1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ketegangan Antara Amerika Serikat dan Pakistan

5 Oktober 2010

Bertambahnya serangan NATO ke Pakistan menimbulkan kekhawatiran, bahwa militer AS juga ingin membawa perang dengan Afghanistan ke negara tetangga tersebut. Pakistan berusaha untuk melawan.

https://p.dw.com/p/PVlb
Gudang persediaan NATO dekat Islamabad, Pakistan yang diserang bulan Juni tahun iniFoto: Shakoor Raheem

Kamis lalu (30/9), helikopter NATO yang bermarkas di Afghanistan menembaki pasukan perbatasan Pakistan dan menewaskan tiga tentara. Menurut keterangan NATO, helikopter tersebut sebelumnya diserang dari Pakistan dan hanya berusaha membela diri dengan melintasi perbatasan. Menteri dalam negeri Pakistan Rehman Malik mengancam dengan konsekuensi dari insiden tersebut. "Ini tidak hanya terbatas sebuah hukuman. Kasus ini akan berlanjut, karena pada dasarnya kami tidak membolehkan adanya serangan dalam bentuk apa pun terhadap tentara atau pasukan perbatasan kami. Kami harus tahu posisi kami. Apakah kami sekutu atau musuh?"

Sudah lama NATO dan khususnya Amerika Serikat merasa frustasi karena kelompok Taliban menggunakan wilayah Pakistan sebagai tempat menarik diri dan menyerang pasukan NATO. Ini tidak hanya terbatas pada kawasan suku-suku sepanjang perbatasan. Washington misalnya yakin, bahwa para pimpinan kelompok Taliban berada di kota Quetta di Pakistan.

Masalah yang lain : Pasukan Pakistan masih belum mengambil tindakan terhadap jaringan Haqqani di Waziristan yang bekerja sama secara erat dengan Taliban. Kini semakin banyak muncul laporan dinas rahasia tentang beberapa kawasan suku di Pakistan dimana para teroris Al Qaida mempersiapkan serangan baru ke Eropa dan Amerika Serikat. Pakar keamanan Pakistan Talat Masood khawatir dengan perkembangan terbaru ini. "Pemerintah dan militer kami harus memberi tahu warganya apakah benar ada kesepakatan dengan Amerika Serikat dan karena itu lah mereka masuk ke wilayah negara kami. Atau apakah ini terjadi tanpa izin resmi. Kini tampak jelas, bahwa Amerika Serikat dan NATO ingin memperluas kawasan perang hingga ke Pakistan. Ini sangat berbahaya dan bisa menyebabkan dampak yang drastis bagi Pakistan."

Semenjak Kamis lalu (30/9), jalur perbatasan penting di Khyber-Pass, Torkham yang dilewati oleh kendaraan yang membawa suplai kebutuhan NATO ditutup. Sebagian besar kendaraan yang membawa pasokan bagi NATO di Afghanistan harus melewati pelabuhan dan jalanan di Pakistan. Konvoi NATO tersebut kerap dirampok di Pakistan. Serangan terakhir terjadi Senin kemarin (4/10).

Sebaliknya, Pakistan juga bergantung pada bantuan Amerika Serikat. Akhir pekan lalu, duta besar Pakistan di Washington, Hussain Haqqani, memperkirakan bahwa perbatasan akan kembali dibuka paling lambat satu minggu lagi. Mantan duta besar Amerika Serikat di Pakistan William Milam juga yakin bahwa konflik antar kedua negara ini tidak akan bertambah parah. "Menurut saya, militer Pakistan menyadari, bahwa banyak yang ingin kami lakukan dan kami inginkan dari mereka, juga merupakan kepentingan Pakistan sendiri. Tetapi pemerintahan sipil, dan juga militer, harus menghormati pendapat publik yang sangat anti Amerika. Karena itu mereka harus memberikan reaksi secara verbal atas serangan yang terjadi di perbatasan dan udara."

Milam menekankan, bahwa Amerika Serikat tetap harus berhati-hati. Karena justru setelah pemerintah Pakistan tidak lagi meributkan program pesawat tak berawak CIA, Washington sebaiknya tidak menambah masalah dengan Islamabad yang tengah sensitif. Sudah merupakan rahasia terbuka, bahwa CIA yang pesawat tak berawaknya paling banyak menyerang sasaran di Pakistan, kini juga mulai meluncurkannya dari wilayah Pakistan.

Thomas Bärthlein / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Ziphora Robina