1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kenapa Terbang di Wilayah Konflik?

18 Juli 2014

Kemungkinan bahwa Malaysia Airlines jatuh akibat ditembak rudal di wilayah Ukraina Timur, menimbulkan tanda tanya: kenapa maskapai masih mau lewat di atas udara wilayah konflik?

https://p.dw.com/p/1Cetf
Foto: picture-alliance/dpa

Maskapai-maskapai dunia mungkin harus lebih waspada untuk menghindari wilayah-wilayah bermasalah, meski dengan resiko jarak tempuh akan semakin jauh dan mahal. Mereka bahkan bisa jadi terpaksa untuk mempertimbangkan ulang banyak rute udara internasional yang selama ini mereka lewati.

Beberapa jam setelah tragedi Kamis malam lalu yang melibatkan jet Malaysia, maskapai-maskapai dunia mulai mengubah jalur penerbangan untuk menghindari Ukraina. Beberapa negara beberapa minggu sebelumnya telah mengubah jalur penerbangan mereka.

Para ahli mempertanyakan keputusan maskapai unzuk terbang di dekat wilayah perang, meski Perdana Menteri Malaysia mengatakan bahwa rute pesawat itu dari Amsterdam ke Kuala Lumpur dinyatakan aman oleh otoritas penerbangan internasional.

“Saya menemukan cukup ajaib bahwa sebuah perusahaan penerbangan sipil – jika pesawat ini terbang sesuai rencana penerbangan – bahwa mereka merencanakan terbang di atas wilayah seperti itu,“ kata Robert Francis, seorang bekas wakil ketua Badan Keselamatan Transportasi Nasional. “Anda akan sedikit heran atas Malaysia Airlines, jika itu memang benar.“

Kekerasan di Ukraina telah meningkat sejak akhir 2013 antara pemerintah dengan pemberontak pro-Rusia di wilayah timur dan selatan negara itu. Awal pekan ini, para pemberontak mengaku bertanggungjawab menembak sebuah jet militer Ukraina dengan sebuah rudal portabel darat ke udara; beruntung pilot berhasil mendarat dengan selamat. Dan pemerintah Ukraina menuduh bahwa pesawat transport militer itu ditembak oleh sebuah rudal dari wilayah Rusia.

Sudah ada peringatan

April lalu, Badan Penerbangan Federal FAA Amerika memperingatkan maskapai penerbangan bahwa klaim Rusia atas wilayah udara Crimea di Ukraine akan menyebabkan kekacauan dalam instruksi pengawasan lalu lintas udara. Beberapa pekan kemudian, FAA mengeluarkan peringatan yang lebih keras, menyatakan para pilot agar tidak terbang di atas wilayah itu, dan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional telah mengatakan kepada negara-negara untuk memperingatkan maskapai mereka terkait masalah ini. Jatuhnya pesawat MH17 Kamis malam lalu, bagaimanapun terjadi di luar wilayah yang diperingatkan berbahaya tersebut.

Thomas Routh, seorang pengacara penerbangan di Chicago mengatakan, merupakan hal yang tidak lazim bagi maskapai untuk mengabaikan peringatan semacam itu, namun ia menyatakan terserah maskapai untuk memutuskan apakah sebuah jalur penerbangan aman bagi para penumpang dan kru.

”Ada sejumlah maskapai yang terbang melalui udara Afghanistan setiap hari,” kata Routh.

Mengubah jalur di sekitar zona perang akan menyebabkan biaya penerbangan membengkak, karena artinya pesawat akan butuh lebih banyak bahan bakar dan jam kerja lebih panjang bagi pilot dan kru. Artinya maskapai harus mengeluarkan biaya tambahan.

Ahli penerbangan Norman Shanks mengatakan banyak maskapai terus terbang di atas Ukraina meski ada peringatan karena jalur itu menawarkan rute lebih pendek yang artinya bisa membuat mereka menghemat biaya.

Greg Raiff, seorang konsultan penerbangan di New Hampshire, mengatakan bahwa jika maskapai-maskapai harus menghindari terbang di wilayah-wilayah panas dunia, maka waktu penerbangan akan semakin panjang, membutuhkan tambahan biaya untuk bahan bakar dan pilot. Itu akan membuat sejumlah rute penerbangan menjadi tidak ekonomis, dan memaksa maskapai untuk tidak melayani jalur tersebut.

ab/ap (afp,ap,rtr)