1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Keluar dari Krisis, Peluang Kerjasama Asia-Eropa

8 Oktober 2009

Aksara Cina untuk kata krisis, terdiri dari dua simbol, yaitu simbol untuk bahaya tapi juga simbol untuk peluang. Peluang dalam krisis – inilah topik yang diusung diskusi panel pertama dalam acara Pekan Asia Pasifik.

https://p.dw.com/p/K29H
Pekan Asia Pasfik di Berlin, JermanFoto: Hao Gui / DW

Diskusi panel berjudul peluang dalam krisis, fokus utamanya adalah peluang kerjasama dan kemitraan antara Asia dan Eropa di masa krisis global. Dalam diskusi panel ini juga hadir Gubernur DKI Jakarta Fauzo Bowo yang menyampaikan sambutan keduanya pada hari pertama pekan Asia pasifik, Rabu (07/10). Indonesia memiliki posisi unik di Asia, kata Fauzi Bowo. Indonesia dinilai berpeluang menjadi bagian kelompok BRIC. Kelompok yang terdiri dari Brasil, Rusia, India dan Cina ini, merupakan kelompok negara yang paling berpotensi menjadi negara industri baru.

Negara berkembang dan ambang industri paling merasakan dampak krisis ekonomi. Tapi, di lain sisi, negara-negara Asialah yang paling pertama menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekonomi. Ingrid-Gabriela Hoven dari Kementerian Kerja Sama Pembangunan Jerman (BMZ) mengharapkan, setelah pemulihan ekonomi yang begitu cepat, negara-negara seperti Cina, India, Indonesia dan Thailand kembali ingat dan terus mengembangkan peran kunci mereka di kawasan sebagai kekuatan regional.

Hoven juga menekankan bahwa pembangunan dan pengembangan terkait erat dengan ekonomi yang sosial dan ekologis. Dan ini merupakan arah kebijakan yang ingin diwujudkan Jerman bersama negara-negara Asia. Bentuk kerja sama yang ditawarkan Jerman misalnya penyediaan dana dan transfer pengetahuan terutama untuk meningkatkan sektor ekonomi mikro. Hoven menambahkan, Jerman bersedia untuk menyediakan dana untuk sejumlah proyek kredit mikro melalui Bank untuk Pembangunan Jerman, KfW.

Pemulihan ekonomi Asia tentu merupakan kabar baik. Tapi di saat sama, kesenjangan sosial dan ekonomi di negara Asia terus melebar. Dampak pertumbuhan ekonomi yang positif tak dirasakan secara merata oleh rakyat Asia, kata Hoven. Untuk menghadapi tantangan ini, Asia memerlukan dukungan Eropa, kata Charivat Santaputra, duta besar Thailand und Jerman. Charivat menyebutkan, dua kata kunci dalam kerja sama antara Asia dan Eropa di masa mendatang adalah kemitraan yang berkelanjutan dan hijau.

Tentu saja, Eropa juga diuntungkan oleh kerja sama dengan Asia. ASEAN adalah pasar dengan potensi luar biasa bagi negara Eropa. Tak hanya sebagai penyedia sumber daya alam. Tapi juga sebagai pasar untuk produk-produk kualitas tinggi Eropa. Apalagi, angka consumer confindence atau indeks yang menunjukkan kesiapan konsumen untuk mengeluarkan uang, meningkat di Asia. Selain itu, menurut Duta Besar India untuk Jerman Sudhir Vyas, angka perkiraan pertumbuhan ekonomi yang diluncurkan pekan ini oleh Dana Moneter Internasional berkisar 3,1 persen. Cina memimpin dengan pertumbuhan 8,5 persen, India di peringkat kedua dan Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi terkuat ketiga di Asia.

Dengan lain kata: Naga dan macan Asia kembali siap menerkam. Meski begitu, sejumlah tantangan masih menghadang negara-negara Asia saat ini: kesenjangan ekonomi, rapuhnya sistem jaminan sosial dan dampak perubahan iklim.

Tentu tidak ada satu solusi atau satu jawaban bagi negara Asia yang begitu beragam, baik dari segi budaya maupun tingkat pertumbuhan ekonomi. Tapi, di hari-hari mendatang Pekan Asia Pasifik yang masih akan berlangsung sampai tanggal 18 Oktober nanti memberi peluang kepada pemerintah dan pihak swasta negara Asia dan Eropa untuk bertatap muka dan membahas kemungkinan kerja sama yang lebih rinci.

Ayu Purwaningsih/Ziphora Eka Robina

Editor: Yuniman Farid