1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kelvin Anggara: Semikonduktor Nanokristal Menuju Tumbuhan Buatan

Carissa Paramita30 Agustus 2013

Secara konvensional, para ahli kimia selalu menggunakan energi panas untuk menambah energi dalam sebuah sistem, meski energi panas mempunyai sejumlah limitasi. Penilaian ini menjadi dasar penelitian Kelvin Anggara.

https://p.dw.com/p/19Z8o
Foto: DW/C. Paramita

Sebagai peneliti muda yang pernah menyumbangkan medali emas bagi Indonesia pada Olimpiade Kimia Internasional, Kelvin Anggara (23) yakin sains merupakan kunci dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia.

Kelvin yang berasal dari Medan, Sumatera Utara, bercerita mengenai penelitiannya mendalami semikonduktor nanokristal saat menempuh studi S1 di Singapura. "Jadi semikonduktor nanokristal itu dapat mengemisi atau mengeluarkan cahaya berdasarkan dengan ukuran-ukuran dari kristal tersebut. Kristal yang kecil akan memberi warna biru, kristal yang besar akan memberi warna merah," jelasnya.

Nanokristal mengeluarkan cahaya berwarna-warni sesuai dengan ukuran masing-masing
Nanokristal mengeluarkan cahaya berwarna-warni sesuai dengan ukuran masing-masingFoto: Kelvin Anggara

Kelvin beserta timnya kemudian mempunyai ide untuk menggunakan cahaya untuk menambah energi pada nano partikel tersebut. Mereka menggabungkan semikonduktor nanokristal yang berbentuk tabung. Di kedua ujung tabung itu adalah logam mulia seperti emas. Performa dari nano partikel yang tertempel di semikonduktor ini akan bertambah.

"Kita dapat menggunakan materi fotokatalis ini untuk membuat tumbuhan buatan," ungkap Kelvin.

"Tumbuhan memerlukan tanah, cahaya matahari dan air. Sedangkan jika kita dapat membuat fotokatalis ini menjadi tumbuhan buatan, kita hanya memerlukan cahaya untuk melakukan reaksi-reaksi yang kita mau," tambahnya.

Bisa dibayangkan jika daerah-daerah yang tidak ditempati oleh manusia seperti gurun pasir atau tundra dapat ditaruh tanaman-tanaman buatan ini, "Maka saya rasa ini dapat menjadi sebuah revolusi ya.." Namun Kelvin buru-buru menambahkan: "Tapi ini hanya sebuah spekulasi."

Semikonduktor nanokristal berbentuk tabung dengan logam mulai di kedua ujungnya
Semikonduktor nanokristal berbentuk tabung dengan logam mulai di kedua ujungnyaFoto: Kelvin Anggara

DW pun lanjut berbincang dengan Kelvin Anggara:

DW: Anda dari kecil sudah mengikuti beragam kompetisi sains. Apa yang Anda dapat dari segala pengalaman tersebut?

Kelvin Anggara: Kompetisi sains memberi dasar ilmu pengetahuan yang sangat solid untuk saya dan hal ini dikarenakan seorang peserta harus mengalami proses seleksi yang sangat panjang untuk mengikuti kompetisi sains terutama seperti Olimpiade Sains Internasional. Dan untuk Indonesia terdapat sebuah pelatihan dimana seorang peserta harus mengikuti pelatihan ini di perguruan tinggi seperti ITB dan UI selama 3 bulan. Oleh karena itu, setelah saya meneruskan jenjang pendidikan saya ke S1 di Singapura, untuk beberapa tahun saya mempunyai waktu luang karena saya sudah mempelajari banyak dari materi perguruan tinggi kimia. Waktu luang ini saya gunakan untuk melatih beberapa kemampuan saya yaitu kemampuan berorganisasi.

Anda sudah menyelesaikan studi di Singapura dan selanjutnya Anda melanjutkan studi di Kanada. Apakah akan pernah kembali ke Indonesia?

Jika pemerintah Indonesia atau institusi Indonesia dapat menyediakan fasilitas riset atau penelitian yang memadai atau bahkan lebih baik dari luar negeri, saya rasa hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil. Daya tarik mengapa institusi asing lebih menarik peneliti-peneliti seperti saya, selain faktor fasilitas adalah faktor tenaga ahli. Institusi asing kebanyakan mempunyai tenaga-tenaga ahli seperti para profesor atau peraih Nobel yang sangat ahli dan mempunyai pengalaman yang sangat mendalam dalam bidang mereka masing-masing. Sehingga kesempatan inilah yang tidak ingin kami lewatkan.

Nanti Anda akan melanjutkan studi di Kanada, bisa ceritakan penelitian apa yang nanti akan Anda jalankan?

Kita akan mempelajari dinamika molekul dalam sebuah permukaan logam mulia. Kita ingin mempelajari bagaimana gerakan molekul ketika dan sebelum molekul tersebut mengalami reaksi. Bagaimana kita mempelajari ini? Kita harus mengamati molekul tersebut ketika gerakan-gerakan tersebut terjadi. Dan kita dapat melihat molekul dengan sebuah mikroskop yang bernama SDM, Scanning Tunneling Microscope.