1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kandidat Kiri Menang dalam Pemilu di Peru

Andy Budiman6 Juni 2011

Kemenangan Ollanta Humala menambah satu lagi pemimpin kiri di Amerika Latin. Hasil pemilu ini menciptakan kekhawatiran di kalangan dunia usaha dan investor di Peru.

https://p.dw.com/p/11VLo
Presidential candidate Ollanta Humala speaks to supporters from the balcony of his headquarters after polls closed for general elections in Lima, Peru, Sunday April 10, 2011. Unofficial results showed Humala won the most votes in Sunday's presidential vote and is headed into a runoff against Keiko Fujimori, the daughter of imprisoned former President Alberto Fujimori. (Foto:Martin Mejia/AP/dapd)
Tokoh kiri Peru Ollanta Humala terpilih sebagai presidenFoto: dapd
Peruvian presidential candidate Ollanta Humala, left, dressed like an Inca waves to supporters during a campaign rally in Cuzco 350 Miles (570 Kilometers) from Lima, Peru on Saturday, April 1, 2006. Presidential front-runner Ollanta Humala, who has rattled Peru's political establishment with a nationalist platform reminiscent of a past military dictatorship, pledged to respect foreign investment, private property and free speech if elected. (AP Photo/Martin Mejia)
Kampanye Humala di hadapan masyarakat adat PeruFoto: AP

Hasil sementara pemilihan presiden di Peru menunjukkan kandidat sayap kiri Ollanta Humala unggul tipis. Dari sekitar 80 persen surat suara yang sudah dihitung, Humala memperoleh 50,7 persen. Sementara lawannya politisi sayap kanan Keiko Fujimori mendapat 49,3 persen. Saat berkampanye, Humala berjanji akan membantu mengangkat warga adat dari jurang kemiskinan sambil berjanji akan memeratakan hasil kekayaan alam Peru secara adil.

Humala sendiri sudah mengumumkan kemenangan dirinya, meski sang lawan Keiko Fujimori masih belum mengakui kekalahannya. Kemenangan Humala, membuat kalangan bisnis khawatir. Pasar keuangan Peru, sepekan terakhir mengalami turun naik seiring kekhawatiran bakal terpilihnya Humala. Guncangan itu kelihatannya bakal terus berlanjut meski Humala telah berupaya meyakinkan para investor bahwa dirinya akan menjaga pertumbuhan ekonomi dengan menekan inflasi, menyeimbangkan anggaran dan menghormati independensi bank sentral.

Namun demikian, para analis memperkirakan nilai mata uang Peru akan jatuh seiring dengan kemenangan Humala. Para investor khawatir, presiden yang baru terpilih ini akan memperluas peran negara dalam perekonomian dan menambah anggaran negara untuk program sosial yang dianggap akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Para pelaku bisnis di Peru sekarang memilih menunggu dan melihat dulu kebijakan dan gaya kepempimpinan Humala sebelum menginvestasikan uang mereka. Menteri Keuangan Ismael Benavides mengatakan, pemerintah telah memangkas perkiraan tingkat pertumbuhan ekonomi dari 7,5 % menjadi 6,5 %, terkait situasi terakhir. Para pejabat Peru sudah menyarankan agar Humala segera mengirim sinyal ke pasar bahwa dia akan menunjuk tokoh moderat untuk duduk di posisi kunci dalam bidang ekonomi.

Humala pernah memimpin pemberontakan militer yang gagal di masa pemerintahan presiden Alberto Fujimori pada Oktober tahun 2000. Dia mendapat pengampunan dari kongres setelah rejim Fujimori tak lagi berkuasa. Pada tahun 2005 ia mendirikan Partai Nasionalis Peru dan ikut dalam pemilihan presiden, namun dikalahkan oleh Alan Garcia.

Satu dekade terakhir, Peru termasuk negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi dunia, tapi ironisnya sepertiga masyarakatnya hidup dalam kemiskinan. Kepada mereka, selama kampanye Humala menjanjikan pemerataan ekonomi. Meski dia mencoba menghilangkan kesan radikal dan menampilkan diri sebagai kiri moderat seperti bekas presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva. Di kalangan dekatnya, Humala dipanggil „Comandante“.