1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Karyawan Freeport Tuntut Perbaikan Upah

Ayu Purwaningsih18 April 2007

Demonstrasi ribuan para karyawan PT Freeport di Timika, Papua, akan dilanjutkan Kamis ini. Para karyawan kecewa dengan belum dipenuhinya tuntutan mereka untuk peningkatan perbaikan kesejahteraan.

https://p.dw.com/p/CP71

Dalam unjuk rasa yang berlangsung sejak kemarin di Timika, Papua, ribuan karyawan PT Freeport menuntut perbaikan kesejahteraan karyawan. Selain menuntut perbaikan kesejahteraan, para karyawan juga meminta pergantian sejumlah staf termasuk pimpinan Freeport, Armando Mahler. Mereka dianggap tidak mampu mewujudkan aspirasi karyawan yang merupakan hasil dari musyawarah besar Tongoi, 9 November lalu. Dari lokasi demo di Kuala Kencana, Frans Pigome, pemimpin demonstrasi menyampaikan tuntutan :

„Harus ada perubahan menajemen. Beberapa orang di manajemen harus diganti.“

Para demonstran meminta agar pimpinan Freeport menemui dan memenuhi tuntutan mereka. Keuntungan besar yang diterima Freeport dan biaya hidup yang tinggi menurut mereka tidak sebanding dengan upah rendah yang mereka terima.

“Mayoritas karyawan papua sangat memprihatinkan. Upah ini tidak pantas. Selama 38 tahun Freeport berdiri, tidak ada hasil. Rata-rata gajinya 1.500.000 rupiah, grade S1. Kami minta jadi sekitar 3 juta rupiah. Beli beras aja 7000, belum lagi ongkos, sekolah anak, ini tidak sebanding. Tidak bisa menabung untuk anak.”

Sementara itu lembaga hak-hak asasi manusia Elsham Papua menyimpulkan keberadaan Freeport selama puluhan tahun di Papua, lebih banyak menimbulkan penderitaan rakyat Papua ketimbang kesejahteraan. Direktur Elsham Papua, Aloysius Renuarin .

„Sudah terjadi kerusakan lingkungan, pembantaian, mereka meninggal akibat berbagai operasi militer. Belum lagi kerusakan lingkungan.“

Sebagian karyawan bermalam di kantor Freeport Kuala Kencana, menunggu kelanjutan proses negosiasi dengan pihak manajemen Freeport yang datang dari Jakarta. Kamis ini, rencananya pembicaraan antara karyawan dengan manajemen akan dilanjutkan. Meski terjadi pemogokan dan aktivitas sebagian produksi terhenti, dalam pernyataan tertulisnya, Freeport menyatakan produksi konsentrat logam dan proses pengapalan masih berjalan, dan tidak terpengaruh dengan pemogokan tersebut.

PT Freeport Indonesia merupakan bagian dari Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc, sebuah perusahaan pertambangan raksasa di New Orleans, Amerika Serikat. Proyek pertambangan Freeport terdapat di Kabupaten Mimika, yang merupakan daerah kaya di Papua. Di balik bayangan pegunungan kapur setinggi lebih dari seribu meter yang ditutupi hutan tropis, di utara Kecamatan Tembagapura itu, tersembunyi kekayaan mineral yang diperkirakan bernilai lebih dari 70 miliar dollar AS.