1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kerjasama Militer Baru Perancis - Inggris

2 November 2010

Inggris dan Perancis mengumumkan suatu era baru kerjasama pertahanan kedua negara. Meliputi pembentukan pasukan gabungan dan riset serta ujicoba nuklir.

https://p.dw.com/p/PwmT
Presiden Sarkozy dan PM Cameron mengumumkan kerjasama militer bersana kedua negaraFoto: AP

Selasa (2/11) di London, Perdana Menteri Inggris David Cameron dan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy meneken dua traktat kerjasama berjangkauan luas. PM David Cameron mengumumkan, yang satu untuk meningkatkan kerjasama angkatan bersenjata kedua negara. Yang satu lagi mencakup kerjasama mengenai keamanan nuklir.

"Kedua traktat ini akan membuat rakyat kedua negara lebih aman dan lebih terlindungi, di zaman ketidakpastian global yang sedang kita jalani sekarang ini," ungkap Cameron dalam jumpa pers bersama presiden Sarkozy.

Menurut kedua pemimpin, kedua perjanjian itu akan menghemat anggaran sekaligus meningkatkan kemampuan militer kedua negara, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri. Inggris dan Perancis termasuk dua negara dengan anggaran militer terbesar di dunia. Anggaran gabungan keduanya merupakan dua pertiga dari total anggaran militer Uni Eropa.

Perjanjian itu menetapkan kedua negara untuk membangun suatu kekuatan gabungan beranggotakan 10 ribu tentara, menggunakan kapal induk bersama dalam latihan, yang bisa berkembang menjadi penggunaan bersama dalam operasi militer gabungan. Namun traktat itu masih memberi hak veto pada masing-masing negara untuk operasi militer gabungan.

Dalam kerjasama nuklir ditetapkan, akan dibangun sebuah pusat pengembangan uji coba teknologi nuklir bersama di Inggris, dan satu lagi akan dibangun di Perancis untuk uji simulasi nuklir gabungan. Kerja sama nuklir, dipastikan tidak akan mencakup peluru kendali, tukar menukar sandi dan rahasia persenjataan.

Presiden Nicloas Sarkozy menyatakan, Inggris dan Perancis menetapkan penggabungan sejumlah sumber daya militer, berdasarkan kesadaran akan perlunya "gagasan-gagasan baru" untuk mengatasi problem abad ke 21. Sarkozy menambahkan, kedaulatan tak berarti isolasi.

PM Cameron menekankan, ini suatu kerjasama antara dua negara berdaulat. "Ini mengenai upaya bersama dalam pengembangan militer dan menekan biaya peralatan terkait duplikasi yang tidak perlu, koordinasi logistik, dan menghubungkan program-program riset dua negara.".

Cameron menambahkan pula, Inggris dan Perancis sebagai negara nomor tiga dan nomor empat dunia dalam belanja pertahanan, merupakan mitra alamiah. Kedua negara yang sama-sama memiliki kursi tetap di Dewan Keamanan PBB itu, tandas Cameron, "memiliki tekad dan kemampuan untuk memainkan peran kami di kancah dunia".

Beberapa kalangan masih memandang skeptis kerjasama ini. Misalnya, apakah salah satu pihak dijamin menggunakan fasilitas gabungan jika pihak lain terlibat dalam perang - misalnya dalam penggunaan kapal induk bersama. Presiden Nicolas Sarkozy menepisnya dengan mengatakan, tak mungkin membayangkan Prancis ongkang-ongkang kaki tatkala Inggris mengalami suatu persoalan militer genting. Namun kalangan skeptis menunjuk, itulah yang terjadi saat konflik kepulauan Falkland alias Malvinas beberapa dekade lalu.

Betapapun, kesepakatan ini mendapat dukungan luas, termasuk dari kalangan oposisi kedua negara.

Selama berabad-abad kedua negara besar Eropa yang dipisah oleh selat sempit itu merupakan musuh bebuyutan, terlibat dalam berbagai peperangan. Di awal era modern, kedua negara bersekutu dalam perang Dunia ke II serta dalam perang Dingin. Namun beberapa belas tahun belakangan keduanya seakan saling berebut pengaruh sebagai kekuatan penentu di Eropa, dan banyak bertentangan dalam berbagai masalah politik dunia yang pelik. Yang paling menonjol, tentu Perang Irak. Inggris di bawah Tony Blair bergabung bersama Amerika di bawah George Bush memprakarsai perang. Sementara Prancis memimpin barisan negara-negara penentang perang.

Ging Ginanjar/AFP/dpa

Editor: Kostermans