1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Masih Sibuk Dengan Dirinya Sendiri

Pohl Ines Kommentarbild App
Ines Pohl
29 Oktober 2018

Partai ultra kanan AfD masuk ke parlemen di negara bagian Hessen dan kini hadir di semua parlemen negara bagian Jerman. Koalisi CDU/CSU dan SPD di Berlin masih sibuk dengan dirinya sendiri. Opini pemred DW Ines Pohl.

https://p.dw.com/p/37JJk
Landtagswahl in Hessen 2018 - Wahlplakate
Foto: picture-alliance/dpa/Revierfoto

Akhir minggu lalu, dunia dikejutkan dengan aksi penembakan di komunitas Yahudi di Pittsburg, AS. Sementara di Jerman, partai ultra kanan AfD berhasil masuk ke parlemen di negara bagian Hessen, parlemen negara bagian terakhir yang belum mereka masuki. Lebih 12 persen pemilih di Hessen memberikan suaranya, padahal Hessen adalah pusat kegiatan ekonomi dan perbankan di Jerman dengan tingkat upah yang paling tinggi di seluruh negeri. Angka pengangguran sejak bertahun-tahun terus turun.

Ini perkembangan yang sangat memprihatinkan, terutama mengingat bahwa belum lama ini salah satu pimpinan AfD membantah peristiwa Holocaust dan menyebutnya sekedar "kotoran burung dalam sejarah" Jerman. Sekarang. AfD tidak hanya ada di parlemen federal di Berlin, melainkan juga hadir di seluruh 16 parlemen negara bagian Jerman. Kenyataan ini seharusnya menjadi keprihatinan utama dan mendominasi kepala berita di negri ini. Namun kenyataannya tidak demikian, dan ini adalah salah satu kunci keberhasilan AfD.

Pemilih lelah dengan pertengkaran di Berlin

Angela Merkel sudah memerintah Jerman selama 13 tahun, namun nilai jajak pendapatnya belum pernah seburuk kali ini. Ini tentu salah satu indikasi dari kejenuhan pemilih dan dampak politik pengungsi Merkel yang sering dikritik di dalam negri. Namun penyebab utamanya adalah pertengkatran di kalangan pemerintahan koalisi sendiri, yang terdiri dari CDU, CSU dan SPD. Sejak awal, pembentukan pemerintahan ini sebenarnya suatu keterpaksaan.

Pohl Ines Kommentarbild App
Pemimpin redaksi DW, Ines Pohl

SPD tadinya menyatakan akan beroposisi, namun ketika Angela Merkel dan CDU gagal membentuk koalisi dengan partai-partai lain, SPD mengubah posisinya dan menyatakan siap masuk koalisi pemerintahan. jadi, koalisi ini adalah pemerintahan tanpa visi. Pertengkaran terbuka yang terus-menerus dipicu oleh sikap CSU membuat pemilih merasa jenuh, itu dibuktikan oleh semua jajak pendapat terakhir.

Mayoritas pemilih Jerman tidak menginginkan koalisi besar ini. Itu sebabnya, hasil pemilu di negara bagian Hessen menjadi pertaruhan nasib Angela Merkel dan pemerintahnya. Untungnya, partai CDU di Hessen kelihatannya masih bisa melanjutkan pemerintahan dengan mitra koalisinya, Partai Hijau, yang menang besar. Jika tidak, hampir dipastikan para pengeritik Merkel di partainya sendiri akan menuntut konsekuensi. Untuk saat ini, posisi Merkel cukup aman. Namun pemerintahan di Berlin tetap berada dalam kondisi kritis. Karena mitra koalisi Merkel, kubu Sosialdemokrat SPD, mengalami kekalahan besar dan hanya meraih kurang dari 20 persen suara di Hessen. Padahal Hessen sebelumnya adalah salah kawasan tradisional SPD.

SPD bukan mitra terpercaya lagi

Setelah kekalahan besar SPD di Hessen, sebelumnya partai ini mengalami hal serupa di pemilu negara bagian Bayern, makin lantang suara-suara yang menyerukan agar SPD secepatnya meninggalkan koalisi di Berlin, jika ingin terus eksis sebagai partai besar di kancah politik Jerman.

Diskusi internal ini akan terus menyibukkan Jerman dalam minggu-minggu mendatang dan tetap melumpuhkan pemerintahan di Berlin. Kemelut di Jerman tidak hanya akan berdampak fatal di dalam negeri, melainkan juga di kancah politik Eropa, yang juga sedang dilanda polarisasi tajam di pinggirannya.

Namun ada kabar baik juga di Hessen. Perundingan pembentukan koalisi pemerintahan bisa dimulai di antara partai-partai demokratis yang berakar kuat pada konstitusi Jerman. Sekalipun partai ultra kanan berhasil menembus semuar parlemen negara bagian di Jerman, kelompok anti Yahudi dan anti Islam ini tidak akan duduk di pemerintahan.