1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

K-Pop, Investasi Ekonomi Korsel Jadi Gerakan Sosial Dunia

Devianti Faridz
16 Juni 2021

Tahun 1998, pemerintah Korea Selatan aktif promosikan drama Korea, film, dan musik pop sebagai salah satu solusi krisis moneter. Hasilnya lebih dari sekadar kesuksesan ekonomi.

https://p.dw.com/p/3uyUa
BTS asal Korea Selatan
BTS asal Korea SelatanFoto: Kim Hee-Chul/dpa/picture-alliance

Foto dan video ribuan ojek online (ojol) memadati gerai restoran McDonald's untuk membeli menu edisi spesial kolaborasi McDonald's dan boyband asal Korea Selatan BTS membuat geger netizen di Indonesia maupun di Korea Selatan.

Paket BTS Meal yang hanya bisa dipesan lewat Drive Thru dan pesan antar menyebabkan antrean mengular yang memaksa para ojol mengantre berjam-jam agar bisa mengantarkan makanan edisi terbatas tersebut kepada para penggemar BTS di seluruh Indonesia. Karena melanggar protokol kesehatan, sedikitnya 32 cabang McDonald's pun ditutup sementara akibat sanksi Satgas COVID-19.

Menariknya, kehebohan ini merupakan imbas dari upaya pemerintah Korea Selatan untuk menggapai 'soft power' di dunia yang dicanangkan lebih dari 23 tahun lalu. Pada tahun 1998, pemerintah Korea Selatan aktif mempromosikan drama Korea, film, dan musik pop sebagai salah satu solusi krisis ekonomi.

Perlahan, masyarakat dunia tertarik untuk mencoba makanan khas Korea, tamasya ke negaranya dan membeli beragam merek rumah tangganya. Gelombang budaya pop ini dikenal sebagai Hallyu dan dimulai saat kegemaran terhadap budaya tradisional dan modern Korea Selatan populer di Cina.

Ubah citra negara lewat budaya pop

Ranny Rastati, peneliti budaya di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan bahwa pada tahun 1990-an saat merebaknya J-Pop dari Jepang, penonton hanya bisa menikmati tontonan melalui DVD bajakan atau film TV yang di-dubbing namun kini film Korea bisa ditonton menggunakan HP dan disebar lewat internet, media sosial, dan media live streaming seperti Netflix sehingga promosinya lebih mudah.

"Buat Korea Foundation, industri budaya pop Korea itu adalah gerbang masuk untuk mengenalkan orang-orang dari negara lain terhadap Korea Selatan. Imbasnya berupa perubahan pandangan pada merek Korea Selatan. Awalnya mereka pakai HP Cina atau iPhone karena pengaruh budaya pop, akhirnya berubah menjadi Samsung," kata Ranny Rastati kepada DW Indonesia. 

Kini, produsen elektronik Samsung adalah penjual terbesar telepon seluler dunia yang berhasil meraih 22% pangsa pasar dunia pada kuartal pertama tahun 2021. Film layar lebar asal Korea Selatan seperti Parasite dan Minari juga sukses memenangkan banyak penghargaan di ajang film internasional.

"Dari drama Korea ini, genrenya semakin banyak. Pada tahun 2000-an awal ketika drama Korea masuk Indonesia, lebih banyak kisah percintaan dan roman picisan namun sekarang ada berbagai macam variasi seperti film thriller dan action buat para lelaki. Itu merangkul penonton yang lebih besar. Pada awalnya, drama Korea kesannya hanya untuk ibu-ibu paruh baya, ibu rumah tangga, anak-anak remaja sekarang pangsa pasarnya lebih luas tidak hanya wanita tapi bapak-bapak bisa nonton."

Rela habiskan jutaan rupiah demi K-Pop

Selama lebih dari dua dekade, berbagai kelompok musik Korea Selatan digandrungi jutaan fans di seluruh dunia seperti Super Junior, Blackpink, serta Psy - pelantun tembang "Gangnam Style" yang berhasil menjadi penyanyi K-Pop dengan penonton terbanyak di Youtube.

