1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

080211 Korea Gespräche

9 Februari 2011

Setelah hening yang menyusul dentuman senjata, akhirnya Korea Utara dan Selatan kembali berdialog.

https://p.dw.com/p/10CoC

Dalam sebuah barak di zona demiliterisasi hari Selasa (08/02), utusan kedua belah Korea duduk di meja perundingan. Walter Klitz, Direktur Yayasan Friedrich-Naumann-Stiftung di Seoul menjelaskan prosesnya, "ini merupakan rapat kerja. Tujuannya adalah mempersiapkan pembicaraan politik, jadi kedua pihak kini harus menyepakati misalnya, pada level mana pembicaraan tersebut akan dilakukan, selain itu mengenai tema-tema apa yang akan dibahas dalam pembicaraan nanti.“

Rapat kerja ini menyusul bekunya komunikasi antara Korea Utara dan Selatan, setelah konflik seputar dua peristiwa. Yang pertama tewasnya 46 marinir dan tenggelamnya kapal perang Korea Selatan „Cheonan“ pada Maret 2010 akibat ditembak torpedo Korea Utara.

Südkorea Insel Yeonpyeong Beschuss durch Nordkorea
Foto: AP

Selain itu, penembakan pulau Yeonpyeong oleh Korea Utara yang merasa terprovokasi oleh pengumuman bahwa Korea Selatan dan Amerika Serikat akan menggelar latihan militer bersama.

Ketegangan yang terus menajam menghambat upaya-upaya berdialog. Begitu ungkap pakar politik Rüdiger Frank di Universitas Wina yang kerap memantau perkembangan hubungan kedua Korea yang bertetangga itu. Tuturnya, "di satu pihak, akibat peristiwa-peristiwa tahun lalu, Korea Selatan tak mau melakukan pendekatan kepada Korea Utara. Apalagi setelah retorika konflik yang menyusul. Di pihak lain, kedua negara tak mungkin berdampingan, tanpa berdialog.“

Nordkorea sprengt Kühlturm des Atomreaktors in Yongbyon
Reaktor Nuklir Yongbyon di Korea UtaraFoto: picture-alliance/ dpa

Bagi Korea Selatan yang merupakan negara industri, perkembangan hanya bisa mulus bila situasi damai. Pemilik modal enggan berinvestasi apabila ada ancaman perang. Sementara Korea Utara tampaknya canggih memainkan ketegangan, yang bisa sengaja dipicu maupun diredamkan. Setelah sepanjang tahun lalu gencar memprovokasi, menjelang akhir tahun Korea Utara mengisyaratkan keinginan berdialog.

Bahkan kepada Gubernur New Mexico yang berkunjung ke Pyongyang, pemerintah Korea Utara menyatakan bersedia kembali menerima kehadiran pengawas badan atom internasional IAEA, yang sebelumnya diusir. Ungkapnya, "Utara kini sudah siap untuk memberikan akses kepada pengawas dari IAEA untuk menginspeksi fasilitas nuklir Yongbyon dan membuktikan bahwa tidak dilakukan pengayaan uranium di sana. Selain itu, untuk menjual 12.000 modul bahan bakar nuklir bekas, Korea Utara perlu bernegosiasi dengan Korea Selatan.“

Sementara itu, harian „Washington Post“ awal Februari menerima laporan rahasia dari sejumlah pakar di PBB, bahwa selain di Yongbyon, Korea Utara memiliki beberapa fasilitas nuklir. Karenanya tak mengherankan, bahwa baik China maupun Amerika Serikat di balik layar juga mendorong kedua Korea ini untuk kembali berunding.

Matthias von Hein/ Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk