1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kerusuhan di Irlandia Utara Masih Berlanjut

15 Juli 2010

Kerusuhan di Belfast, Irlandia Utara memasuki malam ke-empat, Rabu (14/07). Para perusuh dari kalangan nasionalis menyerang polisi dengan bom molotov, khususnya di kawasan Ardoyne yang kebanyakan penduduknya Katolik.

https://p.dw.com/p/OKdZ
Para perusuh melempari kendaraan polisiFoto: AP

Kerusuhan bukan hal baru di Belfast, yang dulu merupakan pusat pergolakan dan perlawanan bersenjata separatis Irlandia. Musim parade juga secara tradisional selalu diwarnai bentrokan setiap tahunnya. Biasanya bentrokan meletus tatkala para peserta arak-arakan Protestan yang pro Inggris ini melewati kawasan Katolik yang pro kemerdekaan. Namun ini bentrokan pertama sejak keamanan dikelola sendiri oleh Irlandia Utara, menyusul kesepakatan damai tahun 1998.

Yang mencolok, dalam kerusuhan kali ini terlibat banyak sekali anak-anak di bawah umur, berusia 8-9 tahunan. Mereka ikut menyerang dan melakukan aksi pembakaran. Gary Donegan, pastor Katolik wilayah Ardoyne mengungkapkan keterkejutannya kepada jaringan pemberitaan Inggris BBC, "Saya sudah menyaksikan berbagai kekerasan sejak sebelum ada kesepakatan perdamaian dulu. Tidak pernah kita lihat anak-anak dilibatkan, apalagi anak-anak perempuan."

Diyakini, sebagian besar anak-anak yang turut menjadi perusuh sekadar melampiaskan kebosanan di masa liburan musim panas, karena tak ada kegiatan menarik yang tersedia bagi mereka di kawasan itu. Para pejabat Irlandia Utara menuding adanya pihak yang mengail di air keruh. Seorang perwira polisi Irlandia menyatakan, para perusuh dewasa memanfaatkan anak-anak itu sebagai tameng hidup, melindungi mereka dari tindakan polisi.

Menteri Luar Negeri Irlandia Michael Martin melontarkan kecaman dengan kata-kata yang sangat keras. Menurutnya, ada elemen nasionalis radikal yang tidak setuju perdamaian, yang memancing kekerasan dengan maksud untuk melahirkan kaum martir generasi baru. Menurut Michael Martin, mereka berharap adanya korban jiwa jatuh di kalangan perusuh, agar dengan demikian bangkitlah kemarahan masa, dan melahirkan perlawanan baru.

Sehari sebelumnya, di parlemen, Perdana Menteri Inggris David Cameron memuji polisi yang disebutnya penuh keberanian, dan sangat profesional dalam menghadapi perusuh. Padahal mereka menjadi sasaran serangan kekerasan, lebih dari 80 orang polisi terluka akibat diserang dengan berbagai peledak, bom molotov dan batu.

Di pihak lain, polisi Irlandia Utara mengecam para politikus, khususnya wakil Menteri Utama Irlandia Utara Martin McGuiness dari partai republikan Sinn Fein, yang dianggap kurang berbuat banyak untuk menenangkan massa dan meredakan kerusuhan.

Ging Ginanjar/afp/rtr

Editor: Ziphora Robina