1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kebun Binatang Surabaya Perlu Dikelola Lebih Baik

12 Mei 2016

Kebun Binatang Surabaya (KBS) pernah dijuluki sebagai Zoo of Death, alis kebon binatang paling kejam di dunia. Banyak hewannya yang tidak terurus dan mati. Para aktivis menuntut agar KBS dikelola lebih baik.

https://p.dw.com/p/1ImJm
Tiger Wasser Schwimmen
Foto: picture alliance/blickwinkel/W. Layer

Aktivis mengatakan banyak dari lebih 2.200 hewan di kebun binatang kota Surabaya menghuni kandang yang terlalu sempit. Selain itu, hewan tidak mendapat makanan yang tepat.

Kebun Binatang Surabaya memang pernah jadi sorotan karena kematian hewan, sehingga dijuluki Zoo of the Death atau kebun binatang paling kejam di dunia. Kasus terbaru adalah kematian seekor harimau Sumatera langka bulan lalu.

"Mereka perlu melakukan upaya untuk meringankan kelebihan populasi hewan," kata Petrus Riski dari Indonesia Wildlife Communication Forum.

"Hal ini dapat dilakukan dengan mengirim mereka ke lembaga konservasi lainnya," kata dia.

Pihak KBS mengatakan, sebagian besar penyebab kematian adalah penyebab alami. Tapi kalangan aktivis menyatakan sudah banyak kasus di KBS yang membuat publik sangsi pada pengelolaan kebun bintang tertua di Indonesia itu, yang didirikan tahun 1916.

Giraffe im Surabaya Zoo in Indonesien gestroben
Jerapah Afrika yang meninggal di Kebun Binatang Surabaya (Foto arsip, Maret 2012)Foto: AP

Tahun 2014, seekor Singa Afrika ditemukan tergantung tewas di kandangnya pada tahun 2014, dan seekor jerapah ditemukan mati dengan sekitar 18 kg sampah plastik di perutnya, yang dibuang penunjung kebun binatang ke dalam kandang.

Sekitar 45 ekor komodo juga tewas ketika mereka saling serang dalam kandang yang penuh sesak.

Pelaksana Jabatan Direktur KBS Aschta Boestani Tajudin menyalahkan rintangan birokrasi yang menghambat berbagai upaya untuk memperbaiki kondisi.

"Kami sudah berusaha untuk menyelesaikan masalah ini satu per satu," kata dia. ""Saya berharap, dalam tiga sampai empat bulan dari sekarang kita bisa memecahkan masalah ini."

Kalangan pengamat mengatakan, fasilitas kebun binatang sudah terlalu tua dan stafnya tidak mendapat pelatihan yang seharusnya. Inilah sebab utama keruwetan pengelolaan KBS.

"Mereka perlu lebih banyak dukungan dan dana untuk benar-benar memperbaiki keadaan," kata Tony Sumampau, sekretaris jenderal Asosiasi Kebun Binatang dan Akuarium Indonesia.

hp/rn (rtr)