1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

090910 Pakistan Lage Fluten

9 September 2010

Kondisi 21 juta korban bencana banjir di Pakistan masih terpuruk. Angelina Jolie serukan agar masyarakat internasional menyumbang lebih banyak .

https://p.dw.com/p/P7o7
Korban banjir di kamp pengungsi dekat KarachiFoto: picture alliance/dpa

Bayi yang menangis. Ibu yang kebingungan karena tak bisa memberikan makanan pada anaknya. Lelaki yang telah kehilangan segalanya. Di Pakistan, bintang film Hollywood Angelina Jolie, menemui para korban banjir dan menerawangi kisah mereka.

Jolie bertutur, "Bagi saya sebagai ibu, mengunjungi lokasi bencana adalah pengalaman paling berat. Betapa mengenaskan bagi orang tua yang tak bisa memenuhi kebutuhan anaknya yang kelaparan, perlu obat atau sekedar tempat berteduh. Kemudian tak bisa berbuat apa-apa kecuali minta-minta sama orang ".

Duta Khusus untuk Badan PBB urusan pengungsi itu mengunjungi sejumlah kamp pengungsian di barat laut Pakistan. Apabila gambar-gambar dan laporan dari lokasi tak berhasil mendorong agar terkumpul cukup sumbangan, mungkin kehadiran seorang bintang film bisa membantu.

Angelina Jolie
Angelina Jolie, Duta Khusus untuk Badan PBB urusan Pengungsi, UNHCR.Foto: AP

Urainya, "Dimensi bencana ini sudah tidak bisa dibayangkan. Angka-angka bantuan yang terkait begitu tinggi, sehingga kita semua merasa tak mampu berbuat apa-apa. Padahal setiap sumbangan merupakan bantuan, dan sedikit uang Anda bisa menyelematkan seseorang atau bisa dipakai membuat tenda untuk orang lain.“

Menurut PBB jumlah korban telah mencapai 21 juta orang. Delapan juta orang diantaranya membutuhkan bantuan segera, 10 juta orang tak memiliki atap diatas kepala. Banjir yang menerjang Pakistan menghancurkan sebuah wilayah yang hampir seluas negara Inggris. "Yang paling penting sekarang adalah menyediakan pangan bagi para korban. Air minum, layanan kesehatan, tenda, semua hal ini sangat penting“, begitu ditekankan wakil direktor Badan Pangan Dunia FAO, Amir Abdullah.

Namun bagi kaum teroris, tampaknya bencana yang dihadapi Pakistan, belum cukup. Serangan-serangan berdarah masih dilancarkan. Pekan ini seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan mobilnya di sebuah stasiun polisi. Seorang bocah bercerita, "Saya melihat mobil putih. Di dalamnya seorang lelaki mengutak-utik kabel. Saya terus berjalan, sampai di tikungan depan, saya mendengar ledakan". Anak lelaki ini adalah salah seorang yang cedera akibat ledakannya, namun ia berhasil diselamatkan.

Serangan seperti itu bagaikan momok yang mengingatkan rakyat, juga di negara Barat, bagaimana situasi Pakistan sebelum terjadinya bencana. Karenanya Amir Abdullah dari FAO berharap bahwa bantuan untuk Pakistan bersifat jangka panjang, karena rakyat Pakistan membutuhkan stabilitas, keamanan dan rasa damai.

Kai Küstner / Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk