1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Kala Puisi Menjadi Teman

13 Desember 2017

Pada malam-malam yang melelahkan setelah bekerja selama 14 jam, Deni Apriyani, pekerja migran indonesia di Singapura, mencurahkan "serabut-serabut" pikirannya ke atas secarik kertas.

https://p.dw.com/p/2pE7j

Deni Apriyani, pekerja migran Indonesia yang saat ini mengurusi pekerjaan rumah tangga keluarga di Singapura, mencurahkan "serabut-serabut" pikirannya ke atas secarik kertas pada malam-malam yang melelahkan setelah bekerja selama 14 jam, . Puisi-puisi ia tulis menggambarkan pengalaman pribadinya. Menjadi teman di kala angan membutuhkan celoteh.

Rindu kampung halaman

"Saya mulai menulis puisi dan cerita pendek saat SMP (Sekolah Menengah Pertama), tapi sekadar iseng saja dan tidak terlalu dibuat hobi. Mulai intens menulis saat di Singapura," tutur Deni. Rasa rindu akan kampung halaman menjadi pemicu Deni dalam menulis puisi. "Ditambah wawasan dan pengetahuan baru juga yang bikin aku mulai menulis," kata warga Indramayu tersebut. Selain puisi Deni juga gemar menulis cerita pendek. Stres yang memusingkan diri ia larutkan ke dalam tutur puisi atau pun cerita pendek.

Ia juga mendapatkan dukungan dari keluarga yang mempekerjakannya. Keluarga tersebut tidak pernah menentang hobi menulisnya. Maka tiap malam Deni pun hanyut dalam imaji suratan kepada "teman"-nya. "Setidaknya jika tidak ada yang bisa diajak untuk ngobrol, dengan menulis aku bisa menciptakan teman​ atau karakter baru yang belum aku temui," kata perempuan berumur 27 tahun tersebut.

Memenangkan lomba

Perihal itu lah yang membuat Deni dapat menciptakan karya puisi yang memenangkan Migrant Worker Poetry Competition 2017 di Singapura. Puisinya berjudul Further Away, tentang kekerasan rumah tangga yang dialami teman seperjalanannya saat pulang ke Indramayu. Deni berhasil mengalahkan 18 peserta lainnya dalam kompetisi tahunan tersebut.

Deni memiliki lebih dari sepuluh puisi yang ia suka dan ciptakan sendiri. Sayangnya ia belum menata rapi karya-karyanya sehingga masih tercecer. Ia juga mengaku punya kesukaan tersendiri terhadap puisi-puisi bertema romantis dan pembalasan dendam. "Aku tidak punya alasan yang spesifik untuk menyukai puisi yang bertema romantis dan pembalasan dendam. Aku suka karena kata- katanya langsung menusuk," ujar Deni. 

"Aku tidak begitu paham ini cinta atau bukan. Setahuku, aku suka meluangkan waktu dengan tulisan. Kadar cinta yang tidak bisa aku ukur," jawab Deni saat ditanya soal kecintaannya pada puisi.

yp/yf