Iqbal Maulana, penggemar K-Pop mengaku bisa menyisihkan Rp500,000 per bulan untuk membeli koleksi merchandise K-Pop kesukaannya. "Waktu kuliah dulu, aku rela keluarkan jutaan rupiah pulang pergi terbang ke Singapore untuk nonton konser K-Pop, kemudian menginap di bandara dan pulang esoknya dengan penerbangan paling pagi," ujarnya. 

Kehadiran kelompok musik BTS juga mendobrak industri musik K-Pop karena berhasil meraih banyak penghargaan yang biasa dimenangkan musisi Barat seperti Billboard Music Award, American Music Award, dan MTV Video Music Award. Selama 8 tahun berkecimpung dalam dunia hiburan, mereka telah mengumpulkan puluhan juta penggemar setia di seluruh dunia.

Dengan keberhasilan tersebut serta 26 juta pengikut setia akun Instagram resmi BTS, kelompok ini tidak bisa diremehkan. Di Indonesia saja, sedikitnya ada 268 ribu penggemar setia BTS yang tergabung dalam akun ARMY (Adorable Representative M.C. for Youth) Team Indonesia.

Berkembang jadi kekuatan gerakan sosial dunia

BTS menggunakan ketenarannya untuk mendukung berbagai badan amal dengan sumbangan dana serta mengajak jutaan penggemar untuk mengorganisasi acara amal dan menyumbang dana bagi gerakan sosial.

"Kalau BTS tampil live dia suka kasih motivasi. Perkataan mereka sangat powerful buat penggemar mudanya seperti dikasih ceramah oleh idolnya. Bayangkan kalau ini dikaitkan pada jualan produk atau kegiatan lain yang bisa di-monetize," kata Iqbal Maulana kepada DW Indonesia.

Pada 9 Juni lalu, menjelang diluncurkannya BTS Meal hasil kolaborasi dengan restoran McDonald's, para penggemar BTS saling mengimbau untuk memberi tip dan bahkan menggalang dana agar dapat membelikan makanan atau sembako bagi para ojol yang telah membantu mereka.

Menurut aplikasi galang dana Kitabisa.com, sedikitnya 360 juta rupiah telah terkumpul untuk membantu para ojol. Suatu jumlah yang fantastis yang digerakkan oleh ARMY kumpulan penggemar BTS. 

"Teamwork makes dream work," kutipan kondang dari BTS ini rupanya diamalkan secara nyata oleh penggemarnya. Berdasarkan akun Twitter, One in an ARMY, sedikitnya 57 proyek amal terselenggara di Indonesia di antara lebih dari 600 di seluruh dunia termasuk penggalangan dana untuk bantuan kemanusiaan bagi pengungsi bencana dan gempa NTT dan bencana banjir Kalimantan Selatan.

Kepada DW Indonesia, Hera Handayani seorang penggemar BTS menjelaskan, "Kita ingin berterima kasih (kepada BTS) tapi kita tidak bisa mengirimkan hadiahnya ke sana karena enggak boleh jadi kita berterimakasihnya disalurkan ke kebaikan."

Ana Pratiwi salah satu penggemar BTS mendirikan akun Instagram bernama "Wings of Bangtan” sebagai portal infomasi untuk menyatukan dan mempromosikan beragam aksi sosial ARMY Indonesia.

"Sebenarnya BTS itu lagunya bukan sekadar cinta romantik tapi cinta secara universal dan dia juga mengangkat isu sosial yang dihadapi remaja di sekolah, bagaimana remaja bisa mencintai diri mereka sendiri saat berhadapan dengan penilaian masyarakat yang bisa mempengaruhi penemuan jati diri mereka," kata Ana Pratiwi

Di masa lampau, orang melihat K-Popers sebagai kelompok yang fanatik dan konsumtif, tapi kini mereka menjelma jadi sebuah kelompok solid dan mampu  melakukan perubahan sosial bagi kebaikan bersama di masa depan. (ae)