1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Karlsruhe, Kota WiFi Perdana di Jerman

Kate Hairsine9 Mei 2014

Karlsruhe menjadi salah satu kota pertama di Jerman yang menawarkan WiFi gratis tanpa batas. Kota-kota lain seperti Köln segera menyusul, meski terkadang terbentur hambatan waktu atau volume.

https://p.dw.com/p/1BvQM
Foto: picture-alliance/dpa

WiFi gratis di seluruh penjuru kota telah bertahun-tahun menjadi mimpi warga perkotaan. Dan memang sudah ada yang berhasil mewujudkannya.

Di New York sempat muncul perbincangan mengubah bilik telepon tua menjadi hotspot nirkabel.

Namun muncul kekhawatiran terkait keamanan jaringan nirkabel semacam itu, sehingga sulit untuk mewujudkan ide tersebut.

Di Jerman, kota Karlsruhe muncul sebagai pionir.

Pakar IT Bernd Strehhuber menunjuk ke arah menara bel yang menjulang tinggi dari Istana Karlsruhe yang dibangun pada abad ke-18.

"Antena WiFi tersembunyi di dalam menara bel," ungkapnya. "Istana ini masuk daftar Warisan Dunia sehingga kami harus memasangnya di bagian dalam agar tidak terlihat."

Menghindari konten ilegal

Istana Karlsruhe yang masuk Situs Warisan Dunia ikut dilibatkan dalam rencana KA-WLAN
Istana Karlsruhe yang masuk Situs Warisan Dunia ikut dilibatkan dalam rencana KA-WLANFoto: picture-alliance/Friedel Giert

Antena dipasang sebagai bagian dari proyek WiFi pemerintah kota yang menyediakan WiFi gratis di lokasi-lokasi terbuka di Karlsruhe, seperti taman istana, stasiun utama dan sejumlah alun-alun populer lainnya di seputaran pusat kota.

KA-WLAN, begitu sebutan layanan ini, sudah resmi beroperasi. Kota lain, seperti Köln, menyusul tak lama kemudian, dengan layanan yang didukung penyedia layanan internet komersial.

Pengguna baru harus mendaftarkan diri dengan nama serta alamat email atau ponsel bernomor Jerman. Mereka kemudian mendapatkan sebuah kode, yang memungkinkan pengguna memakai layanan internet dengan laptop, tablet atau ponsel mereka.

Di banyak negara lainnya, penggunaan WiFi gratis umumnya tidak perlu dengan memberikan data pribadi.

Butuh waktu lama

Sejak tahun 2003 ide untuk membonceng jaringan WiFi kampus Institut Teknologi Karlsruhe (KIT) yang terletak di pusat kota sudah dicetuskan. Namun baru tahun 2014 para pembuat kebijakan pada tingkat kota akhirnya mendukung ide WiFi gratis dan mengkaji layanan untuk warga Karlsruhe.

Dewan kota memutuskan bahwa pilihan masuk akal adalah memperluas kerjasama dengan KIT, berbekal dana 100.000 Euro untuk masa percobaan proyek selama setahun.

Menggunakan infrastruktur jaringan KIT berarti pemkot tidak perlu membangun dan merawat jaringan mereka sendiri - dan biaya bisa ditekan.

Rencana jangka panjang KA-WLAN akan mencakup sembilan fasilitas pendidikan yang ada di Karlsruhe dan setiap perpustakaan mereka dengan jaringan WiFi. Dan karena WiFi kota dipandang sebagai layanan bagi mahasiswa, amat penting untuk membuat jaringan ini tak berbatas.

"Ini benar-benar WiFi gratis, jadi tidak ada batasan waktu ataupun volume," tekan Matthias Hornberger, ketua dewan Cyberforum, salah satu mitra proyek KA-WLAN.

Köln baru saja meluncurkan lima hotspot di berbagai penjuru kota - termasuk di sekitar katedral tersohornya
Köln baru saja meluncurkan lima hotspot di berbagai penjuru kota - termasuk di sekitar katedral tersohornyaFoto: picture-alliance/Horst Galuschka

Tak selalu tanpa batas

Di banyak kota Jerman lainnya, hotspot WiFi ditawarkan oleh penyedia layanan komersial yang hanya memberi 30 atau 60 menit gratis per hari. Ini modelnya di ibukota Jerman, Berlin, dan Hamburg misalnya. Dan bahkan kota-kota dengan dewan yang mendukung layanan WiFi lokal, masih dijumpai sejumlah batasan. Di Pforzheim, contohnya, pengguna hanya bisa mengunduh 500 MB per bulan sebelum kecepatan WiFi berkurang.

Di München dan Köln, layanan otomatis terputus setelah satu jam - meski masih mungkin untuk langsung log in kembali.

Tentu, bahkan dengan WiFi tak berbatas yang ditawarkan Karlsruhe, bukan berarti seluruh pengguna bisa menggunakan WiFi secara berbarengan - terutama apabila setiap orang berurusan dengan data dalam jumlah besar. Jadi menonton ajang olahraga seperti Piala Dunia di Brasil bulan Juni dan Juli 2014 sudah pasti tidak mungkin.

"Ini akan menjadi tantangan teknis pertama kami," jawab Hornberger.