1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kekerasan di Pantai Gading

22 Maret 2011

Konflik di Pantai Gading masih berlangsung. Ribuan orang melarikan diri dari ibukota Abijan. Laurent Gbagbo yang tidak terpilih lagi sebagai presiden tetap belum bersedia turun dari jabatan.

https://p.dw.com/p/10fq4
Foto: AP

Pantai Gading berada di jurang perang saudara. Menurut laporan media Senin lalu (21/03) sejumlah besar orang melarikan diri dari kota metropolitan Abijan. Pekan lalu, di Abijan sedikitnya 25 orang tewas, ketika tentara yang setia kepada Presiden Laurent Gbagbo menembaki sebuah pasar dengan roket.

Ribuan Mengungsi

Elfenbeinküste Laurent Gbagbo
Laurent GbagboFoto: picture alliance/landov

Ribuan orang setiap harinya berdesak-desakan menaiki bus yang mengadakan perjalanan ke daerah pedalaman, di mana mereka berharap mendapat perlindungan dari kekerasan yang terus berlangsung. Demikian laporan harian «Le nouveau Réveil». Ongkos untuk bus dua sampai tiga kali lipat lebih tinggi dari biasanya. Seorang perempuan mengatakan, setidaknya di desa mereka dapat hidup dengan tenang dan dapat memperoleh bahan makanan. Akibat embargo ekonomi, rakyat Pantai Gading tidak hanya menghadapi kekerasan, melainkan juga kurangnya bahan pangan.

Negara Afrika Barat itu dilanda krisis akibat persaingan kekuasaan antara Laurent Gbagbo yang November lalu tidak terpilih lagi sebagai presiden dengan Alassane Ouattara yang diakui dunia internasional sebagai presiden berikutnya. Laurent Gbagbo sudah memerintah di negara itu sejak tahun 2000. Sebelum krisis terjadi, Pantai Gading menjadi pengekspor coklat terbesar di dunia.

Perekrutan Baru

Elfenbeinküste Flüchtlinge
Sejumlah orang yang mengungsi akibat pertempuran di Abobo, Abijan, dan mencari perlindungan di gereja St. Ambrose di Angre (09/03).Foto: AP

Menurut media Inggris BBC, ribuan pria muda mendaftarkan diri untuk menjadi anggota militer sebagai bukti dukungan bagi Gbagbo. Salah seorang dari pria muda itu mengatakan, “Waktunya sudah datang, untuk mempertahankan negara. Saya lebih senang mati di fron, daripada seperti pengecut dibunuh oleh penyerang di rumah sendiri.”

Berdasarkan keterangan PBB, 500.000 orang warga negara itu telah berada dalam pengungsian. Sementara sekitar 100.000 orang melarikan diri melewati perbatasan, terutama ke Liberia. Sejak pemilu presiden November lalu dan krisis yang menyusul, lebih dari 400 orang tewas.

Kritik terhadap Misi PBB

Sementara itu, kritik bermunculan terhadap pasukan PBB yang terdiri dari sekitar 10.000 orang, yang ditempatkan di negara itu. Harian "Le Patriote" yang mendukung Ouattara menulis, misi PBB hanya mengurus jumlah korban tewas, tetapi tidak melakukan apapun untuk mengakhiri kekerasan. Padahal perlindungan warga sipil termasuk dalam mandat pasukan PBB.

Elfenbeinküste Quattara Äthiopien Auschreitungen Wahl
Alassane Dramane Ouattara, yang diakui dunia internasional sebagai Presiden Pantai GadingFoto: AP

Pantai Gading dengan penduduknya yang berjumlah sekitar 20 juta orang dilanda perang saudara antara tahun 2002/2003, yang membagi negara itu menjadi dua bagian. Ouattara mendapat dukungan dari pemberontak di bagian utara negara itu.

Departemen Luar Negeri Jerman menyatakan menambah bantuan bagi pengungsi Pantai Gading. Dana bantuan berikutnya sejumlah 500.000 Euro itu diserahkan kepada badan PBB yang mengurus pengungsi, UNHCR. Dana itu bertujuan untuk pemberian bantuan darurat bagi pengungsi di Liberia, misalsa selimut, alat memasak dan tempat penampungan. Demikian dinyatakan departemen luar negeri Selasa kemarin (22/03).

epd/dpa/rtr/Marjory Linardy

Editor: Ayu Purwaningsih