1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Keamanan bagi Rakyat AS Versi Donald Trump

22 Juli 2016

Donald Trump menerima resmi pencalonan dirinya sebagai presiden AS dari Partai Republik, dalam kongres partai di Cleveland. Ia menjadikan masalah keamanan fokus pidatonya.

https://p.dw.com/p/1JU8K
USA Republican National Convention in Cleveland Donald Trump Rede
Foto: picture-alliance/dpa/T. Maury

Donald Trump (70) menerima nominasi dari Partai Republik Kamis malam. Pada kesempatan itu ia menampilkan diri sebagai sobat kaum buruh dan jadi calon yang bisa diandalkan untuk menegakkan hukum dan keadilan.

"Sahabat, delegasi dan rakyat AS, saya menerima dengan rendah hati nominasi untuk jadi Presiden," demikian Trump dalam kongres Partai Republik di Cleveland.

"Bersama-sama kita akan memimpin Partai Republik untuk bisa menguasai lagi ke Gedung Putih, dan memimpin negara kembali menuju keamanan, kemakmuran dan perdamaian." Ditambahkannya, "AS akan jadi negara yang penuh kemurahan hati dan kehangatan, tapi juga jadi negara yang mengutamakan hukum dan keadilan."

Milyarder yang berbisnis di bidang properti itu menyinggung insiden berdarah yang terjadi belakangan ini, yaitu peristiwa penembakan polisi dan keresahan sosial. Dengan yakin ia menyatakan, "Keamanan akan kembali ke AS" jika ia jadi presiden.

Kembalikan lagi hegemoni AS

Trump juga mengatakan, AS sudah kehilangan posisinya di dunia, dan ia menyalahkan Presiden Barack Obama. "Selama kita dipimpin politisi yang tidak mau mengutamakan AS, pasti negara lain tidak akan mau menunjukkan hormat kepada AS," kata Trump. Ia menyatakan masalah itu juga akan berakhir, jika ia jadi presiden.

Pidato Trump berlangsung sekitar 75 menit. Ia juga menyinggung turunnya pemasukan dari sektor perdagangan dan masalah rasialis di AS, juga prestasi saingannya, Hillary Clinton, ketika menyandang jabatan menteri luar negeri.

Senator Bernie Sanders dari Partai Demokrat, yang pernah mencalonkan diri untuk jabatan presiden, mempertanyakan dan mengritik Trump yang sesumbar bahwa ia satu-satunya yang bisa menyelesaikan masalah, tanpa keikutsertaan Kongres. "Apakah ia mencalonkan diri untuk jadi presiden, atau diktator?" demikian Sanders lewat tweet-nya.


Partai Republik: tidak semua dukung Trump

Pada hari yang sama Trump sudah dihajar kritik tajam akibat ucapannya, bahwa AS akan menarik diri dari komitmen militer dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), jika ia jadi presiden. Trump mengatakan ia akan berusaha mengakhiri garansi berupa kesepakatan untuk saling mempertahankan diri, jika anggota NATO lain tidak memenuhi kewajiban.

Sebelum Trump naik ke panggung dalam kongres nasional Partai Republik Kamis kemarin, putrinya, Ivanka Trump, tampil terlebih dahulu, dan menyatakan ayahnya akan menjadikan AS negara yang besar lagi. Walaupun Trump disambut tepuk tangan meriah, ia tetap jadi figur pemecah-belah, bahkan dalam partainya sendiri.

Salah satu kebijakan Trump untuk bidang keamanan jika ia jadi presiden: mendirikan tembok pemisah. Seorang pengguna Twitter melukiskannya demikian



Senator Republik Ted Cruz dari Texas yang sebelumnya juga ikut mencalonkan diri sebagai presiden, dimaki ribuan delegasi karena tidak bersedia menyatakan dukungan bagi Donald Trump. Di samping itu, sejumlah tokoh dan pejabat tinggi Partai Republik tidak hadir, dan bisa jadi petunjuk jelas terpecahnya partai. Patut dicatat juga, tidak ada satupun mantan presiden AS dari Partai Republik hadir dalam kongres Kamis kemarin.

John Weaver, pakar strategi dari Partai Republik juga bercuit lewat jejaring sosial Twitter, bahwa Trump telah menyampaikan pidato paling "menyedihkan, muram, dan sangat menyesakkan hati dalam sejarah modern AS."

ml/as (Twitter, ap, afp, dpa, rtr)