1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kekerasan Bermotif Politik-Religius di Irak

6 Januari 2012

Lebih dari 60 orang tewas dalam satu hari. Itulah kenyataan mengerikan yang kembali tampak di Irak akibat serangkaian serangan. Kini situasi seperti perang saudara kembali mengancam negara itu.

https://p.dw.com/p/13fMP
People gather at the site of a bomb attack in Sadr city, eastern Baghdad January 5, 2012. Two bombs exploded in a mainly Shi'ite Muslim area of Iraq's capital Baghdad on Thursday, killing six people and wounding 17, police and hospital sources said. REUTERS/Ali al-Mashhadani (IRAQ - Tags: CONFLICT CIVIL UNREST)
Sekelompok orang di lokasi serangan di Sadr City, Baghdad Timur (05/01/2012)Foto: Reuters

Di Irak, ingatan dari tahun 2006 dan 2007 kembali muncul. Ketika kekerasan mencapai puncaknya waktu itu, setiap bulannya hampir 2.000 orang tewas dalam serangan teror berlatarbelakang religius. Kamis, 5 Januari lalu, serangkaian serangan kembali terjadi di ibukota Irak, Baghdad dan Nasiriyah di bagian Selatan negara itu. Yang menjadi sasaran selalu warga Syiah, yang menjadi warga mayoritas Irak.

Empat bom meledak di Baghdad, dan menyebabkan sedikitnya 23 orang tewas, sementara dua lainnya berhasil dijinakkan. Kamis tengah hari, lebih dari 40 peziarah Syiah jadi korban serangan. Mereka sedang dalam perjalanan ke kota suci Karbala. Jumlah itu adalah yang tertinggi yang pernah terjadi pada hari raya Syiah, Arbaeen. Dua pekan lalu, akibat serangan, lebih dari 60 orang tewas dalam satu hari. Empat hari setelah penarikan tentara AS terakhir dari Irak, Baghdad kembali mengalami rangkaian serangan serupa.

Kota Paling Berbahaya

Boys look at a vehicle damaged by a bomb attack in Baquba, 65 km (40 miles) northeast of Baghdad January 4, 2012. Eleven bombs exploded in separate areas of the city of Baquba, killing a 6-year-old girl and wounding 12 other people, a Baquba police source said. REUTERS/Stringer (IRAQ - Tags: CONFLICT)
Warga mengamati mobil yang rusak dalam serangan di Bakuba, di barat laut Baghdad (04/01/2012)Foto: Reuters

Walaupun pemerintah memuji situasi, yang katanya sudah lebih aman, Baghdad tetap menjadi kota paling berbahaya di Irak. Separuh dari 2.600 korban kekerasan tahun lalu, tewas di ibukota. Menurut sumber lain, jumlahnya bahkan 4.000. Wartawan Irak Shamal Aqrawi menuturkan, "Di Baghdad, situasi keamanan berubah secepat lampu lalu lintas. Berubah setiap detik. Hampir setiap saat orang dapat mendengar ledakan."

Berada di tempat yang salah, pada waktu yang salah. Korban biasanya terjebak dalam situasi itu. Kali ini, rangkaian serangan jelas diarahkan untuk menambah ketegangan politik dan antar agama, karena Irak sekarang sedang mengalami krisis pemerintahan yang paling parah sejak pemilu diadakan hampir dua tahun lalu. Konflik antara warga mayoritas Syiah dan warga minoritas Sunni kembali pecah.

Haidar Jaafer yang bekerja sebagai pegawai khawatir perang saudara akan kembali terjadi. Ia mengatakan, tentu saja krisis pemerintahan berdampak pada situasi ekonomi dan politik kami. Ditambahkannya, "Sengketa antar politisi akan memicu kerusuhan dan konflik antar agama seperti tahun 2007 dan 2007, ketika bom sering meledak."

Masalah Kekuasaan

ARCHIV: Ein Soldat der US-Armee zieht in Bagdad, Irak einen grossen Koffer hinter sich her (Foto vom 15.12.11). Mit dem Abzug der letzten US-Soldaten aus dem Irak geht am 18. Dezember 2011 ein fast neun Jahre dauernder Krieg zu Ende. (zu dapd-Text) Foto: Khalid Mohammed/AP/dapd
Seorang tentara AS menarik koper dalam perjalanan meninggalkan Irak (15/12).Foto: dapd

Ketegangan diakibatkan masalah kekuasaan religius dan politik. Perdana Menteri Nuri al Maliki, yang Islam Syiah, berusaha melumpuhkan kekuasaan warga Sunni, yang berperan besar di jaman Saddam Hussein. Maliki mengeluarkan perintah penangkapan terhadap Wakil Presiden Hashemi, karena ia dikabarkan memimpin sekelompok orang yang ditugaskan membunuh Maliki. Hashemi kemudian bersembunyi di daerah Kurdi di Irak Utara.

Wakil Maliki, yang juga warga Sunni, kabarnya dipecat karena mengatakan Maliki lebih buruk daripada Saddam Hussein. Selain itu, semua menteri Sunni diberhentikan, karena mereka memboykot pemerintah dan parlemen sebagai protes. AS dulu berkeras, pemerintah harus terdiri dari wakil semua partai, dengan harapan konflik antara Sunni dan Syiah dapat diselesaikan. Aliansi yang dipaksakan ini tidak pernah benar-benar berfungsi. Kecurigaan juga mewarnai kerja departemen dalam negeri dan pertahanan, sehingga keamanan tidak terwujud.

Kecurigaan antara Dua Kubu

(111212) -- WASHINGTON D.C., Dec. 12, 2011 () -- Iraqi Prime Minister Nuri al-Maliki speaks during a news conference in the Eisenhower Executive Office Building next to the White House in Washington D.C., the U.S., Dec. 12, 2011. President Obama and Iraqi Prime Minister Nuri al-Maliki spoke to jo...
PM Irak, Nuri al MalikiFoto: picture alliance/Photoshot

Oleh sebab itu wartawan Irak Hiar Osman tidak yakin, perubahan positif akan segera terjadi. Menurutnya, dua kubu besar politik Irak dan AS gagal membina kepercayaan sejak delapan tahun lalu. Masalah utama selalu kecurigaan antara kubu Sunni dan Syiah.

Perdamaian sampai kini belum tampak. Warga Syiah dan Sunni sudah lama hidup terpisah. Warga ekstrimis Syiah bisa menuduh warga Sunni bertanggungjawab atas serangan terakhir, dan memikirkan balas dendam. Situasi perang saudara yang tampaknya sudah berhasil ditangani, kembali mengancam.

Ulrich Leidholdt / Marjory Linardy

Editor: Hendra Pasuhuk