1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kapal Korut- Korsel Baku Tembak

10 November 2009

Sebuah kapal patroli Korea Utara terbakar, setelah baku tembak terjadi dengan armada laut Korea Selatan, hari Selasa(10/09), menyusul memuncaknya ketegangan di perbatasan kedua negara itu.

https://p.dw.com/p/KT0E
Tentara Korut amati perairan pasca baku tembak antara kapal Korut-KorselFoto: AP

Dalam insiden pertama yang terjadi setelah tujuh tahun, peristiwa serupa di perbatasan Laut Kuning itu, kedua belah pihak yang bertikai saling menyalahkan. Presiden Korsel Lee Myung Bak mengadakan pertemuan darurat dengan para menteri keamanan. Sementara di hadapan parlemen, Perdana Menteri Korsel Chung Un-Chan menuding Korea Utara melancarkan serangan langsung pada kapal patroli Korea Selatan. Chung mengungkapkan baku tembak itu tak direncanakan, seraya mengingatkan masyarakat untuk tetap tenang menyikapinya.

Menteri Pertahanan Korsel Kim Tae-Young mengungkapkan pada parlemen, kapal Korea Utara berlayar melewati batas 1,6 km atau satu mil di selatan perbatasan. Kapal Korsel kemudian memberi tanda peringatan ketika kapal Korut melewati perbatasan, namun kapal Korut itu terus melaju. Setelah Korsel mulai melancarkan tembakan peringatan, kapal Korut membalas langsung ke arah kapal Korsel. Kemudian dibalas lagi oleh kapal Korsel untuk mendesak kapal Korut berbalik arah ke utara. Tidak ada korban jiwa dalam insiden itu di kedua belah pihak. Kepala staf gabungan Korsel Brigadir Jendral Lee Ki-Sik memrotes keras tindakan Korut dan memperingatkan untuk berjaga-jaga agar insiden serupa tak terjadi lagi.

Baku tembak kedua kapal terjadi sekitar dua menit dalam jarak sekitar tiga kilometer. Kapal Korut menembak sekitar 50 kali, 15 kali diantaranya mengenai kapal Korsel.

Lokasi kejadian peristiwa itu dikenal dengan nama Garis Batas Utara atau NLL, yang selama ini merupakan kawasan berpotensi bagi terjadinya letupan konflik. Di kawasan itu pertikaian sebelumnya pecah tahun 1999 dan 2002. Kepala staf gabungan Korsel Brigjen Lee Ki-Sik mengatakan dalam tahun 2009 ini saja, Korut telah melanggar wilayah itu sebanyak 22 kali. Namun baru kali ini Korsel melancarkan tembakan sebab kapal Korut mengabaikan lima kali tembakan peringatan yang disampaikan.

Namun pihak Korea Utara membantah memulai provokasi dengan mengatakan kapal Korsel telah melancarkan tembakan tatkala kapal mereka masih berada di wilayah utara garis batas itu.

Sementara, kalangan pengamat mensinyalir insiden ini sebagai pesan yang ingin disampaikan Pyongyang kepada Presiden Amerika Serikat Barack Obama, delapan hari sebelum lawatannya ke Asia. Seorang professor di Universitas Dongguk Korsel, Kim Yong Hyun, mengatakan Korut berusaha menunjukkan pada Obama gawatnya situasi di semenanjung Korea ini. Korut menuntut pakta perdamaian dengan AS. Sementara Yoo He-Youl dari universitas Korea mengatakan Korut ingin unjuk kekuatan untuk memperkuat posisi tawar mereka pada AS. Namun sebaliknya Yang Moo Jin dari Universitas Seoul menganalisa jika Korut berniat untuk memprovokasi maka mereka tidak mungkin hanya menggunakan satu kapal saja.

Sebenarnya Korut sudah mengundang utusan khusus AS Stephen Bosworth ke Pyongyang guna membicarakan sengketa penghentian program nuklir Korut. Pemerintahan di Washington diperkirakan segera memutuskan tawaran itu, seiring kunjungan Obama.

AP/AS/rtr/ap/afp/dpa/AP/AS