1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kisah Tragis Instalasi Seni Bambu di Bundaran HI

18 Juli 2019

Instalasi seni bambu 'Getah Getih' yang terpasang di Bundaran HI menemui akhir ceritanya setelah diresmikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 11 bulan lalu.

https://p.dw.com/p/3MEzT
Indonesien | Bambus-Kunstinstallation Getah-getih
Foto: Rifkianto Nugroho/Dok. Detikcom

Mulanya, bambu 'Getah Getih' ini dipasang pada 14 Agustus 2018. Karya seni ini dibuat selama satu minggu oleh seniman ternama Joko Avianto. Seni instalasi ini dibuat dari 1600 batang bambu yang saling dililitkan.

Dua hari setelah pemasangan, seni instalasi ini pun langsung diresmikan oleh Anies Baswedan. Anies berharap karya seni tersebut bisa jadi inspirasi warga Indonesia, lantaran simbolnya yang erat dengan ciri khas Indonesia.

Saat peresmian, Anies menjelaskan bahwa pemasangan bambu 'Getah Getih' tersebut dimaksudkan untuk menyemarakkan acara Asian Games 2018. Dia yakin karya tersebut dapat menarik minat atlet dan wisatawan saat Asian Games.

"Saya katakan kepada Pak Joko bikin kami Indonesia dengan bambu. Kami merasa bangga. Prosesnya cukup singkat dan kado karya luar biasa," ucap Anies.

Lewat Instagram, Anies juga pernah bicara soal makna di balik instalasi seni ini. Menurutnya, karya seni ini tak ternilai harganya.

"Dengan rasa cinta dan kreativitas, bambu yang dianggap tak bernilai menjadi karya seni yang tak ternilai," ungkap Anies.

Bagi Anies, instalasi seni bambu itu juga menggambarkan bangsa Indonesia yang terdiri dari ratusan suku dan bicara dengan ratusan bahasa. Bambu di instalasi itu juga membentuk suatu kesatuan, seperti bangsa Indonesia.

"Bambu ini membentuk pesona seni yg menggerakkan. Membahanakan pesan dahsyat tentang bangsa kita. Pesan tentang kokoh tapi lentur, tegak tapi liat, kecil tapi raksasa, ribuan tapi menyatu, satuan tapi tak terserak. Itulah kita, bangsa Indonesia tercinta," kata Anies.

Bambu Seharga Setengah Miliar, Hanya Tahan Sampai Setahun

Biaya yang dikucurkan untuk bambu 'Getah Getih' ini pun tidak murah. Biaya pembangunan instalasi tersebut mencapai Rp 550 juta dengan bantuan 10 BUMD DKI.

"Biaya sekitar Rp 550-an (juta) kemudian dikonsorsium oleh 10 BUMD kalau nggak salah," kata Anies.

Meskipun harganya mahal, instalasi tersebut hanya mampu bertahan selama 6-12 bulan saja. Kendati demikian, Anies mengatakan bambu tersebut mempunyai kelebihan dibanding material lain karena bisa didaur ulang otomatis.

"Ya keunggulan bambu adalah biodegradable. Sehingga otomatis didaur ulang alam," ungkap Anies.

Cerita Sang Pembuat

Sebagai seniman, Joko menjelaskan pesan yang terkandung instalasi tersebut. salah satunya ialah soal ikatan bangsa dan keteraturan. Filosofi ini terkandung dalam bambu-bambu yang terikat dengan erat.

Bambu-bambu itu juga mewakili keberagaman seperti suku bangsa Indonesia. Selain itu, karya seni ini juga terinspirasi dari pasukan kerajaan Majapahit.

"Sebenarnya agak naif, tapi sudah terintegrasi dan ada di karya saya pesannya. Saya ambil dari pasukan Majapahit yang kayak bendera dikibarkan, diarak. Tiangnya ada 73 bambu, itu Indonesia ulang tahun ke-73. Bambu itu menahan struktur dari bambu yang banyaknya 1600, itu tantangan secara konstruksi," kata Joko Avianto, saat berbincang dengan detikHOT, Rabu (15/8/2018).

Menuai Kritik dan Pujian

Nama Joko Avianto sendiri merupakan seniman yang mulai dikenal luas ketika karyanya dipamerkan dalam rangkaian Frankfurt Book Fair 2015. Material bambu ciptaannya itu pun dipuji publik internasional mulai dari Frankfurt, Singapura, Yokohama sampai di tingkat lokal di Yogyakarta dan Bandung.

Namun, karya seni ini pun juga menuai kritik dari publik. Umumnya kritik itu datang dari para warganet yang mengisi komentar di akun Instagram Anies.

Sementara itu, eks Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengapresiasi karya seni instalasi bambu tersebut. Selain memuji, Djarot mempertanyakan seni bambu itu dipasang di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI).

"Kalau saya melihatnya seni instalasi ya tapi pertanyaannya mengapa harus di situ? Sepanjang lebih bagus atau memang di situ karena itu ditonton orang banyak? Ya apa seni instalasi itu menyatu dengan lingkungannya?" kata Djarot, Kamis (16/7/2018).

Dibongkar Karena Rapuh

Pada 17 Juli 2019, akhirnya seni instalasi seharga setengah miliar itu mulai dibongkar. Pemprov DKI mengungkap alasan instalasi bambu Getah Getih di Bundaran HI dibongkar. Bambu tersebut ternyata sudah mulai rapuh karena faktor cuaca.

"Dilakukan pembongkaran karena bambunya sudah mulai rapuh karena cuaca sehingga jalinan bambu sudah mulai jatuh khawatir rubuh," kata Kepala Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta Suzi Marsitawati," saat dihubungi, Kamis (18/7/2019).

Untuk sementara, lokasi bekas bambu itu akan dipasangi taman sambil menunggu rencana selanjutnya. Namun, dia belum dapat memastikan apakah Pemprov DKI akan memasang instalasi serupa atau tidak.

"Sementara ditanam border semak, ground cover sambil menunggu instalasi lainnya," sambungnya

Dinas Kehutanan DKI belum menargetkan kapan pengganti bambu Getah Getih itu akan dipasang. Suzi tidak membatasi siapa nantinya yang akan membuat karya seni untuk dipasang di Bundaran HI.

"Masih dalam program, nantinya bisa siapa saja tentunya sesuai dengan kaidah arsitektur kota," ujarnya. 

vlz/as (detiknews)

Baca selengkapnya di:

Akhir Kisah 11 Bulan Bambu Setengah Miliar di Bundaran HI

Resmikan Instalasi Bambu di Thamrin, Anies: Karya Luar Biasa