1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ketika Cina dan AS Membajak KTT APEC

19 November 2018

Ketegangan antara Cina dan AS selama KTT APEC memuncak sedemikian rupa, sehingga deklarasi penutup untuk pertamakalinya ditiadakan. Kedua negara dianggap "membunuh" semangat forum ekonomi Asia Pasifik tersebut

https://p.dw.com/p/38USN
Papua-Neuguinea APEC Gipfel
Foto: Getty Images/AFP/S. Khan

Huruf C pada APEC sejatinya berarti kerjasama. Namun apa yang ditampilkan kepala negara dan pemerintahan di Asia Pasifik justru kebalikannya.

Dibayangi oleh konflik antara Cina dan AS seputar perdagangan, keamanan dan siapa yang berhak mengklaim diri sebagai adidaya di kawasan, KTT APEC di Port Moresby, Papua Nugini, menjelma jadi arena duel dua kekuatan ekonomi dunia.

Baca juga: Sengketa Perdagangan Redam Potensi Pertumbuhan Ekonomi di Asia

"KTT ini menandai kematian visi perdagangan APEC," kata Euan Graham, Direktur Eksekutif institut La Trobe Asia di Australia. Menurutnya KTT APEC kali ini merupakan "pertemuan puncak regional paling tidak berguna."

Senyum yang menghiasi wajah pemimpin Asia Pasifik saat foto bersama gagal menutupi ketegangan yang mendominasi suasana pertemuan di jiran timur tersebut. Tidak heran jika untuk pertamakalinya dalam sejarah APEC gagal membuahkan deklarasi bersama di akhir konferensi.

Ketika ditanya Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neill menjawab perundingan berakhir prematur lantaran cekcok antara "dua raksasa besar di ruang pertemuan," ujarnya seperti dikutip The Guardian. Padahal pernyataan akhir "tidak mengikat. Ini adalah APEC!" Kata seorang diplomat kepada Reuters.

Selama KTT Cina dan AS saling mengritik kebijakan satu sama lain dan berkutat dengan klaim masing-masing bahwa mereka adalah satu-satunya mitra ekonomi dan keamanan yang bisa dipercaya di Asia Pasifik. "Saya kira keduanya sudah membajak semangat APEC," imbuh diplomat tersebut.

Ketegangan berawal dari Presiden Cina Xi Jinping yang tiba di Port Moresby satu hari lebih cepat ketimbang pemimpin dunia yang lain. Di sana dia menginspeksi berbagai proyek infrastruktur yang dibangun dengan aliran investasi dari Cina, serta bertemu dengan kepala negara dan pemerintahan negara-negara kepulauan di Pasifik.

Ketika berbicara di hadapan pelaku usaha, Xi menyentil AS dengan ungkapan "sejarah sudah membuktikan bahwa konfrontasi, entah dalam bentuk perang dingin, perang panas atau perang dagang, tidak akan menghasilkan pemenang," ujarnya.

Dua hari berselang Wakil Presiden AS, Mike Pence, mewanti-wanti negara-negara kepulauan kecil di Pasifik agar tidak menerima uang dari Cina. Ia mengatakan dana pinjaman infrastruktur yang banyak dikucurkan Beijing di kawasan tersebut memiliki ketentuan yang "buram" dan bisa mengancam kedaulatan negara kecil.

Tidak lama setelah pidato Pence, Cina mengizinkan pemerintah Tonga menunda pembayaran cicilan dana pinjaman infrastruktur senilai USD160 juta selama lima tahun.

Baca juga:Tanpa Trump, Rusia dan Cina Berlomba Dominasi KTT ASEAN 

Beijing sendiri terkesan tidak menyesalkan gagalnya KTT APEC kali ini. Dalam halaman editorialnya tabloid pelat merah Cina, The Global Times, menulis kebuntuan perundingan "bukan masalah besar."

Menurut harian internasional itu pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Xi Jinping pada KTT G20 di Argentina, pekan depan, masih lebih penting.

"Diharapkan Washington membuat persiapan yang serius untuk KTT dan tidak menaruh harapan dengan cara menekan" negara lain.

rzn/hp (rtr, the guardian, nytimes, financialtimes)