1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Kasus Corona di Rusia Meningkat Lampaui Jerman dan Prancis

8 Mei 2020

Jumlah kasus COVID-19 di Rusia melonjak ke angka 177.160 pada Kamis (7/5) dan menjadikannya negara dengan kasus tertinggi kelima di dunia. Departemen Kesehatan Moskow sebut hasil negatif tes COVID-19 sering keliru.

https://p.dw.com/p/3bvHn
Tes COVID-19 di Moskow, Rusia
Foto: Getty Images/AFP/V. Maximov

Kasus COVID-19 di Rusia telah melampaui jumlah kasus di Jerman dan Prancis pada Kamis (7/5). Perhitungan resmi jumlah kasus di Rusia melonjak ke angka 177.160, yang menjadikannya negara dengan jumlah kasus COVID-19 tertinggi kelima di dunia. Dalam 24 jam terakhir, jumlah kasus baru terkait COVID-19 melonjak sebanyak 11.231 kasus.

Lebih dari setengah kasus dan kematian akibat COVID-19 di Rusia terpusat di Moskow. Pada Kamis (7/5), Moskow melaporkan peningkatan 6.703 kasus baru COVID-19, sehingga total resmi kasus COVID-19 di kota itu menjadi 92.676.

Tetapi Walikota Moskow Sergei Sobyanin mengatakan bahwa penelitian menunjukkan jumlah kasus sebenarnya di ibukota Rusia itu sekitar 300.000, atau lebih dari tiga kali lipat dari angka resmi.

Sobyanin, yang dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, mengatakan jumlah kasus meningkat tajam karena pihak berwenang Moskow telah melipatgandakan jumlah tes COVID-19. Secara nasional, Rusia mengatakan telah melakukan lebih dari 4,8 juta tes COVID-19.

"Fakta bahwa kami telah mengidentifikasi begitu banyak orang yang sakit adalah nilai tambah yang besar, bukan nilai minus," kata Sobyanin kepada TV pemerintah.

Hasil negatif tes PCR sering salah

Namun, Departemen Kesehatan Moskow mengatakan bahwa pengujian stadium akhir untuk COVID-19 sering menunjukkan hasil yang salah. Ditambah semakin banyak orang Moskow yang tidak menunjukkan gejala atau hanya menderita kasus ringan.

Pengungkapan bahwa alat tes sering menunjukkan hasil yang keliru, yang mengatakan bahwa orang-orang dengan stadium akhir COVID-19 bebas atau negatif dari penyakit, menandakan bahwa jumlah sebenarnya infeksi COVID-19 di Rusia kemungkinan lebih tinggi.

Dalam beberapa tes yang keliru itu, pasien diperbolehkan pulang ke rumah oleh para dokter, padahal mereka dikhawatirkan dapat menginfeksi orang lain. Kantor berita Reuters telah memverifikasi setidaknya ada satu perstiwa semacam ini. Orang yang salah diidentifikasi tersebut diperbolehkan pulang dan justru menginfeksi orang lain di rumah mereka yang kemudian menyebabkan kematian.

Lembaga medis negara menggunakan alat tes COVID-19 yang diproduksi oleh Institut Vektor milik pemerintah di Siberia. Alat itu mendeteksi berdasarkan reaksi berantai polymerase atau PCR, yang dengan cepat membuat salinan sampel kecil molekul DNA, cetak biru genetik seumur hidup.

"Pada tahap akhir penyakit, tes PCR sering memberikan hasil negatif palsu," sebut Departemen Kesehatan Moskow.

Mengingat kegagalan itu, kota Moskow yang sumber dayanya jauh lebih baik daripada wilayah Rusia lainnya, saat ini juga menggunakan tes lain, seperti tes antibodi.

Isolasi mandiri kota Moskow diperpanjang

Data angka kematian resmi di Rusia yang masih jauh lebih rendah daripada di banyak negara, naik menjadi 1.625 pada Kamis (7/5), setelah 88 orang meninggal dalam semalam.

Pada Rabu (8/5), Sobyanin mengatakan aturan pembatasan isolasi mandiri di ibukota akan diperpanjang hingga 31 Mei, sembari memperingatkan bahwa masih terlalu dini untuk membuka kembali fasilitas olahraga, restoran dan teater.

Namun, Putin pada Rabu (8/5) mengatakan akan secara bertahap mulai melonggarkan beberapa aturan pembatasan kuncian atau lockdown, setelah 12 Mei.

Sobyanin menambahkan bahwa dengan akan diberlakukannya pelonggaran lockdown sebagian wilayah, maka siapa pun yang menggunakan transportasi umum setelah 12 Mei harus memakai masker dan sarung tangan, guna mencegah risiko infeksi virus corona.

Moskow dan wilayah-wilayah Rusia lainnya telah menjalani lockdown selama enam minggu. Penduduk ibukota telah diperintahkan untuk tinggal di rumah kecuali dalam keadaan tertentu, seperti pergi keluar untuk membeli makanan dan obat-obatan. Mereka harus mendapatkan izin digital untuk bepergian ke mana saja dengan transportasi umum atau pribadi.

(pkp/gtp) Reuters