1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Israel Gaza Iran

24 Desember 2009

Sementara warga di Jalur Gaza masih menderita akibat peperangan yang sudah mereda, kebanyakan orang Israel sudah menutup bab ini. Yang mereka khawatirkan sekarang adalah ancaman dari Iran.

https://p.dw.com/p/LCvU
Foto: Jürgen Sorges / AP / DW

Dari perspektif Israel, perang Gaza merupakan sebuah kesukseksan. Sejak berakhirnya serangan udara Israel yang dinamakan Operation Cast Lead, tembakan roket dari Jalur Gaza menurun sampai 90 persen. Tetapi sebenarnya perang antara Israel dan Hamas tetap belum selesai. Walaupun begitu, warga dari kedua belah pihak menganggap situasinya sudah tenang. Schlomi Eldar, seorang reporter televisi Israel yang sejak 20 tahun memberitakan situasi di Jalur Gaza, mengutip seorang teman Palestinanya.

“Ia mengatakan, bahwa Jalur Gaza itu seperti susu yang dipanaskan diatas kompor listrik. Susu ini selalu panas. Susunya terlihat putih, rata dan tenang, tetapi tiba-tiba waktu mendidih, susunya meluap. Jalur Gaza itu tepat seperti ini. Semuanya terlihat putih dan tenang, tetapi tiba-tiba situasinya bisa mendidih dan meluap.“

Di Jalur Gaza kekerasan bisa tiba-tiba kembali meningkat. Tentara Israel mengumumkan, bahwa mereka mempersiapkan diri menghadapi situasi yang mungkin akan mengharuskan mereka kembali berperang untuk kedua kalinya melawan kelompok Hamas di Jalur Gaza. Tahun lalu kelompok Hamas sudah menggunakan kesempatan untuk mempersenjatai dirinya. Mereka menguji coba sebuah roket yang bisa mencapai jarak 60 km. Di masa depan, roket kelompok Hamas juga bisa mengenai Tel Aviv dan bandar udara internasional Ben Gurion. Tahun lalu mereka belum bisa melakukan hal ini.

Bagi orang Israel, perang Gaza adalah masa lalu. Sebuah bab yang sudah hampir ditutup. Kebanyakan orang Israel beranggapan, perang Gaza itu dulu perlu dilakukan, pantas dan sukses. Yang sekarang dikhawatirkan banyak orang Israel adalah kemungkinan serangan bom atom dari Iran. Tetapi sementara rakyat biasa takut akan hal ini, para wartawan dari Harian Israel “Ha'aretz”, Aluf Benn dan Amos Harel, mempunyai pendapat lain: Israel di masa depan harus membiasakan diri dengan ancaman bom atom dari Iran. Karena akibat serangan Israel atas instalasi atom Iran tidak bisa diperhitungkan. “Belajar mencintai bom“, demikian judul artikel kedua wartawan “Ha'aretz“ ini. Reporter televisi Schlomi Eldar belum mengambil keputusan dalam masalah Iran.

“Saya kira, banyak yang bisa dilakukan untuk menenangkan Iran. Menurut saya, masyarakat internasional bersikap agak acuh terhadap apa yang terjadi di Iran. Orang cuma harus mendengarkan, apa yang dikatakan Ahmadinejad. Dan saya pikir, kalau seseorang mengatakan sesuatu semacam itu, maka orang juga percaya, apa yang Ahmadinejad katakan. Karena itu, saya pikir, masalah Iran ini masih berada di tahap awal dan kita masih harus mencegah hal tersebut.“

Sebastian Engelbrecht / Anggatira Rinaldi
Editor: Agus Setiawan