1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rakyat Jerman Mulai Menolak Merkel

13 Mei 2016

Popularitas Kanselir Merkel terus merosot drastis, gara-gara krisis pengungsi. Dalam jajak pendapat eksklusif, 64 persen rakyat Jerman tidak mau lagi dipimpin Merkel setelah ia habis masa jabatan 2017.

https://p.dw.com/p/1InCa
Berlin Bundeskanzlerin Angela Merkel
Foto: picture-alliance/dpa/M. Kappeler
Kanselir Jerman, Angela Merkel sebelumnya terkenal sebagai pemimpin yang dicintai rakyatnya dan politikus ulung di Eropa. tapi dalam kurun waktu hanya enam bulan, popularitasnya merosot tajam dan kini Merkel dituding jadi "biang kerok" berbagai krisis di Jerman maupun Uni Eropa.
Pemicunya adalah manuver politik "pintu terbuka" bagi pengungsi Suriah dan Eritrea. Politik zig-zag yang dijalankan Merkel amat kentara diputuskan secara tergesa-gesa tanpa persiapan dan strategi matang. Akibatnya, banjir 1.000.000 pengungsi ke Jerman, memicu konflik dan krisis politik di dalam negeri maupun di tatanan Eropa.
Krisis makin tajam, ketika kanselir Jerman itu bukan mengoreksi haluan politik zig-zagnya, dengan menuntaskan masalah baik di sumbernya maupun di tatanan Eropa, tapi malahan mengambil langkah pragmatis berbahaya. Yakni, merapat ke presiden Turki, Erdogan, untuk membuat deal masalah pengungsi, dengan iming-iming bantuan 9 milyar Euro. Juga sikap Merkel yang membela Erdogan saat penguasa Turki itu berusaha menggugat kebebasan berekspresi di Jerman, memicu gelombang kritik terhadap kanselir Jerman ini.
Efek negatif buat Merkel
Efeknya terlihat dalam sebuah jajak pendapat eksklusif yang digelar intitut riset pendapat rakyat Insa atas permintaan majalah politik Cicero, menunjukkan hasil mengejutkan. Dari 2048 responden warga Jermanyang ikut jajak pendapat antara 4 hingga 9 Mei lalu, sebanyak 64 persennya menyatakan tidak mau lagi dipimpin Angela Merkel setelah periode legislatur 2017.
Penolakan baik di kawasan bekar Jerman Barat maupun Jerman Timur menunjukkan persentase yang setara. Bahkan di kalangan responden berusia antara 45 hingga 54 tahun, sebanyak 70 persennya menolak kepempimpinan Merkel periode berikutnya, setelah habis masa jabatan 2017 mendatang.
Juga di internal partai yang dipimpin Merkel, Uni Kristen Demokrat-CDU terjadi perpecahan antara kubu pro dan yang kontra manuver politik "refugees welcome" itu. Bahkan partai sekandung Uni Kristen Sosial-CSU yang berkuasa di negara bagian Bayern, mengancam akan menyeret kanselir Merkel ke mahkamah konstitusi terkait politik pengungsi.
Rakyat kecil marah
Dalam jajak pendapat terbaru, baik yang dibuat majalah politik Cicero maupun harian boulevard Bild, amat kentara terlihat mayoritas rakyat kecil di Jerman marah atas kebijakan "pintu terbuka" Merkel. Di kalangan warga berpenghasilan rendah atau juga berpendidikan pas-pasan, penolakan atas Merkel bahkan mencapai 80 persen.
Deutschland Dresden Pegida Demonstration
Pendukung Pegida yang anti orang asing manfaatkan krisis pengungsi hujat MerkelFoto: picture-alliance/dpa/B. Settnik
Bahkan di kalangan pendukung partai populis kanan Partai Alternatif AFD, yang terutama ada kawasan bekes Jerman timur, penolakan bagi Merkel untuk melanjutkan masa jabatan setelah 2017, mencapai rata-rata 92 persen
Jajak pendapat yang dilakukan harian Bild menunjukkan, partai Uni Kristen Demokrat-CDU yang saat ini memimpin pemerintahan koalisi, anjlok prognosa peroleh suaranya ke tingkat 30 persen, atau turun 17 persen dari perolehan suara 2013. Sementara partai kanan AFD, yang mayoritasnya didukung warga berpenghasilan kecil dan berpendidikan pas-pasan, meroket ke tatanan 15 persen dari 4,7 persen di tahun 2013.
as/ap(dpa, afp, rtr, bild, cicero, insa, twitter)