1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jurdil Aceh : Irwandi Jusuf dan Nazar Punya Tugas Berat

Ayu Purwaningsih12 Desember 2006

Koalisi Lembaga Swadaya Masyarakat LSM Jujur Adil Aceh menyambut gembira berjalan damainya proses pemilihan kepala daerah di Nangroe Aceh Darusallam berlangsung lancar. Walaupun di sana –sini terdapat kekurangan seperti tak seluruh warga mendapat kartu pemilih dan juga terjadinya intimidasi dan peledakan bom. Namun kini pemenang Pilkada punya tugas berat menanti di depan mata.

https://p.dw.com/p/CIwu

Koalisi lembaga swadaya masyarakat LSM Aceh Jurdil alias Jujur Adil Aceh mengungkapkan Pilkada Aceh secara keseluruhan dapat dikatakan berjalan sukses. Walaupun diwarnai beberapa peristiwa. Misalnya warga yang tak kebagian kartu pemilih dan ledakan bom, Tengku Ardiansyah dari Jurdil Aceh mengatakan:

Ardiansyah :„Di beberapa tempat ditemukan beberapa warga tidak punya kartu pemilih. Ada tekanan-tekanan oleh kelopmok tertentu untuk memilih salah satu pasangan. Ada bom, ada tindakan kekerasan. Tapi secara umum berlangsung aman dan damai.“

Pasangan dari jalur independen Irwandi Jusuf dan Muhammad Nazar unggul dalam penghitungan cepat perolehan suara yang dilakukan Lembaga Survey Indonesia LSI dan Jurdil Aceh. Menurut Hendra Fadli dari LSM KontraS Aceh, hasil Pilkada ini mencerminkan aspirasi rakyat. Serta menunjukan bahwa Jakarta tak mudah lagi untuk mendominasi politik Aceh.

Walau demikian, kata Tengku Ardiansyah, dari Jurdil Aceh, ke depan keduanya mempunyai tugas yang sangat berat untuk proses rehabilitasi dan rekonsiliasi di Aceh. Di samping berhadapan dengan berbagai tekanan politik dari pusat maupun kemungkinan dari Gerakan Aceh Merdeka sendiri.

Seperti diketahui sebelumnya pimpinan GAM sempat mendukung calon lainnya yaitu pasangan Humam Hamid-Hasbi Abdullah. Namun kemudian bersikap netral untuk menghindari konflik di akar rumput simpatisan GAM.

Ardiansyah :„Di samping itu bagaimana mereka membangun komunikasi politik kepada legislatif. Karena pasangan ini berasal dari jalur independent. Bagaimana mereka membangun hubungan dnegan tokoh-tokoh ulama, tokoh masyarakat dan lain-lain. Cukup banyak PR nya , karena kita tahu Aceh baru saja mengalami konflik tiga puluh tahun dan juga mengalami bencana berkepanjangan.“

Sejauh ini GAM mengatakan dapat menerima hasil penghitungan cepat tersebut. Namun GAM mengingatkan agar pemenang Pilkada nantinya mampu untuk melaksanakan proses perdamaian di Aceh, sesuai dengan amanat perjanjian damai RI –GAM di Helsinki. Juru bicara GAM Tengku Suadi Sulaeman Laweueng juga mengingatkan agar pasangan pemenang tidak melupakan para mantan anggota GAM.

Laweueng: „Harus menjaga proses perdamaian dan mensejahterakan rakyat. Karena Aceh merupakan bagian dari dunia ini yang sangat porak-poranda. Baik oleh masa konflik maupun tsunami. Jasa seseorang yang sudah menjadi korban konflik dan korban tsunami. Ini juga harus dipertimbangkan kemudian juga karena pilkada ini bukan terjadi serta-merta. Tapi Pilkada ini berlangsung dari bayaran darah yang sudah berlangsung. Yang penting mereka mampu membuat Aceh yang damai dan sejahtara.“