1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

AJI Jakarta Kecam Intimidasi FPI

22 Februari 2019

Sejumlah wartawan dikabarkan menjadi korban tindak kekerasan massa Front Pembela Islam saat meliput acara Munajat 212 di Monas. Mereka dipaksa menyerahkan alat dan menghapus rekaman video.

https://p.dw.com/p/3Dq5O
Anggota FPI dalam sebuah aksi demonstrasi di Jakarta, 2017.
Anggota FPI dalam sebuah aksi demonstrasi di Jakarta, 2017.Foto: Reuters/Beawiharta

Aliansi Jurnalis Independen cabang Jakarta mengecam aksi "intimidasi dan persekusi" terhadap awak media oleh massa Front Pembela Islam (FPI) selama kegiatan Munajat 212, di Monas, Jakarta, Kamis (21/2). Wartawan yang menjadi "korban kekerasan" diklaim berjumlah belasan orang dari berbagai media.

Insiden tersebut bermula ketika para awak media sedang menunggu di dekat pintu masuk VIP.

"Tiba-tiba di tengah selawatan sekitar pukul 21.00 WIB, terjadi keributan. Massa terlihat mengamankan orang. Saat itu, beredar kabar ada copet tertangkap. Para jurnalis yang berkumpul langsung mendekati lokasi kejadian. Beberapa di antaranya merekam, termasuk jurnalis foto (kamerawan) CNN Indonesia TV, tulis AJI Jakarta dalam pernyataan persnya.

Baca juga: Aristides Katoppo: "Selain Nurani, Jurnalis Juga Harus Punya Nyali"

Massa juga dikabarkan memburu kru stasiun televisi CNN Indonesia. Mereka membentak dan memaksa jurnalis "menghapus gambar kericuhan yang sempat terekam beberapa detik," kisah saksi mata.

"Kalian dari media mana? Dibayar berapa?" bentak seorang pelaku kepada wartawan. "Kalau rekam yang bagus-bagus aja, yang jelek nggak usah!"

AJI mengklaim seorang wartawan Detikcom juga bernasib serupa. Saat sedang merekam, dia dipiting oleh seseorang yang ingin menghapus gambar. Namun, dia tak mau menyerahkan ponselnya. Massa kemudian menggiring korban ke tenda VIP. Di sana dia dipukul, dicakar dan dipaksa berjongkok di tengah kepungan belasan orang.

Massa FPI kemudian merampas ponsel milik wartawan tersebut untuk menghapus rekaman video dari aksi ricuh. Bahkan aplikasi WhatsApp pun dihapus, "diduga agar pemilik tak bisa berkomunikasi dengan orang lain." Usai kejadian itu, korban melapor ke Polres Jakarta Pusat dan melakukan visum.

Kasus intimidasi dan kekerasan terhadap jurnalis yang melibatkan massa FPI tidak hanya terjadi kali ini saja. Sebelumnya massa FPI pernah melakukan pemukulan terhadap jurnalis Tirto.id Reja Hidayat di Markas FPI, Petamburan, Jakarta Pusat, pada Rabu, 30 November 2016 lalu.

Sebab itu AJI Jakarta mendesak aparat kepolisian menangkap para pelaku dan diadili di pengadilan hingga mendapatkan hukuman seberat-beratnya agar ada efek jera. Polisi juga diminta mengusut tuntas semua kasus kekerasan terhadap jurnalis yang pernah terjadi. Selain itu AJI mengimbau masyarakat agar tidak melakukan intimidasi dan aksi kekerasan terhadap jurnalis saat peliputan.

Baca juga: Kekerasan Terhadap Jurnalis Meningkat Dipicu Kebencian Pemimpin Politik

FPI sendiri membantah ada intimidasi yang dilakukan anggota FPI terhadap jurnalis yang sedang bertugas meliput acara Munajat 212 di Monas. Kepada media-media di tanah air, Panglima Laskar Front Pembela Islam (FPI) Maman Suryadi, menilai pihaknya membebaskan semua media untuk meliput.

"Mungkin ada kesalahpahaman kali ya. Yang jelas untuk peliputan tadi malam, tidak ada masalah. Semua media online ada di lapangan kok. Kita juga menjaga kondusivitas," kata dia seperti dilansir Republika.

Dia menolak acara Munajat 212 disebut berlangsung ricuh. Menurutnya, acara sudah berjalan lancar dan tertib, tanpa insiden berarti.

rzn/ap (AJI, republika, cnnindonesia, detik)