1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAmerika Utara

Kamala Harris, Cawapres Perempuan AS dari Keluarga Cerdas

21 Agustus 2020

Ibunya seorang peneliti kanker dan ayahnya profesor ekonomi di Universitas Stanford. Kamala Harris yang lahir dan tumbuh di AS ini dididik untuk selalu percaya diri dengan warna kulitnya sendiri.

https://p.dw.com/p/3hF4D
Kamala Harris
Cawapres Partai Demokrat AS, Kamala HarrisFoto: picture-alliance/AP Photo/C. Kaster

Kamala Harris secara resmi menjadi calon wakil presiden dari Partai Demokrat Amerika Serikat pada Rabu (19/08). Ia akan berkampanye mendampingi calon presiden Joe Biden. Pencalonan ini bersejarah karena dia adalah perempuan kulit hitam dan orang Asia-Amerika pertama yang akan bertarung dalam kontestasi pemilihan umum di AS pada November mendatang.

Dalam pidato sambutan resmi setelah menerima pencalonannya, Kamala memperkenalkan tiga orang perempuan dalam hidupnya yang ia anggap menjadi sumber kekuatan dan inspirasi. Ketiganya yakni adik perempuannya Maya Harris; keponakan Meena Harris; dan Ella Emhoff, putri dari suaminya yaitu Harris Douglas Emhoff, yang dinikahi Kamala pada tahun 2014 dan baru saja mengambil cuti panjang untuk mendukung kampanye istrinya.

“Para perempuan ini menginspirasi kami untuk mengangkat pelita, dan terus berjuang,” ujar Kamala Harris dalam pidato sambutan di konvensi peringatan 100 tahun amandemen ke-19 yang memberi perempuan Amerika hak untuk memilih.

Harris berulang kali menekankan bahwa dia mengutamakan keluarga, dan baginya, perempuan yang memegang peran besar dalam hidupya adalah almarhumah sang ibu, Shyamala. Perempuan itu semasa hidupnya adalah seorang peneliti kanker yang sangat dihormati dan beremigrasi ke AS dari India.

“Oh, betapa saya berharap dia ada di sini malam ini, tapi saya tahu dia bisa melihat saya dari atas sana,” ujar Harris.

Perjuangkan hak-hak warga sipil

Kamala Devi Harris lahir tanggal 20 Oktober 1964 di Oakland di negara bagian California, AS. Sebagai anak imigran yang berkulit gelap, Kamala telah dihadapkan pada masalah rasisme dan diskriminasi bahkan sejak usia taman kanak-kanak. Berdasarkan pengalaman serta berkat didikan orang tuanya, Kamala sejak kecil sudah tertarik pada masalah hak-hak warga sipil, khususnya kaum marjinal. Setelah memperoleh gelar sarjana dari Howard University dan gelar sarjana hukum dari University of California, dia memulai karir di Kantor Kejaksaan Distrik Alameda County.

Kamala sangat cerdas, karirnya bersinar gemilang di California. Sejak 2004 hingga tahun 2011, Kamala ditunjuk menjadi Jaksa Wilayah San Francisco. Saat itu ia memulai program yang memungkinkan para pelaku narkoba pemula untuk memperoleh ijazah sekolah menengah atas dan mendapatkan pekerjaan. Setelah menyelesaikan dua kali masa jabatan sebagai Jaksa Wilayah San Francisco, Kamala terpilih sebagai perempuan Afrika-Amerika pertama sekaligus perempuan pertama yang menjabat sebagai Jaksa Agung California tahun 2011 hingga 2017.

Selama masa jabatan kali ini, Kamala memenangkan gugatan sengketa senilai 25 miliar dolar AS bagi para pemilik rumah di California yang terkena dampak krisis penyitaan rumah pada masa depresi ekonomi di AS. Dia juga membela undang-undang perubahan iklim California, memperjuangkan UU perawatan kesehatan yang terjangkau, serta mendukung hak-hak kaum LGBTQ dan kesetaraan pernikahan untuk semua warga California.

