1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiJerman

Jerman Tingkatkan Investasi di Afrika

Martina Schwikowski
30 Oktober 2023

Kanselir Jerman Olaf Scholz tengah berada di Afrika. Awal pekan ini, Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier menyusul ke benua itu. Nigeria, Ghana, Tanzania dan Zambia dibidik Jerman untuk peningkatan investasi.

https://p.dw.com/p/4YBdq
Kanselir Jerman Olaf Scholz  di Nigeria
KanselirJerman Olaf Scholz disambut di bandara di Nigeria dengan upacara militer. Scholz sedang melakukan lawatan ketiga ke Afrika dalam waktu hampir dua tahun sejak dilantik. Foto: Michael Kappeler/dpa/picture alliance

Para pemimpin tertinggi Jerman mengunjungi empat negara Afrika dalam beberapa hari mendatang. Olaf Scholz sudah mendarat di Nigeria, dalam lawatannya yang ketiga ke Afrika sejak ia menjadi kanselir Jerman hampir dua tahun lalu. Sementara itu hari Senin (30/10) ini Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier akan melakukan pembicaraan di Tanzania dan Zambia.

Scholz dan Steinmeier ingin menguatkan hubungan ekonomi Jerman dengan negara-negara yang terkait dengan reformasi prakarsa "Compact with Africa" di Berlin, menjelang pertemuan negara-negara Afrika dan G20 pada tanggal 20 November di Berlin. Setelah perang Rusia di Ukraina dan meningkatnya ketegangan dengan Cina, perusahaan-perusahaan Jerman semakin mengalihkan perhatian mereka ke negara-negara Afrika untuk mencari potensi ekonomi baru.

"Sekaranglah saatnya kita harus membuat awal yang baru dalam hal hubungan Utara-Selatan, yang akan memungkinkan kita untuk mengembangkan perspektif bersama dengan banyak negara di bagian selatan dengan pijakan yang sama," tutur Scholz dalam lawatan terakhirnya ke Afrika pada bulan Mei.

Fokus pada keamanan regional

Tahun lalu, Kementerian Federal Jerman untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, BMZ, menjanjikan dana sebesar €100 juta (sekitar Rp1,6 triliun) kepada Nigeria selama dua tahun untuk mendukung usaha kecil dan menengah, membantu pertanian, memperluas sektor energi terbarukan, dan mendorong lapangan kerja bagi kaum perempuan.

Scholz diperkirakan menindaklanjuti hal ini dalam pembicaraan dengan Presiden Nigeria, Bola Tinubu. Nigeria adalah negara terpadat di Afrika dan menduduki peringkat bersama dengan Mesir sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Afrika.

Scholz dan Tinubu juga akan mendiskusikan masalah keamanan regional dan isu-isu global. Hal ini juga akan terjadi ketika Scholz melakukan perjalanan ke Ghana untuk pertemuan dengan Presiden Nana Akufo-Addo dan Presiden Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat, ECOWAS, Omar Touray. ECOWAS saat ini memimpin proses mediasi dengan junta militer di Niger, yang mengambil alih kekuasaan melalui kudeta pada bulan Juli.

Ghana adalah negara demokrasi yang stabil dan dianggap sebagai lokasi bisnis yang aman di Afrika Barat, ujar Kepala Kamar Dagang dan Industri Jerman di Ghana, Burkhardt Hellemann: "Banyak perusahaan Jerman memilih Ghana karena hal ini, untuk melakukan perdagangan di wilayah ini atau ke wilayah tersebut... di Togo, Benin, Pantai Gading, Senegal, dan sebagainya," kata Hellemann kepada DW.

Tanzania yang ramah bisnis

Sementara Scholz berada di Afrika Barat, Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier akan berkunjung ke Afrika Timur. Pada pemberhentian pertamanya di Tanzania, Steinmeier akan bertemu dengan Presiden Samia Suluhu Hassan.

Berbeda dengan pendahulunya, John Magufuli, Hassan menempuh jalan pragmatis dan lebih ramah bisnis dan dipandang sebagai mercusuar harapan bagi reformasi di negara itu, terutama bagi kaum perempuan.

Kunjungan Steinmeier ke Tanzania tidak mengejutkan, tutur Kepala Kamar Dagang dan Industri Jerman di Kenya, Maren Diale-Schellschmidt: "Kerangka kerja investasi bagi perusahaan Jerman telah meningkat secara signifikan dalam dua tahun sejak Presiden Samia Suluhu Hassan berkuasa," katanya kepada DW.

Menurut Diale-Schellschmidt, Tanzania sedang mengejar ketertinggalannya dalam bidang infrastruktur, energi dan teknologi lingkungan - sektor yang menjadi perhatian khusus Jerman. Perusahaan-perusahaan Jerman melirik Afrika bagian utara dan selatan serta membuka lebih banyak lokasi baru di bagian barat dan timur benua itu, katanya.

Melihat sejarah kolonial Jerman

Ketika Steinmeier bertemu dengan perwakilan dari komunitas bisnis Jerman dan Tanzania, fokusnya adalah pada prospek ekonomi dan perdagangan. Seorang ekonom dari Universitas Nairobi, Profesor X.N. Iraki menceritakan bahwa hubungan antara kedua negara sangat erat. Tanzania merupakan bagian dari Afrika Timur Jerman dari tahun 1885 hingga 1918. 

"Tanzania memiliki banyak lahan pertanian, banyak mineral, tetapi membutuhkan pihak luar untuk berinvestasi di sektor-sektor ini," kata Iraki kepada DW. Tanzania juga mengandalkan kerja sama dengan Jerman sebagai penyeimbang bagi Cina, yang telah berinvestasi besar-besaran di Tanzania, terutama di sektor transportasi, katanya.

Pada hari kedua kunjungannya, Steinmeier akan berfokus pada sejarah pemerintahan kolonial Jerman, ketika wilayah yang sekarang menjadi Tanzania merupakan bagian dari Afrika Timur Jerman.

Steinmeier akan melakukan perjalanan ke Songea, bagian selatan negara itu untuk mengunjungi makam para korban pemberontakan Maji Maji tahun 1905-1907 dan bertemu dengan keturunan mereka. Menurut Iraki, berdamai dengan masa lalu kolonial saat ini sedang menjadi tren. "Mereka [negara-negara bekas penjajah] membayar reparasi, meminta maaf atau berdamai dengan mereka yang menderita di bawah pemerintahan kolonial," katanya kepada DW. "Mungkin Jerman ingin berdamai dengan kekejaman sejarah atau ketidakadilan yang diderita oleh banyak orang Tanzania selama masa penjajahan."

Kunjungan kenegaraan Steinmeier berikutnya keselatan Zambia pada tanggal 1 November akan menjadi yang pertama kalinya dilakukan oleh seorang presiden Jerman.

Pembicaraan dengan Presiden Zambia Hakainde Hichilema diperkirakan akan berfokus pada air sebagai sumber daya. Selama berada di negara itu, Steinmeier akan meninjau pabrik ekstraksi air di Sungai Zambezi - hasil dari proyek kerja sama pembangunan Jerman. (ap/hp)