1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sebagian Warga Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa

25 Agustus 2016

Tidak jauh dari tempat turis santai minum koktail, ribuan pengunjuk rasa bersarung melambaikan spanduk dan meneriakkan yel-yel menentang megaproyek Reklamasi Teluk Benoa.

https://p.dw.com/p/1JpPl
Bildergalerie Tourismus in Indonesien Sanur
Foto: Q. Rooney/Getty Images

Pemandangan yang tidak biasa di "Pulau Dewata", tempat yang dikenal banyak wisatawan asing sebagai sorga damai, dengan bangunan kuil Hindu dimana-mana. Di kartu pos, Bali memang selalu tampak indah, ramah dan sentosa.

Tapi sebuah megaproyek di Teluk Benoa yang diperkirakan akan menghabiskan dana 15 miliar dolar AS sejak beberapa lama memicu gerakan protes terbesar di pulau wisata yang tersohor itu. Reklamasi Teluk Benoa rencananya akan menjadikan kawasan itu resor wisata mewah bertaraf internasional.

Proyek yang dirancang antara lain oleh pengusaha Tomy Winata itu berencana menggeruduk pantai dengan pasir untuk mendapatkan lahan baru seluas lebih 800 hektar. Para pengeritik mengatakan, proyek itu akan menjadi bencana lingkungan bagi Bali yang sudah penuh sesak dengan hotel, pusat perbelanjaan dan fasilitas wisata lainnya.

Selain merusak lingkungan, proyek itu juga akan menghancurkan mata pencarian para nelayan, dan menodai kawasan yang dianggap suci oleh kaum Hindu. Para aktivis lingkungan khawatir, nantinya sampah proyek dan resor baru itu akan dibuang ke Teluk Benoa. Air bersih akan menjadi langka dan rencana pembangunan yang memotong jalur muara tiga sungai itu bisa menyebabkan banjir di musim hujan..

"Bisa ada banjir di masa depan, air akan jadi kotor dan bau," kata koordinator protes Wayan Gendo Suardana. Dia datang bersama ribuan penduduk desa di sekitar kawasan itu. Aksi protes dimeriahkan dengan rangkaian acara musik yang diramaikan bintang-bintang pop lokal.

Indonesien Bali Insel
Pengembang megaproyek Teluk Benoa ingin membangun resor wisata mewah yang baruFoto: picture-alliance/dpa/H. Jilin

Proyek Reklamasi Teluk Benoa ingin membangun sekitar 12 pulau baru dengan lahan seluas 700 hektar untuk dijadikan resor, lengkap dengan fasilitas pertokoan dan pertamanan. Untuk itu akan didatangkan 40 juta meter kubik pasir dari luar Teluk Benoa.

Para aktivis lingkungan mengatakan, terumbu karang dan pantai di Teluk Benoa justru harus dilindungi, apalagi kawasan ini adalah bagian dari cagar alam. Selain itu, ada 24 kuil Hindu di kawasan ini yang juga perlu dilindungsi, kata NGO Conservation International.

"Hubungan antara manusia dan alam sangat kuat dan perlu dipertahankan," kata juru bicara Conservation International, I Made Iwan Dewantama.

Bali Sonnenuntergang
Harmoni di Pulau Dewata diganggu megaproyek reklamasi?Foto: picture-alliance/dpa/A. Lander

Tahun 2014, sebelum meninggalkan jabatannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Perpres No 51 Thn 2014 yang mengubah status kawasan itu dari "wilayah konservasi" menjadi "wilayah revitalisasi". Perusahaan pengembang Tirta Wahana Bali Internasional, bagian dari Artha Graha milik pengusaha Tomy Winata, kemudian mengumumkan megaproyek Reklamasi Teluk Benoa.

Pihak pengembang menerangkan megaproyek itu akan membuka lapangan kerja bagi 200.000 orang dan akan menjadi penopang penting perekonomian Bali. Tapi para aktivis yang tergabung dalam Bali Forum Against Reklamasi (ForBali) menolak klaim itu (www.forbali.org).

Mereka mengatakan, tingkat pengangguran di Bali termasuk rendah. Bali juga tidak tidak membutuhkan resor wisata baru, karena pembangunan sarana wisata sudah berlangsung pesat dalam beberapa tahun terakhir dan sekarang banyak kamar hotel yang sering tidak terisi.

Tapi Gubernur Bali I Made Mangku Pastika mendukung megaproyek Teluk Benoa. Dia mengatakan, saat ini area teluk adalah kawasan rawa yang perlu revitalisasi. Pastika juga menegaskan, proyek itu tidak akan mengakibatkan banjir.

"Jika permukaan laut tidak naik, (air) tidak akan naik drastis," kata Pastika kepada kantor berita AFP.

Balinesisches Hindu-Neujahrsfest Nyepi (Bildergalerie)
Hari Raya Nyepi di BaliFoto: DW/R. I. Duerr

"Di bagian lain dunia, negara-negara lain juga melaksanakan proyek reklamasi. Singapura terus reklamasi tanah, Belanda bahkan reklamasi seluruh provinsi. Apa mereka tenggelam? Tidak," tambahnya.

Menurut Gubernur Bali, pulau-pulau baru nantinya akan memiliki hutan mangrove yang ditanam di sekitarnya dan berfungsi sebagai pelindung, misalnya dari hal tsunami.

ForBali menyatakan optimis, gerakan protes mereka akhirnya akan menghentikan megaproyek itu. Mereka juga yakin, Presiden Joko Widodo akan memperhatikan keberatan mereka.

Wayan Gendo Suardana menyatakan, aksi protes sampai saat ini sudah berhasil mengangkat isu itu menyebar di media.

"Kalau kita tidak pernah memprotes, proyek reklamasi ini sudah dimulai sejak dulu-dulu. Suara kami akan diperhitungkan," tandasnya.

hp/ap (afp, forbali.org)