Dari keluarga cerdas dan pekerja keras 

Kamala Harris memang datang dari keluarga yang terkenal akan kerja keras mereka, baik di Jamaika maupun di AS. Bila ibunya, Shyamala Gopalan, adalah peneliti kanker yang disegani, ayahnya yaitu Donald Harris adalah profesor emeritus di Universitas Stanford yang berasal dari Orange Hill, Jamaika, dan kemudian beremigrasi ke AS. 

Orang tua Kamala bertemu dan berkenalan saat berdemonstrasi untuk hak-hak sipil di jalan-jalan di Berkeley, California. Keduanya kemudian menjalin hubungan dan menikah lalu memiliki dua anak perempuan. Namun hubungan Kamala dengan ayahnya merenggang seiring perceraian kedua orang tuanya di tahun 1972, tetapi Kamala masih sering mengunjungi Jamaika saat masih muda.

Di Jamaika sendiri, keluarga Harris memang dikenal akan peran mereka dalam bidang bisnis dan politik. Nenek buyut Kamala, yaitu Christiana Brown, semasa hidupnya menjalankan toko yang menjual barang-barang kering di kota Brown, Jamaika. Toko ini cukup populer di kalangan masyarakat setempat. 

Sementara itu, bibi Kamala yaitu Thelma Harris pernah menjabat sebagai anggota dewan kota untuk Partai Buruh Jamaika pada tahun 1970-an. Pada masa itu, perempuan masih relatif jarang terlibat dalam politik di negara tersebut. Kerabat lainnya juga memegang posisi lokal untuk salah satu partai politik terbesar di Jamaika. Setelah mengikuti karir Kamala selama bertahun-tahun, keluarga besar Harris di Jamaika sangat bergembira atas momen bersejarah yang melibatkan kerabat mereka ini.

Seperti Donald Harris, banyak orang asal Orange Hill yang juga beremigrasi dan mencari kehidupan yang lebih baik di AS. Pencalonan Kamala Harris pada Rabu kemarin telah memberikan harapan baru untuk mereka. 

“Keluarga Harris adalah pekerja keras. Jadi perempuan itu sekarang, ketika saya mendengarnya, saya tertawa dan bersukacita,” kata Vita Stevenson, seorang pemilik toko berusia 75 tahun di Orange Hill. “Saya punya anak perempuan di sana yang memberi saya informasi tentang semua yang terjadi di Amerika... Saya berdoa untuk kemenangan (Kamala).”

“Tidak ada vaksin untuk rasisme”

Saat ibu Kamala melahirkannya di Oakland, "dia mungkin tidak pernah membayangkan bahwa saya akan berdiri di hadapan Anda sekarang, mengucapkan kata-kata ini: Saya menerima pencalonan Anda sebagai wakil presiden Amerika Serikat," ujar Kamala saat pencalonan resminya. 

Kamala selalu ingat akan pelajaran berharga dari almarhum ibunya. Ia mengatakan ibunya telah menanamkan nilai-nilai dalam dirinya dan saudara perempuannya yang sangat berpengaruh dalam membentuk peta jalan hidup mereka. “Dia membesarkan kami untuk menjadi perempuan kulit hitam yang bangga dan kuat. Dan dia membesarkan kami untuk mengetahui dan bangga dengan warisan leluhur India kami."

Pelajaran ini ia teruskan kepada masyarakat lebih luas dengan mengatakan bahwa dia memiliki visi bahwa “bangsa kita sebagai komunitas yang dicintai - di mana semua orang diterima, tanpa peduli seperti apa penampilan kita, dari mana kita berasal, atau siapa yang kita cintai.”

Kini, tim kampanye Joe Biden berharap Kamala dapat menggerakkan para pemilih muda dan orang kulit berwarna di AS dalam ikut memilih, terutama setelah berlarutnya protes atas rasisme institusional dan kebrutalan polisi yang melanda negara itu.

“Tidak ada vaksin untuk rasisme. Kita harus bekerja keras (untuk menghilangkannya),” tegas Kamala.

ae/yp (AFP, ZDF, AP, senate.gov)