1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kemungkinan Pemilu Mesir Berlangsung November

13 Juli 2011

Pemilu parlemen Mesir kemungkinan digelar November, dua bulan lebih lambat dari yang dijadwalkan. Demikian ungkap sumber di militer, menyusul tuntutan kelompok politik yang menyerukan menundaan pemungutan suara.

https://p.dw.com/p/11u7e
Demonstrasi di Lapangan TahrirFoto: picture alliance / dpa

Sedianya pemilu parlemen Mesir dijadwalkan September. Namun kelompok Ikhwanul Muslimin yang terorganisir dinilai yang paling siap untuk meraup suara. Namun kelompok politik lain yang membentuk partai setelah tumbangnya rezim Husni Mubarak, menyatakan penundaan pemilu membuka kesempatan lebih luas bagi partisipasi pemilih.

Gelombang Protes Makin Marak

Sementara itu, aksi unjuk rasa di Mesir tak kunjung reda. Di Kairo, pada Selasa malam (12/07), ribuan orang turun ke jalan, menuntut diakhirinya kekuasaan militer.

Tahrir Platz sit-in
Demonstrasi di Lapangan TahrirFoto: picture alliance / dpa

Lewat senja kemarin, semakin banyak orang berbondong-bondong ke Lapangan Tahrir, yang terletak di jantung kota. Mereka yang tergabung dalam gerakan protes mendirikan tenda kecil. Sejak Jumat (08/07) lalu, mereka berkemah diantara spanduk dan plakat bertuliskan desakan mereka. Tuntutan pertama adalah ditegakannya keadilan. Mereka menginginkan agar pemimpin rejim sebelumnya beserta kroni-kroninya diseret ke meja hijau. Bekas presiden Husni Mubarak pada akhirnya harus bertanggungjawab, desak para demonstran: “Bagaimana bisa, Husni Mubarak dirawat di rumah sakit mewah, sementara mereka yang mengalami luka-luka selama revolusi dirawat di rumah sakit buruk, atau bahkan ditelantarkan? Bisakah kita menerima hal ini? Tidak, kami ada di sini untuk meminta peradilan, kami tak melanggar hukum dan tak bersalah. Setiap orang dapat menuntut haknya. Siapa yang kerap membunuh dan mencuri, serta mendendam orang Mesir, harus membayar mahal atas kejahatannya.“

Aksi protes yang berlangsung hari Jumat lalu dimulai dari kawasan Kairo dan sekitarnya, juga di Alexandria dan Suez. Sejak hari itu, hari demi hari mereka tambah bersuara keras dan tak sabar. Meski ketegangan bertambah, para demonstran tetap tenang. Pasukan keamanan tidak tampak terlihat. Sebagaimana masa revolusi, komite warga menjaga agar kerumunan tetap aman. Di lapangan Tahrir, para pemuda dan pemudi memeriksa orang-orang yang ingin memasuki arena demonstrasi. Selasa (12/07) kemarin, terjadi baku hantam, ketika sejumlah pria mencoba menyelundupkan pisau ke arena ujuk rasa.

Flash Galerie Tahrir Platz sit-in
Demonstrasi di Lapangan TahrirFoto: picture alliance / dpa

Militer belum Siap Tarik Diri

Setelah berhari-hari bungkam, akhirnya pimpinan militerpun angkat bicara. Dalam sebuah pernyataan Jendral Mohsen al Fangari mengungkapkan bahwa pemimpin militer yang mengambil alih kepemimpinan setelah tumbangnya Mubarak, belum siap menarik diri dari posisi kepemimpinan di negara itu.

Pimpinan militer berpegang pada perencanaan, untuk menggelar pemilu parlemen, menyusun konstitusi baru dan kemudian mengadakan pemilu presiden. Al Fangari memperingatkan demonstran, agar tidak melanggar ketertiban. Namun Fangari menolak tuntutan penghapusan pengadilan militer.

Sejak berakhirnya revolusi, sekitar 7000 orang ditangkap dan sebagian diseret ke pengadilan militer. Dan selama aksi demontrasi berlangsung, beberapa aktivis hilang.

Kemarahan di Twitter

Di jejaring sosial Twitter, para aktivis mengungkapkan kemarahannya kepada militer. Mereka menulis : Kalian menyerang kami dnegan gas air mata, menyetrum kami dengan sengatan listrik dan memukuli. Apa kini kalian yakin bahwa kalian dapat meneriaki kami?

Bahkan berita bahwa wakil perdana menteri mengundurkan diri dan tiga mantan menteri dijatuhi hukuman penjara pun, tak membuat demontran meredakan aksinya. Mereka mengumumkan, akan terus menggelar demontsrasi, hingga tuntutan mereka dipenuhi.

Betina Marx / Ayu Purwaningsih

Editor : Hendra Pasuhuk