1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Kasus Corona Meningkat, Jepang Lanjutkan Kampanye Pariwisata

11 Desember 2020

Perdana Menteri Yoshihide Suga mengkhawatirkan penyebaran virus corona di seluruh wilayah Jepang. Tetapi di saat yang sama, ia tidak berpikir untuk menangguhkan program subsidi pariwisata.

https://p.dw.com/p/3mYs3
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga
PM Jepang Yoshihide SugaFoto: Getty Images/C. Triballeau

Pemerintah Jepang pada hari Jumat (11/12) memerintahkan kepada seluruh warga untuk tidak merayakan pergantian tahun secara meriah, menyusul kasus infeksi virus corona yang tembus rekor harian.

Infeksi virus corona di Jepang mencapai 2.848 kasus pada Kamis (10/12), jumlah kasus paling banyak dalam satu hari sejak pandemi merebak.

Tetapi di sisi lain, pemerintah mengatakan akan terus memberikan subsidi untuk mempromosikan pariwisata. Namun berdasarkan laporan media setempat, Perdana Menteri Yoshihide Suga tengah mempertimbangkan jeda kampanye "Go To Travel" selama sekitar dua bulan pada akhir tahun.

Pemerintah Suga sejauh ini masih menggelontorkan subsidi yang diperlukan untuk menjaga bisnis hotel dan maskapai penerbangan demi meningkatkan perekonomian yang sempat rugi akibat pandemi COVID-19.

Data visualization COVID-19 New Cases Per Capita – 2020-1209 – Asia - Indonesian

Pwriwisata Jepang antara ekonomi dan kesehatan

Kementerian Keuangan Jepang mengumumkan bahwa Kabinet Jepang telah memutuskan untuk menghabiskan $ 3,71 miliar atau Rp 52,4 triliun cadangan anggaran darurat, untuk mendukung kampanye perjalanan domestik negara itu.

Sebagian besar pengeluaran akan digunakan untuk menutupi kekurangan anggaran untuk kampanye "Go To Travel."

Pemerintah akan secara fleksibel mempertimbangkan situasi pandemi dengan asumsi dasar bahwa kampanye pariwisata akan terus diperpanjang hingga akhir Juni 2021, sambil ditinjau secara bertahap.

Namun pemerintah juga dapat menghentikan subsidi perjalanan yang dimaksudkan untuk meningkatkan ekonomi regional, di tengah kekhawatiran bahwa kampanye pariwisata tersebut dapat menambah kasus infeksi virus corona.

Sebuah laporan pada pekan ini dari para peneliti di Universitas Tokyo dan University of California, Los Angeles (UCLA) menemukan kasus gejala COVID-19 yang lebih tinggi di antara orang-orang yang berpartisipasi dalam kampanye pariwisata, dibandingkan dengan masyarakat umum.

ha/hp (Reuters)