1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kebangkitan Keluarga Cendana?

12 Maret 2018

Putri mantan presiden Soeharto Siti Hediati Hariyadi ( Titiek Soeharto) membantah anggapan rangkaian kegiatan Bulan Soeharto merupakan jalan untuk kebangkitan politik keluarga Cendana.

https://p.dw.com/p/2uA0M
Indonesien Jakarta Tommy Suharto
Foto: Getty Images/AFP/R. Gacad

Sejak  awal  Maret 2018 Keluarga Soeharto mengelar acara yang bertajuk Bulan Soeharto. Kegiatan tersebut  digelar di Yogyakarta dan Jakarta.  Perayaan puncaknya dilakukan  hari Minggu 11 Maret 2018 bertepatan dengan peringatan Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret.

Dikutip dari Tempointeraktif,  Titiek Soeharto menepis rangkaian kegiatan ini merupakan jalan untuk kebangkitan politik keluarga Cendana: "Ini tidak ada urusan kebangkitan politik keluarga kami, kami selamanya selalu konsen pada kesejahteraan rakyat Indonesia." Titiek menjelaskan, kegiatan itu bertujuan  mengenang Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Indonesia.

Salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan Keluraga Cendana adalah bekerja sama dengan yayasan yang didirikan Soeharto.com mengadakan kegiatan penanaman 1.600 pohon sengon dan 2.500 tanaman produktif di Yogyakarta. Sementara di Jakarta, mereka menggelar khitanan massal, pameran foto, lomba mewarnai dan perayaan kuliner nasional yang digelar di Taman nasional Indonesia Indah (TMII). Demikian dilansir dari tempointeraktif. Titiek juga membantah soal masuknya adiknya, Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto dalam partai baru peserta pemilu 2019 Partai Berkarya sebagai awal kebangkitan keluarga Cendana.

Baca juga:

Lebih Enak Zaman Soeharto?

"Paman Gober" Jadi Pahlawan Nasional

Sebagaimana diketahui, Hutomo Mandala Putra baru saja terpilih sebagai  ketua umum  Partai Berkarya. Dikutip dari Detik.com,  dengan demikian  Neneng A. Tutty melepaskan jabatannya sebagai ketua umum dan menyerahkannya kepada Tommy Soeharto. 

Pengamat politik Aris  Santoso mengatakan: "Terpilihnya Mas Tommy sebagai Ketum Partai Berkarya, bisa disebut sebagai bagian dari demokrasi, namun kali ini demokrasi menunjukkan sisi muramnya. Demokrasi memang beresiko, bahwa figur-figur yang merupakan "residu” masa lalu, dengan berbagai cara bisa kembali, salah satunya karena adanya dukungan dana tak terbatas. Saya sendiri menduga, partai  Tommy,  beserta partai berbau keluarga Cendana lainnya, akan menjadi ancaman bagi  parpol yang selama ini sering mengeksplorasi isu keagamaan (Islam). Tentu Tomny  tahu benar bahwa kantong-kantong  suara pendukung parpol yang acapkali memainkan isu primordial tersebut bisa "dibeli”.”

Pengamat hak asasi manusia Haris Azhar beujar: "Orde Baru makin berani tampil, para “buruk muka” muncul seolah masa lalu dan catatan buruk mereka tidak ada dan terhapus. Tommy muncul jelas hanya mengandalkan nama Soeharto dan uangnya saja. Dia tidak mewakili dan memiliki rasionalitas kebutuhan sosial dan politik di negeri ini."

Tommy sebelumnya menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Berkarya. Wacana penunjukan Tommy sebagai Ketua Umum telah  mengemuka sebelumnya. Spanduk dukungan untuk Tommy pun terpasang di sekitar lokasi rapat pimpinan nasional partai tersebut.

ap/hp (tempoinetraktif/detik/okezone)