Sensburg, yang mengepalai Komite Pengawas Pemilu parlemen, menekankan bahwa kelompok yang terlibat dalam insiden di Reichstag adalah "kelompok yang sangat, sangat kecil" yang menggunakan kekerasan untuk mempromosikan ideologi mereka.

Sejak krisis migrasi 2015, aktivitas sayap kanan mengalami peningkatan. Awal tahun ini, para penyelidik menemukan bahwa mantan pejabat penegak hukum berada di balik serangkaian surat ancaman dari "National Socialist Underground 2.0", sebutan neo-Nazi yang telah direvisi.

pkp/rap (AP, dpa)