1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kalpataru 2015 Usung Ekonomi Hijau

5 Juni 2015

Sederet individu mendapat penghargaan Kalpataru 2015 dari Presiden Jokowi. Kiprah mereka membuktikan, program pelestarian lingkungan tidak harus menunggu uluran tangan donor berkocek tebal.

https://p.dw.com/p/1Fc4Z
Symbolbild Soziale Verantwortung von Unternehmen
Foto: Fotolia/weerapat1003

Melestarikan lingkungan hidup bisa sangat sederhana. Bidan Sri Partiyah adalah contoh terbaik. Perempuan pegawai negeri sipil itu bermimpi bisa memperbaiki kualitas kesehatan penduduk desa Duwet, Magetan. Uang selalu jadi masalah buat penduduk yang tergolong miskin itu. Maka ia mendirikan bank sampah.

Berawal dengan jumlah anggota yang cuma 13 orang, kini bank sampah bentukan Sri Partiyah sudah beranggotakan hampir 400 orang. Padahal idenya sederhana. Warga mengumpulkan sampah yang bisa didaur ulang, kemudian dijual. Duitnya lalu dipakai buat membiayai layanan kesehatan. "Mimpi saya adalah masyarakat desa bisa hidup sehat," ujarnya kepada awak media 2011 silam.

Sri adalah salah satu pemenang penghargaan Kalpataru 2015. Jerih payahnya memperbaiki layanan kesehatan sambil melestarikan lingkungan tanpa bergantung pada bantuan keuangan dari pemerintah bukan hal yang lazim ditemui.

Kisahnya membawa aroma segar di tengah program perlindungan iklim yang sejauh ini melulu berkutat soal pembiayaan oleh negara maju. Bahwa masyarakat mikro mampu membiayai sendiri pelestarian lingkungan, juga dibuktikan oleh pemenang Kalpataru lain.

Flora Langka dan Reboisasi

Dian Rossana Anggraini asal Batam punya kisah senada. Ia menautkan program pelestarian flora langka dengan konsep bisnis yang menguntungkan. Bersama petani lokal, Dian membudidayakan berbagai tanaman yang terancam punah.

Perempuan yang gemar Anggrek itu memprioritaskan konservasi. Baru setelah budidaya berhasil, petani boleh menjual tanaman-tanaman tersebut. "Saya ini perintis dan pelestari. Jadi saya harus pegang dua, konservasi dan komersil untuk memperbaiki perekonomian," tuturnya kepada Tribun Bangka.

Seperti Dian, N. Akelaras juga termasuk pemenang dalam kategori perintis lingkungan. Selain banyak membantu petani lewat pupuk kompos, Akelaras juga berulangkali mendapat penghargaan atas upayanya menghijaukan kembali hutan gundul, antara lain di Banda Aceh pasca Tsunami.

"Yang saya lakukan sepertinya itu rahmat, dan kodrat saya, saya enggak mikir dapat hadiah," ujarnya. Ocehannya itu ditanggapi Presiden Jokowi yang hadir untuk memberikan langsung penghargaan Kalpataru. "Ya, ini yang kita cari. Kalau kita punya seribu orang kayak Pak Akelaras ini sudah rampung masalah lingkungan di Indonesia", tukasnya.

rzn/as (berbagai sumber)