1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Katakan 'Ich liebe Dich' dengan Pohon Birch

Li Fern Ong1 Mei 2013

Lupakan sebuket mawar atau sekotak cokelat. Di Jerman, lelaki muda menyatakan cinta dan merayu pujaan hati dengan sebuah pohon. Bagian dari tradisi bulan Mei selama berabad-abad.

https://p.dw.com/p/18Q8e
Foto: picture-alliance/R. Goldmann

Saat seorang perempuan muda Jerman bangun pagi pada tanggal 1 Mei dan mendapatkan sebuah pohon birch di luar jendela rumahnya, lengkap dengan dekorasi pita, ia akan mengetahui bahwa dirinya dicintai.

Pengirimnya mungkin diketahui, mungkin saja tidak. Pacar-pacar dan para pemuja rahasia selama beberapa abad merayu pujaan hati mereka dengan memasang pohon birch pada malam hari tanggal 30 April.

Ratusan tahun lalu, saat tradisi Maibaum (pohon Mei) dimulai, hutan-hutan di Jerman jauh lebih besar, lebih banyak pohon, dan para lelaki muda saat itu lebih terampil dalam menebang pohon. Tetapi saat ini, para lelaki modern memiliki lebih banyak pilihan untuk mendapatkan pohon birch.

Sang lelaki pohon

Wolfgang Bongardt, dari layanan perhutanan regional di Kottenforst dekat Bonn, selama lebih dari dua dekade melihat seorang 'pejuang' mengambil pohon bagi pujaan hati. Ia menceritakan hiruk-pikuk yang terjadi setiap 30 April. "Sejak tengah hari, kami memperkirakan 500 hingga 600 pohon diambil. Mereka datang dengan truk, mobil, dan terkadang membawa Mercedes milik orangtua."

Dalam beberapa tahun terakhir, Bongardt menyadari bahwa usia pembeli pohon semakin muda saja. Mungkin atas dorongan teman atau sekedar ketertarikan generasi muda terhadap tradisi lama, tapi remaja lelaki semuda 15 atau 16 kini tak mau ketinggalan.

Lebih muda dan lebih pendek

Jonas K, seorang lelaki berusia 26 tahun dari Köln, memutuskan untuk memberikan pohon birch kecil dari Ikea kepada pacarnya tahun lalu. Ternyata ukuran tak mempengaruhi reaksi sang kekasih.

"Saat ia melihat pohon Mei, ia loncat dan memberikan saya ciuman terlama serta memasak makanan malam favorit saya," kelakar Jonas. "Tahun ini saya harus membeli pohon Mei yang lebih besar. Kalau perlu saya mencurinya."

Jonas juga mempertimbangkan alternatif lainnya seperti layanan kiriman online.

Pergantian malam antara 30 April dan 1 Mei ternyata juga mengundang permainan maling dan saling menjahili. Begitu pohon dipasang di depan rumah pujaan hati, sang lelaki muda harus menjaga sepanjang malam untuk mencegah pohonnya dicuri seorang pesaing.

Tugas mengawasi ada manfaatnya juga. Kerap bekerja dalam tim untuk mengantar dan memasang pohon, bagi banyak lelaki muda ini menjadi kesempatan untuk berkumpul bersama teman sementara mereka menunggu matahari terbit dan tanda balasan terhadap perasaan mereka.

Setiap orang adalah pemenang

Kaum perempuan, di sisi lain, tak sabar menunggu tanggal 1 Mei. Menurut tradisi, mereka diharapkan memasak makan malam bagi sang pemuja sebagai balasan, seperti yang dilakukan oleh kekasih Jonas Käter.

Namun kala tahun kabisat, kaum perempuan harus lebih banyak berencana. Tradisinya dibalik dan mereka justru yang diharapkan memberi kejutan kepada pujaan hati dengan sebuah pohon.

Setelah 1 Mei, pohon-pohon Birch terus dipajang hingga akhir bulan, baik hujan maupun panas. Dulu ayah sang perempuan yang mengambil alih tugas menjaga pohon sepanjang Mei. Di akhir bulan, si lelaki muda akan memberikan hadiah kecil seperti satu peti bir kepada ayah sang perempuan untuk "membeli" kembali pohonnya.