1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konflik di Somalia

28 Desember 2006

Tokoh-tokoh yang terlibat konflik di Somalia sering dijuluki para 'anjing perang'.

https://p.dw.com/p/CIwU
Foto: picture-alliance/dpa

Mereka adalah tiga „Dogs of war“ atau „anjing perang“ kawakan dari Afrika Timur. Demikian julukan yang diberikan oleh seorang diplomat barat di Kenya kepada Perdana Menteri Etiopia Meles Zenawi, Presiden pemerintah sementara Somalia, Abdullahi Yusuf dan pemimpin Aliansi Mahkamah Syariah, Syeikh Hassan Dahir Aweys. Julukan „The Dogs of War“ berasal dari kutipan dari karya pujangga Inggris William Shakespeares yang berjudul „Julius Cäsar“. Kutipan tersebut berbunyi: menyerukan pembunuhan dan melepaskan anjing perang.

Kutipan itu nyaris menggambarkan keadaan negara wilayah Tanduk Afrika. Sejak awal tahun 90-an, ketiga pelaku utama krisis Somalia meneyerukan pembunuhan dan memicu perang. Meles Zenawi yang berusia 54 tahun, ayah tiga orang anak dan mengaku senang membaca, berenang dan main tennis, mulai dikenal setelah dia menggulingkan diktator Etiopia Haile Mariam. Tetapi tidak lama kemudian dia dibidik oleh aktivis hak asasi manusia, misalnya dalam penumpasan secara brutal aksi mahasiswa dan tersangka simpatisan oposisi pada tahun 1993.

Agustus 1996 pasukan Etiopia membunuh sekitar 200 tersangka teroris dari gerakan radikal Al-Ittihad al-Islami di wilayah Somalia. Kelompok ini menuntut kemerdekaan etnis Somalia yang mendiami provinsi Ogaden di Etiopia. Penguasa kelompok ini adalah Syeikh Aweys yang memimpin Somalia Islamic Courts Council, ICC atau yang disebut Mahkamah Syariah. Di Washington dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, nama Aweys saat ini tercantum dalam daftar nama teroris.

Pengikut garis keras tersebut diduga berusia 60 tahun dan jenggotnya dicat dengan warna oranye sebagaimana yang dilakukan oleh banyak tokoh Somalia. Aweys adalah mantan kolonel di era diktator militer Somalia Siad Barre dan tahun 1977 dia mendapat penghargaan atas keberaniannya dalam perang melawan Etiopia. 30 tahun kemudian dia menyatakan perang jihad melawan musuh bebuyutannya itu dan memprediksi pertempuran yang berlangsung lama.

Tokoh lainnya adalah Abdullahi Yusuf, yakni presiden pemerintahan sementara Somalia TEG. Tahun 2004 dalam putaran yang ke-14 dia terpilih untuk membentuk pemerintah pusat Somalia yang diharapkan dapat bertahan lama. Pemilihannya terlaksana setelah melewati masa konsultasi selama dua tahun dan proses yang berlangsung sejak 1991. Presiden pendahulu dari pemerintahan yang setengah otonom dan tidak diakui secara internasional itu membantu aliansinya Meles pada tahun 90-an untuk menghancurkan gerakan Al-Ittihad al-Islami yang dipimpin Syeikh Aweys. Yusuf secara resmi penguasa tertinggi pemerintahan yang terdiri dari 47 menteri dan 42 wakil menteri. Di luar markas pemerintahan sementaranya di Baidoa, tokoh-tokoh itu nyaris tidak diakui.

Yusuf yang berusia 75 tahun dan lulusan fakultas hukum, pernah mengenyam pendidikan militer di Uni Sovyet dan Italia. Keadaan kesehatannya dikatakan tidak prima. Namun, mengingat dukungan Etiopia dan AS diramalkan bahwa pasukannya akan memasuki Mogadishu.

Tokoh lain yang perlu diperhatikan adalah Presiden Eritria Isaias Afewerki yang pernah mendampingi Meles Zenawi berperang melawan diktator Etiopia Mengistu. Akan tetapi, sejak perang akibat sengketa perbatasan tahun 1998 dan 2000, Eritria dan Etipioa adalah musuh besar. Sesuai dengan moto: „musuh dari musuhku adalah sobatku“, Eritria mempersenjatai Mahkamah Syaria dari Syeikh Aweys. Terciptalah lingkaran setan sehingga penyelesaian konflik di wilayah itu makin sulit.