1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

210611 Sudan Konflikte

22 Juni 2011

9 Juli mendatang Sudan Selatan resmi diumumkan sebagai negara berdaulat. Meski demikian situasi menjelang pembentukan negara itu amat sulit. Masihkah ada harapan bersandingnya Sudan Utara dan Selatan secara harmonis?

https://p.dw.com/p/11hg2
Kawasan Abyei di SudanFoto: picture-alliance/dpa

Sekitar tiga pekan lagi Sudan Selatan akan menjadi negara berdaulat. Tapi sejauh ini belum ada alasan untuk merayakannya. Sepanjang kawasan yang akan menjadi perbatasan negara, terjadi pertempuran hebat. Banyak orang dibunuh dan lebih dari 100 ribu lainnya mengungsi. Situasi di Sudan Selatan belum pernah sedemikian genting, sejak berakhirnya perang saudara enam tahun lalu.

Pasukan dari Sudan Utara menguasai Abyei sejak Mei lalu. Baik pemerintah di Khartum maupun pimpinan pemerintahan baru Sudan Selatan di Juba, menuntut haknya atas kawasan tersebut. Penduduk di Abyei terutama suku Sudan Selatan Dinka-Ngok. Tapi warga nomaden dari utara Sudan juga menggembalakan ternaknya di Abyei. Masing-masing khawatir kawasan itu akan jatuh ke tangan kelompok lainnya.

Paling tidak kini muncul secercah harapan pertama. Di kawasan konflik di perbatasan Abyei, tercapai kesepakatan antara kelompok yang bertikai. Wakil-wakil politik dari utara dan selatan Sudan setuju untuk menarik pasukannya masing-masing. Kawasan itu kini akan diawasi oleh pasukan perdamaian PBB dari Ethiopia.

Sengketa mengenai Abyei menyangkut sengketa lahan, air dan minyak bumi. Tapi konflik antara Sudan Utara yang mayoritas warga Muslim dan Sudan Selatan yang mayoritas Kristen bagi para politisi jauh lebih besar.

Marina Peter dari perhimpunan Forum Sudan menyampaikan, "Saat ini masih banyak pertanyaan yang belum terselesaikan. Misalnya mengenai masalah keamanan, bagaimana menyangkut perbatasan baru ini, bagaimana pembagian sumber daya, dan lain-lain. Di satu sisi kedua pihak tentunya akan menciptakan posisi tawar-menawar untuk perundingan yang akan berlangsung.“

Presiden Sudan al-Bashir mengalami tekanan. Dengan terpecahnya Sudan, ia kehilangan citranya di bidang politik dalam negeri. Januari lalu, melalui referendum, 99 persen warga Sudan Selatan setuju untuk memisahkan diri dari Sudan Utara. Dengan demikian Sudan, yang selama ini merupakan negara dengan kawasan terbesar di Afrika akan kehilangan sepertiga kawasannya di Selatan serta sebagian besar sumber minyak buminya. Dan seperti di Abyei, minyak bumi inilah yang memicu sengketa.

Gönne Ketels/Dyan Kostermans

Editor: Hendra Pasuhuk