1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

"Kelaparan Era Baru" Mengancam Dunia

26 Februari 2008

Kaum miskin papa dan lapar di seluruh penjuru dunia, waspadalah. Penderitaan Anda bisa lebih berat lagi.

https://p.dw.com/p/DDoP
Bantuan pangan PBB di AfrikaFoto: AP

Badan Pangan Dunia (WFP) memperingatkan, ada kemungkinan bantuan pangan untuk kaum miskin akan dikurangi dalam bulan-bulan mendatang. Yang jadi musabab adalah kenaikan harga bahan pangan dunia.

Direktur WFP Josette Sheeran mengungkapkan, harga bahan pangan dunia sejak tahun 2002 mencatat kenaikan sekitar 70 persen. Akibatnya kebutuhan dana badan PBB itu untuk tahun 2008 ini meningkat tajam. Padahal sumbangan dari negara-negara kaya dan lembaga lain, justru berkurang.

Untuk tahun ini, WFP semula mereka menganggarkan kebutuhan sekitar 2,4 milyar Dollar. Namun gara-gara kenaikan harga pangan, dana yang dibutuhkan mencapai 2,9 milyar Dollar. Atau sekitar 25 trilyun Rupiah. Ini baru untuk urusan bantuan rutin bagi rakyat yang kelaparan di berbagai negara negara miskin. Belum termasuk untuk rakyat yang menjadi korban dari peristiwa mendadak yang tidak bisa diramalkan. Seperti bencana alam besar atau konflik bersenjata yang gawat.

Direktur WFP Josette Sheeran mengungkapkan:

"Ini kenyataan menyangkut pasar yang terjadi di seluruh dunia. Yang akibatnya sangat memukul kelangsungan program-program kami. Yang seterusnya menjadi pukulan berat bagi penduduk dunia yang paling miskin, yang paling rentan, yang merupakan sasaran dari program-program bantuan pangan kami."

Disebutkan, jika terus menjalankan program bantuan seperti yang direncanakan dengan keuangan yang ada, bantuan pangan tidak akan bisa dijalankan sampai akhir tahun. Atau pilihan lain, porsi bantuan bagi masyarakat termiskin itu dikurangi.

Untuk menggambarkan situasinya lebih jelas, Direktur WFP Josette Sheeran mencontohkan program yang disebut Isilah Cangkir ini. Sebuah program penggalangan bantuan dari penduduk dunia. Penyumbang diminta menyumbang uang untuk mengisi sebuah cangkir atau mug dengan bahan makanan dasar. Bisa beras, jagung dan lain-lain.

Sasaran dari program Isilah Cangkir itu adalah memasok makanan kepada 50 jutaan siswa termiskin di seluruh dunia. Agar para pelajar itu pergi ke sekolah dan belajar tidak dalam keadaan lapar. Salah satu juru kampanye program itu adalah Kaka, superstar sepak bola Brasil yang kini bermain di AC Milan. Sejauh ini program itu berjalan baik dan telah membantu sekitar 20 juta pelajar. Namun masalahnya sekarang, kata Direktur Badan Pangan Dunia WFP Josette Sheeran:

"Yang terjadi adalah, bahan pangan untuk mengisi cangkir ini, yang kami bagikan kepada sekitar 20 juta pelajar miskin di seluruh dunia, kini meningkat harganya 40 persen lebih mahal."

Dengan demikian, jatah bantuan makanan untuk para siswa termiskin itu akan berkurang 40 persen. Bahkan banyak program lain yang terancam untuk terhenti sepenuhnya. Itu kalau para donor tidak meningkatkan bantuan dana mereka.

WFP sudah berusaha menekan pengeluaran dengan membeli pangan bantuan di pasar lokal, yang lebih murah. Namun masalahnya memang rumit. Kenaikan harga pangan seperti beras, jagung, gandum, dan kedelai, diakibatkan oleh gabungan berbagai faktor yang tak terduga dan tertanggungkan. Seperti perubahan iklim, melonjaknya harga minyak dunia, meningkatnya kebutuhan pangan di mana-mana, bencana alam berkelanjutan. Juga oleh kecenderungan baru industri bersih, industri organik pengguna biodiesel yang membutuhkan bahan baku tumbuhan yang ternyata meroketkan harga.

Apa yang akan terjadi jika semua faktor itu tak berhasil ditanggulangi, dan masyarakat internasional tidak meningkatkan bantuan dananya? Direktur WFP Josette Sheeran menjelaskan, banyak keluarga miskin mengurangi makan dari sehari tiga kali menjadi sehari sekali saja. Ia menyebutkan, ini akan merupakan suatu bentuk kelaparan yang lebih diakibatkan oleh lonjakan harga. Bukan oleh langkanya pasokan. Sesuatu yang disebutnya, "Kelaparan Era Baru". (gg)