1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Olahraga

Opini: Para Bos DFB Harus Bertanggungjawab

23 Juli 2018

Reaksi terhadap foto Mesut Özil dengan Erdogan dan tuduhan bahwa dia penyebab kekalahan Jerman di Piala Dunia adalah kisah sedih manajemen buruk Asosiasi Sepakbola Jerman, DFB. Opini editor DW Matt Pearson.

https://p.dw.com/p/31tyN
Fußball WM 2018 - Mesut Özil
Foto: picture-alliance/dpa/C. Charisius

Setelah membela tim nasional Jerman selama sembilan tahun, karir Mesut Özil di timnas berakhir dengan pengumumanpengunduran diri lewat Twitter. Özil sepertinya akan mengakhirinya dengan tweet yang berani dan ibarat jembatan yang terbakar. Dia mengatakan tidak akan pernah lagi bermain untuk Jerman selama DFB menunjukkan "sikap rasisme dan tidak hormat ini."

Tiga cuitan Özil yang bernada marah membeberkan keluhan tentang perlakuan oleh media Jerman, DFB dan sebagian fans Jerman, setelah dia dan Ilkay Gündogan berpose foto bareng dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Presiden DFB Reinhard Grindel menjadi target utama kritik Mesut Özil. "Saya tidak mau lagi dijadikan kambing hitam karena ketidakmampuan dia melakukan pekerjaannya dengan benar," tulis Özil di Twitter.

Pertanyaan yang harus dijawab para bos DFB

Mesut Özil juga mengeritik media Jerman. Dia menyatakan kecewa dengan "moral ganda" yang ditunjukkan beberapa media. Baru-baru ini, mantan kapten timnas Jerman Lotthar Matthäus berfoto dengan presiden Rusia, Vladimir Putin, namun tidak ada reaksi media seperti yang dihadapinya sekarang. "Apakah ini karena latar belakang Turki saya, atau mungkin karena saya beragama Islam?, tulisnya."

Kommentarbild Matt Pearson
Editor DW Matt Pearson

Kemarahan Özil memang pada tempatnya. Setelah dia berbicara, bola sekarang ada para Reinhard Grindel dan para bos DFB lainnya. Grindel awalnya mendukung keputusan pelatih Joachim Löw untuk membawa Özil ke Piala Dunia di Rusia. Namun setelah Jerman kalah di putaran pertama, Grindel kemudian menyalahkan sikap Özil yang tidak berkomentar tentang fotonya dengan Erdogan. Grindel bahkan menuduh Özil bertanggung jawab untuk kekalahan memalukan  di Rusia, suatu tindakan putus asa untuk mencari kambing hitam.

Tentu saja, keputusan Özil untuk berpose dengan seorang pemimpin yang telah menindas kebebasan berekspresi dan lawan-lawan politik demi mempertahankan kekuasaan bisa dipertanyakan.

Namun ini tidak bisa membenarkan reaksi-reaksi kasar dan beracun yang kemudian bermunculan. Retorika partai ultra kanan AfD tiba-tiba menjadi populer di media dan disebarluaskan oleh para provokator di media sosial.

Erdogan mit Özil (picture-alliance/dpa/Uncredited/Presdential Press Service)
Foto Mesut Oezil dengan Presiden Erdogan yang menyulut kritik luasFoto: picture-alliance/dpa/Presidential Press Service

Reaksi beracun

Mesut Özil menyebutkan bagaimana di "goat f **cker" oleh seorang politisi Jerman dan "Turki s**t" oleh sebagian fans. Apakah mengherankan, kalau dia sekarang merasa tidak lagi nyaman mewakili Jerman, ketika para fungsionaris dan fans tiba-tiba memperlakukannya dengan cara rasis sedemikian kasarnya?

Özil mungkin seharusnya menangani kasus foto yang menghebohkan itu  dengan lebih baik. Tapi dia adalah pemain sepak bola profesional, bukan diplomat. Asosiasi Sepakbola Jerman DFB juga seharusnya bisa menangani serangan media terhadap pemainnya ini. Bahwa mereka tidak melakukan itu, membuat sulit membantah asumsi Özil, bahwa seorang pemain Muslim asal Turki di timnas Jerman lebih mudah diserang daripada pemain lain dalam posisinya.

Misalnya, mantan kapten timnas Jerman Lothar Mätthaus, sekarang duta DFB, baru-baru ini difoto berjabat tangan dengan Vladimir Putin, yang dikenal sebagai penindas kebebasan berpendapat dan tidak punya toleransi untuk oposisi. Tapi, tidak ada kehebohan tentang itu di media dan publik.

Kelihatannya, tidak ada cara untuk menahan Mesut Özil meninggalkan timnas Jerman. Namun kita juga berharap dia membawa serta Presiden DFB Reinhard Grindel untuk lengser. Itu mungkin satu-satunya hal positif yang bisa muncul dari keruwetan ini.