1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kepentingan Arab Saudi di Suriah

El Moussaoui24 Januari 2014

Apa sebenarnya kepentingan Arab Saudi dalam konflik di Suriah? Keluarga kerajaan di Riyadh bersaing keras dengan para Mullah di Iran untuk memperkuat pengaruh di Suriah.

https://p.dw.com/p/1Awg0
Symbolbild Saudi-Arabien
Foto: picture-alliance/AP/Manish Swarup

Apa yang sebenarnya menjadi kepentingan Arab Saudi dalam konflik di Suriah?

Arab Saudi adalah salah satu pendukung terpenting bagi kalangan oposisi di Suriah. Rezim di Riyadh mengirimkan bantuan senjata dan alat-alat berat untuk kelompok oposisi. Kiriman kendaraan lapis baja dan senapan mesin secara resmi diterima oleh kelompok pemberontak Free Syrian Army, FSA.

Selain bantuan senjata, Arab Saudi juga mengirim bantuan dana. Para pejuang FSA diberitakan menerima pembayaran gaji dalam mata uang dollar atau euro. Gaji tentara pemberontak lebih tinggi dari gaji rata-rata pegawai pemerintah. Dengan pembayaran itu, Arab Saudi berharap akan lebih banyak pegawai negeri Suriah yang beralih mendukung kelompok pemberontak.

Persaingan Sunni dan Syiah

Arab Saudi memang ingin memperkuat pengaruhnya di Suriah, kata pengamat politik Anna Sunik dari Institut GIGA di Hamburg, yang melakukan penelitian tentang negara-negara di Jazirah Arab.

Suriah sekarang memang menjadi ajang pertarungan bagi kekuatan-kekuatan besar di kawasan itu. Dua negara besar sedang berebut pengaruh: Arab Saudi yang berhaluan Sunni, dan Iran yang berhaluan Syiah. Sejak revolusi Islam di Iran tahun 1979, Arab Saudi memang ingin membendung pengaruh Iran.

Menurut Sunik, pertentangan antara Iran dan Arab Saudi terutama merupakan persaingan dalam ideologi Islam. Arab Saudi yang menganut Islam Sunni terutama ingin memperkuat pengaruh faham wahabisme, sebuah aliran Islam yang sangat konservatif yang menjadi ideologi negara. Sementara di Iran, Islam Syiah menjadi agama negara dan haluan politiknya ditentukan oleh para mullah dan pimpinan tertinggi agama.

"Rezim di Arab Saudi merasa terancam dengan adanya ideologi Islam alternatif yang diwakili oleh Iran. Mereka khawatir ada kelompok oposisi yang mencontoh model ini dan kemudian menggoyahkan kekuasaan keluarga kerajaan Al Saud", demikian penjelasan Sunik.

Persaingan ekonomi

Penduduk Suriah sendiri menganut berbagai ajaran. 75 persen penduduknya menganut Islam Sunni. Sisanya menganut Islam Syiah dan agama Kristen. Kelompok elit dan penguasa di Suriah, termasuk keluarga Bashar al Assad, adalah penganut Alawiyah yang termasuk kelompok aliran Syiah. Itu sebabnya, Iran mendukung rejim Assad, sementara Arab Saudi berusaha menggulingkannya.

Tapi secara ekonomi, Suriah juga punya peranan penting bagi Iran dan Arab Saudi, kata pengamat politik Michael Meyer dari Universitas München. Sebab Suriah punya akses langsung ke Laut Tengah. Posisi ini membuat Suriah sangat penting bagi Iran dan kelompok Hizbullah di Libanon.

Iran dan Arab Saudi juga merupakan negara minyak terpenting dunia. Arab Saudi memiliki simpanan minyak terbesar, sedangkan Iran memiliki simpanan minyak ketiga terbesar di dunia. Saat ini, sebagian besar industri minyak Iran memang masih terbengkalai setelah terkena sanksi internasional puluhan tahun. Tapi Iran berambisi besar untuk membangkitkan lagi industri minyaknya. Pada pertemuan Davos, Presiden Iran Hassan Rouhani mengundang para investor barat untuk melakukan investasi besar-besaran di negaranya.